Uncle Ben

6.2K 417 69
                                    

Baca My Pinky dulu biar nyambung, karena ini season 2-nya.



Sambil mengisap rokok, Ben membelok Ferrari miliknya ke jalanan lengang di depan mata.

Begitu menemukan gerbang tinggi yang biasa ia lewati, anak buah Jeon-Jonas yang berjaga—melirik sebentar, sebelum membukakan pintu gerbang.

“Ben, mana milikku!”

Ben menurunkan kaca mobil, lantas melempar kantong plastik berisi beberapa kaleng kopi untuk mereka.

“Sialan ini kopi!” Keluh salah satu dari mereka. “Aku menyuruhmu membeli whisky!”

Masih dengan rokok yang berada di bibir, Ben melirik pria itu tajam, berancang-ancang akan merontokkan giginya.

Namun baru saja akan melepas seatbelt, pria itu telah gelagapan. “Easy man, harusnya kau yang minta maaf bukan,” Cicitnya sambil berlalu.

Ben hanya tersenyum meremehkan lantas menginjak pedal gas untuk memasuki wilayah mansion Jeon-Jonas.

Setibanya di depan gedung yang biasa digunakan untuk berlatih, Ben segera turun dan menarik serta dua bungkus kantong plastik berisi kaleng kopi yang sama.

Dan ia mendapat keluhan yang sama dari anak buah Jeon-Jonas yang lainnya.

“Aku bukan pesuruh kalian, sialan!” serunya sambil melempar bekas rokoknya pada mereka.

                                🐞🐞

Sudah berapa tahun Ben bekerja pada Jeon-Jonas? 10 tahun? 11 tahun? 15 tahun?

Ah—Ben sudah tidak ingat berapa lama tepatnya. Yang jelas, ia telah mengabdi pada pria itu selama setengah hidupnya.

Pria itu selalu menjadi panutannya—menjadi kebanggaannya.

Bahkan meski ia sempat merasa pria itu terlalu keras padanya, Ben tetap menghormatinya.

Duk, duk!

“Paman Ben.”

Lamunannya terputus saat mendengar bisikan di daun pintu. Ben membulatkan mata tatkala melihat Melissa takut-takut berdiri dengan hoodie kebesarannya.

Sial. Berhadapan dengan wanita itu selalu saja menyulitkan. Melissa—dengan rambutnya yang telah begitu panjang, bahkan lebih lucu saat malu-malu seperti ini.

Wanita itu selalu canggung padanya, bahkan sejak insiden waktu itu—sejak Ben berjanji tidak akan berbicara pada Melissa sebagaimana yang telah dijanjikannya pada Jeon-Jonas, wanita itu semakin takut padanya.

Ah—bukan, bukan. Tapi Ben yang selalu menjaga jarak dengannya
Ben mendekat—menaikkan alis sebagai pertanyaan mengapa wanita itu ada di sini.

“Paman … sibuk?”

“….....”

“Itu…” Melissa kian kikuk saat Ben hanya menatapnya lurus. “Itu, apa Jeon datang ke sini?”

“….....”

Melissa menunduk, memainkan ujung rambutnya yang karena begitu panjang, telah menyentuh paha.

“Maaf, Paman.Aku akan bertanya pada yang lain.”

Masih dengan kepala tertekuk, Melissa memutar tubuhnya hendak pergi, tapi Ben menahannya dengan cepat.

Melissa mendongak. Ben menggeram di dalam hati melihat mata bulat wanita itu menatapnya kebingungan.

Poninya juga panjang, sedikit lagi akan menyentuh kelopak mata, tangan Ben gatal ingin merapikannya dengan gunting yang ada.

BABY PINKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang