Bernard

897 166 6
                                    

Di dalam Bugatti yang dikemudikan oleh Aaron, Jeon-Jonas duduk bersandar sembari menatap jalanan yang lengang pada sore ini. Di sisinya ada Nevan yang kemarin baru saja sampai di Florida untuk memberi info soal Melissa dan kepindahan wanita itu ke rumah baru.

“Bos.” Nevan memanggil.

Jeon-Jonas menarik cerutu, membakarnya kemudian diselipkan ke dalam mulut untuk diisap.

“Ini baru tiga hari setelah luka Bos dijahit. Jika Bos ingin, kami bisa menangani semuanya hari ini dan membawa kepala Bernard sebagai bukti kemenangan.”

“Nevan,” tukas Jeon-Jonas seraya menatap Nevan sekilas. “Aku rasa 5 tahun belum cukup untukmu mengenalku dengan baik. Aku akan menghabisi sendiri keparat itu dan itu adalah kemenangan mutlak yang aku inginkan.” Jeon-Jonas mengisap kembali cerutunya dan mengembuskan asap dari dalam mulut. “Kau mengerti?”

“Saya sedang tidak meragukan kemampuan Anda, Bos,” jelas Nevan dengan kepala menunduk.

“Aku tau, diamlah,” cetus Jeon-Jonas, menatap kembali jalanan dari kaca mobil.

Aaron menilik dari kaca depan, sebelum bertemu tatap dengan Nevan kemudian sedikit menggeleng agar pria itu tidak lagi menyeletuk atau Jeon-Jonas akan benar-benar marah. Nevan pantas khawatir tapi keputusan Jeon-Jonas sudah bulat.

Beberapa menit setelahnya, anak buah Jeon-Jonas yang berada di empat mobil yang berbeda, berbondong-bondong keluar dengan senjata andalan.

Jeon-Jonas memandang kasino kecil yang dijaga oleh empat anak buah Bernard.
Ia mengembuskan asap cerutunya dengan santai, melirik lurus pada anak buahnya yang telah melompat dan menghajar anak buah Bernard yang berjaga.

Beberapa saat kemudian, Nevan turun dan membukakan pintu supaya Jeon-Jonas bisa keluar. Jeon-Jonas turun dengan tegap, membenarkan letak jasnya lantas menginjak bekas cerutunya di atas tanah. “Kita harus mendapatkan kepala Bernard hari ini,” tegasnya.

“Baik, Bos!”


***


Bersantai di dalam kasino saat keadaan masih tegang adalah keputusan yang buruk, Bernard sungguh-sungguh saat mengatakan bahwa ia terkejut mendapati keributan di kasino terbaiknya yang ada di Florida. Ia tidak menyangka bahwa Jeon-Jonas dan anak buahnya akan menemukannya di sini—di kasino yang ia tutupi bertahun-tahun keberadaannya.

Satu tangannya dengan sigap menarik pisau kecil yang selalu ia simpan di balik saku lalu menyengir sambil menikam orang-orang yang berusaha menyerangnya. Ia melompat ke meja poker, tertawa sinis saat menemukan tubuh Jeon-Jonas memasuki ruangan.

“Ah sial, kenapa setelah bertahun-tahun aku masih harus melihatmu,” keluh Bernard seraya menatap benci pada Jeon-Jonas.

“Ck, dasar berengsek,” decih Bernard kala melihat Jeon-Jonas memutar tubuh untuk menembak anak buah kesayanganya. “Hei, dia itu anak buah paling bisa aku andalkan, kenapa menembaknya sial!” serunya kesal dari atas meja poker.

Sial, sial, sial! Karena tidak menduga bahwa Jeon-Jonas akan menemukan tempat ini, Bernard hanya membawa beberapa anak buahnya ke sini. Sangat jelas bahwa dari segi jumlah, mereka akan kalah.

Tapi tentu saja, bila mengenai dendam dan rasa benci, ia tidak akan mudah menyerah pada pria bangsat seperti Jeon-Jonas.

“Aku tidak akan menembakmu dari sini kalau kau memotong kepalamu sendiri dan memberikannya padaku, Bernard.”

Jeon-Jonas tidak perlu menaikkan intonasi dari suaranya, tapi siapapun yang mendengar hal itu dipastikan akan bergidik. Bernard sendiri? Jelas ia meledakkan tawa karena hal itu cukup menggelikan baginya.

BABY PINKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang