Bibi Hazel

2K 234 30
                                    

Jeon-Jonas duduk di tepi ranjang seraya mengusap rambut Melissa yang tertidur sambil memeluk Louis.

Satu jam yang lalu, wanita itu masih tertawa lebar karena bermain dengan Louis dan Jeon-Jonas merasa bahwa—keputusannya benar saat menyeret Sissy ke rumah ini dan mengakui segalanya.

Jika ia berpikir semuanya benar-benar membaik maka jawabannya tidak—Melissa masih memberinya jarak. Wanita itu mungkin terlihat menerimanya kembali tapi Jeon-Jonas bisa merasakan bahwa Melissa sedikit canggung padanya.

Tadinya ia sempat berpikir bahwa ia akan membawa wanita itu ke rumah lama dan mengundang teman-temannya untuk bermain, tapi kehamilan wanita itu sudah mendekati persalinan.

Jeon-Jonas tidak ingin teman-teman barbar wanita itu membuat kegaduhan dan menyakiti Melissa secara tidak sadar.

Itu mengapa, ia memutuskan untuk menghubungi Bibi Hazel dan pada akhirnya mengundang wanita paruh baya tersebut ke rumah ini.

Suara Bibi Hazel terdengar gembira, tidak memberi penolakan sedikitpun dan menyetujui saja saat Jeon-Jonas menjelaskan bahwa seseorang akan datang menjemputnya ke sana.

Melissa akan senang bila melihat Bibi tercintanya datang menemuinya dan hanya itu yang sedang Jeon-Jonas pastikan saat ini—kesenangan istrinya tersebut.

Saat melihat Melissa melenguh dalam tidurnya, Jeon-Jonas cepat-cepat memindahkan tubuh mungil Louis ke sebelah dan menepuk-nepuk lembut lengan wanita itu agar tertidur kembali.

Namun waktu tidur Melissa sepertinya sudah cukup, wanita itu telah membuka mata dan menggumam pelan saat melihat suaminya ada di sana.

Hi, Beautiful,” bisik Jeon-Jonas, mencondongkan tubuhnya untuk mengecup pipi Melissa.

Melissa berkedip, masih belum bisa merespons apapun karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

“Aku punya surprise untukmu,” ucap Jeon-Jonas.

“Hm?” sahut Melissa serak.

“Seseorang akan datang berkunjung.” Jeon-Jonas tersenyum saat memberi clue.

Melissa mengerjap. “Seseorang?”

“Yap, seseorang yang sangat kau sayangi.”

Melissa yang berbaring menyamping terlihat berpikir. “Hanya kau dan Baby,” jawabnya serak dan cukup lama.

“Seseorang yang sangat kau sayangi sebelum mengenalku.”

Pupil Melissa membesar. “Bibi Hazel?” Ia dengan cepat beringsut bangkit dan menatap Jeon-Jonas penuh semangat.

You right, Pinky,” jawab Jeon-Jonas tertawa kecil.

Kemudian Enna mengetuk pintu kamar, memberitahukan bahwa bibi Melissa telah sampai dan menunggu di bawah.

“Bibi Hazel!” seru Melissa senang, hendak turun dan berlari keluar sebelum Jeon-Jonas menahannya dan membingkai wajah wanita itu sejenak.

“Bertemulah dengan Bibi Hazel dengan keadaan rapi, Sayang.”

Jeon-Jonas menyisir pelan rambut panjang Melissa dengan jemarinya kemudian mengecup pipi wanita itu karena gemas. “Ayo turun bersamaku.”

Melissa mengangguk, menyambut uluran tangan Jeon-Jonas lantas berjalan bersama menuju lift dan turun ke lantai bawah.

***

Jeon-Jonas mengulas senyum saat melihat Melissa melambai senang pada Bibi Hazel yang duduk di sofa ruang tamu bersama Enna.

BABY PINKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang