Hikh

2.3K 334 103
                                    

Jeon-Jonas membawa jemarinya mengelus punggung Melissa yang merebahkan diri di pangkuannya. Ia pada akhirnya membawa wanita itu—benar-benar sudah tidak ambil pusing lagi pada ancaman buruk di masa depan.

Jeon-Jonas merasa yakin ia bisa melindungi wanita ini—ia merasa bisa menjaganya dengan baik.

Berpuluh-puluh tahun hidup bersama kewaspadaan dan kecemasan sudah membuatnya mempelajari banyak hal.
Ia juga begitu kuat, ia mampu melawan siapapun nantinya yang berani mengganggu wanita ini.

Jeon-Jonas menunduk untuk melirik Melissa, deru napas teratur wanita itu menjelaskan bahwa tidurnya telah begitu pulas.

“Berapa menit lagi kita akan sampai Nevan?” tanyanya.

“Kita akan mendarat sekitar 30 menit lagi, Bos.”

Jeon-Jonas menggumam sebagai jawaban lantas memeluk Melissa lebih erat seraya bersandar di tempat duduknya untuk ikut tidur.


***


Xavia bersama keempat anak buah Jeon-Jonas yang lain sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut sang Bos.

Untuk kesekian kalinya, Xavia melirik jam tangan dan memeriksa ponsel, ini seharusnya sudah terlambat, Bosnya seharusnya sudah sampai sejak 5 menit yang lalu.

“Apa belum ada kabar dari Tuan Jeon?” tanyanya pada anak buah Jeon-Jonas yang tinggi sangar di sebelah.

Pria itu hanya melirik tajam. “Dia akan datang.”

“Ini sudah lewat 30 menit seperti yang dijanjikan, bukan? Aku khawatir Nevan tidak becus membawa jet itu lalu menjatuhkan mereka di suatu tempat.”

“Jaga ucapanmu, Xavia.”

Xavia mendengkus tajam, sudah berniat menukas ucapan pria tersebut sebelum tertegun mendapati sang Bos melangkah masuk ke dalam hotel.

“Selamat datang, Bos!!” Para anak buah Jeon-Jonas memberi salam.

Xavia ikut membungkuk, sedikit melirik Melissa yang berada di gendongan pria itu.

Apa itu wanita yang sebelumnya muncul di video call? Istri Jeon-Jonas?

Ekspresi Jeon-Jonas tegas dan tenang, ia terlihat mengangkat tangan untuk menghentikan sapaan lain dari anak buahnya, seperti tidak ingin wanita di gendongannya terganggu.

“Xavia…”

Xavia terlonjak kaget saat Jeon-Jonas memanggilnya, ia membungkuk memberi salam untuk kedua kali.

“Ikut masuk ke dalam,” lanjut Jeon-Jonas.

“Baik, Tuan,” sahut Xavia mengekori langkah Jeon-Jonas menuju  ruangan pribadinya.

Di dalam ruangan luas tersebut, yang di sana selalu ada ranjang kecil untuk dipakai Jeon-Jonas bila merasa penat, pria itu membaringkan tubuh Melissa secara perlahan.

Xavia sedikit membelalak saat ia secara langsung dapat melihat Melissa. Wanita itu begitu mungil, wajahnya juga tirus kecil, ditambah ia mengenakan jepit rambut lucu dan gaun pink.

Di balik tubuh Jeon-Jonas yang kokoh besar, Melissa lebih terlihat seperti anak kecil yang tengah ditidurkan ayahnya.

Pandangan Xavia belum terlepas dari Melissa tatkala Jeon-Jonas menyelimuti tubuh mungil tersebut dan mendaratkan kecupan hangat di kedua pipinya.

Oh astaga, begini ternyata Tuannya yang kaku dan menyeramkan itu memperlakukan wanita yang dicintainya.

Saat Jeon-Jonas berbalik, Xavia buru-buru menurunkan pandangan dan menatap lantai tempatnya berpijak.

BABY PINKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang