Di dunia yang dinamis ini ada berberapa hal yang konstan, seperti rumah yang sunyi, meja makan yang kosong, dan Bhre Yudanegara yang dihukum saat upacara berlangsung.
"Sumpah! Temen lo ngapain pake ngide potong rambut modelan kaya gitu sih?!" kata seorang siswa dengan nada setengah berbisik ke siswa yang berdiri disampingnya.
"Temen lo juga, Ren! Tau deh, capek mulut gue ngasih tahu dia" jawab siswa dengan seragam yang bertuliskan 'Danar Adi Pramana'. Kedua matanya memandang malas Bhre yang lagi dan lagi "dijemur" saat upacara.
"Dapet influence dari mana sih dia tuh potong rambut pake konsep tol kutu kaya gitu? Kenapa ngga sekalian aja tuh kepalanya di motif batik!" siswa berkacamata itu kemudian menghembuskan nafasnya dengan gusar. "Lama-lama gue jedotin juga nih kepalanya, biar tuh anak agak waras" walaupun terdengar bercanda, namun raut wajah Rendra Pradipta menyiratkan bahwa dirinya akan benar-benar melakukan hal tersebut.
"Kalau lo serius, gue join sih Ren" kata siswa yang berbaris didepan Rendra. "Eh ngomong-ngomong gue baru inget anjir kalau kita punya PR kimia, udah ngerjain belom lo?"
"Mampus! Lupa! Nyontek siapa nih kita?" jawab Rendra. Persetan dengan Bhre dan segala tingkahnya, PR Kimia lebih penting.
"Yang jelas 'princessa' pasti udah ngerjain sih. Coba ntar lo minta contekan ke dia gih" kata Danar sambil sedikit mendorong pundak Cakra—orang yang berdiri didepan Rendra.
"Wah bercanda lo? Belom ngobrol udah beku duluan gue"
"Lo pilih nyontek ke 'princessa' atau disuruh lari keliling lapangan sama Pak Anton?" ancam Danar.
"Kok jadi gue?"
"Dari kita berempat kan lo yang paling ngga punya malu" Cakra berdesit pelan setelah mendengar kata-kata Rendra.
"Mau diem atau mau ngobrol di depan nih?" seketika ketiga siswi kelas sebleas itu terdiam saat Pak Anton—yang entah muncul dari mana, tiba berdiri di belakang mereka.
***
'Princessa' adalah julukan yang diberikan oleh murid di Ursa Major School kepada gadis yang bernama Alisha Edelweiss. Bukan karena Alisha memiliki "princess syndrome", tapi entah kenapa Alisa memiliki aura layaknya seorang putri yang elegant, berwibawa, dan harus dihormati.
Dalam kesehariannya Alisha adalah murid yang pintar, pendiam, dan senang mengabiskan waktunya di kelas untuk membaca sembari mendengarkan musik dari airpodsnya.
Sangat jarang murid yang berinteraksi dengan Alisha karena entah kenapa seakan-akan gadis itu membangun benteng untuk dirinya. Maka, para siswa dan siswi yang ingin berinteraksi dengannya pun merasa segan. Jika ditanya apa itu misterius? Jawabannya adalah Alisha.
Lucunya, untuk siswi pendiam seperti Alisha, dirinya tergabung pada beberapa ekstrakulikuler, seperi: paduan suara, musik, volley, basket, athletic, dan drama.
Alisha adalah pribadi yang jarang tersenyum, wajahnya selalu terlihat serius. Namun, tiga bulan yang lalu, saat klub drama mengadakan pentasnya, seluruh siswa di Ursa Major dibuat takjub karena pada hari itu, untuk yang pertama kalinya, mereka melihat Alisha tersenyum. Tak heran kini Alisha digadang-gadang masuk Top 5 Beauty di Ursa Major.
***
Setelah upacara Alisha melangkahkan kakinya menuju ke kelas Bahasa Indonesia. Setibanya di kelas ia langsung menuju ke bangku pojok paling belakang yang dekat dengan jendela, tempat kesukaannya. Setelah duduk ia pun mengeluarkan catatan dan kotak pensil doraemonnya.
Cakra Aditya berjalan menuju ke meja Alisha setelah didorong-dorong oleh Rendra dan Danar.
Tok.. tok.. tok..
Diketuknya pelan meja gadis itu.
"Emm.. Sha, nama gue Cakra.." laki-laki yang terkenal sebagai social butterfly itu mendadak kikuk di depan Alisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
1/3 Second
Romance"Gue benci banget sama lo" ucapnya datar sambil memandang mata gadis yang ada dihadapannya dalam-dalam. "I know Bhre, please hate me to your heart's content" jawab gadis itu dengan senyum indahnya.