Hoeeekkk
Ntah sudah keberapa kalinya Alisha muntah. Prima melihat Alisha dengan raut wajah khawatir sambil membantu putrinya itu dengan menijat bagian tengkuk.Gejala mual dan muntah setelah kemo memang wajar, namun sebagai ibu tentu saja Prima tidak tega melihat kondisi putrinya saat ini. Kalau bisa, ingin sekali rasanya ia minta kepada Tuhan agar dirinya saja yang sakit, bukan Alisha.
"Udah lega?" Alisha mengangguk. "Yaudah ayo istirahat di kamar. Adek kuat jalan?"
"Kuat.." baru selangkah berjalan namun Alisha merasa kakinya terlalu lemas untuk bisa melangkah.
"GoPapa datang" dengan sigap Bintang langsung menggendong Alisha sebelum putri kesayangannya itu terjatuh.
"Lho Pa? Kok Papa disini?"
"Ya kan Papa punya rumah? Masa punya rumah ngga pulang-pulang? Yakali Bang Toyib"
"Bang Toyib siapanya Tayo?"
"Hah? Piye sih dek?" Bintang membaringkan Alisha ke tempat tidurnya. "Eh, gimana tadi kemonya? Seru ngga?"
"Pa yang ada tuh nyanya 'gimana dek sakit ngga' gituu. Dikira wahana Dufan apa gimana sih?"
"Duh itu sih pertanyaan retorik. Pasti sakit lah kalau dicubles-cubles gitu. Iya kan? Sakit ngga?"
"Iya sakit sih waktu disuntik, tapi setelahnya ngga kok. Palingan ngerasa agak pusing, sama mual sedikit. Eh tadi aku dapat kenalan baru lho paa"
"Astaga. Jangan selingkuh dek, Papa udah terlanjur bikin grup B4 sama Bhre. Masa iya dikick"
"B4? Bahan Berbahaya Beracun?"
"dan Berduit" Alisha menanggapi celetukan Papanya dengan memasang wajah datar.
"Ini tuh cewek paa, cewek! Namanya Kak Arin. Orangnya cantik, anggun, bertutur kata lembut, oke banget tapi menurut adek terlalu oke buat Mas Bumi"
"Wow, bertutur kata lembut? Sangat tidak mencerminkan mama mu ya bestie?"
"Huftt.. kalau sekarang aku ada tenaga pasti aku aduin ke mama deh"
"Niat jahat memang tidak akan direstui. Terus gimana lanjutan ceritanya?" Bintang menyibak rambut Alisha.
"Oh, tadi kak Arin cerita kalau dia tuh punya adik seumuran aku. Terus sekolahnya sama kaya aku juga pa. Tapi aku lupa tanya nama adiknya siapa. Bisa jadi temen seangkatan aku kan?" Bintang melihat Alisha yang sedang semangat bercerita sambil tersenyum. Entah kapan terakhir kali ia mendengarkan cerita dari Alisha.
"Iya bisa jadi. Dunia sempit banget yaa. Tapi sekarang dunianya Papa harus istirahat dulu biar energynya bisa recharge"
***
"Makasih udah cepet pulang" kata Prima yang saat ini berada di pelukan Bintang.
Bintang menggelengkan kepalanya, "apaan sih pake bilang makasih segala, kaya sama siapa aja. It's been hard for you kan mama? Maaf ya, harusnya aku pulang lebih awal"
Bintang merapatkan pelukannya pada sang istri yang tampaknya sedang berusaha untuk menahan tangisnya.
"Paa, kalau Alisha meninggal kita gimana?"
"Hey" Bintang melepaskan pelukannya kemudian melihat ke arah Prima. "Kamu jangan bilang gitu dong. Alisha aja semangat buat sembuh, kok kamu malah pesimis gitu sih maa? Ayo semangat! Kita lewati ini sama-sama"
"I'm just.. afraid" bibirnya tersenyum tapi butiran air mata lolos dari kedua mata Prima. Bintang langsung memeluk istrinya lagi. Kali ini dengan dekapan yang lebih erat.
"Aku juga takut. Tapi aku coba percaya sama keajaiban. God is good kan ma?"
***
Setelah tidur selama tiga jam, Alisha merasa badannya lebih segar. Saat ia meoleh ke sebelah kanan, jam wekkernya menunjukkan pukul 16.00. Ah, Bhre pasti sudah pulang sekolah.
Alisha mengambil ponsel yang ada di sebelah tempat tidurnya.
"Hallo?"
"Hi, kamu udah bangun?" Jawab Bhre.
"Hemm, barusan. Tadi aku sebenernya pengen ngabarin kamu waktu udah selesai kemo, tapi lupa hehehe"
"Ngga apa-apa, pasti capek ya?"
"Yaa.. dikit. Tapi udah segar bugar karena udah tidur tiga jam"
"Kurang tuh.."
"Hehe. Emmm.. Bhre?" ucap Alisha ragu-ragu.
"Ya?"
"Kamu... ngga marah?"
"Siapa bilang? Aku kesel sih sama kamu"
"Banyak?"
"Dikit aja. Yang banyak mah kangennya"
"Hehe. Maafin ya. Kamu sibuk ngga abis ini? Main ke rumah aku dong, aku mau cerita banyaaakk banget. Terus aku mau minta maaf juga"
"Kan kamu udah minta maaf?"
"Yang proper gitu loo"
"Hahaha iya iya. Kebetulan banget, tadi Alin sama yang lainnya bilang pengen ketemu sama kamu"
"Yaudah sini sini main ke rumah!" Senyum di wajah Bhre melebar saat mendengar Alisha yang rupanya sedang bersemangat.
"Ntar jam 7 kita ke rumah kamu ya?"
"Oke, oke. Enaknya aku beli apa ya buat cemilan? Kasih aku recom dong"
"Ngga usah. Sebelum ke rumah kamu niatnya kita mau mampir cari jajan dulu. Kamu mau titip apa?"
"Telur gu—"
"Kecuali telur gulung, cilok, cimol, seblak, kopi, dan zero coke"
"Yahhh"
"Froyo aja ya?"
"Ngapain kamu nanya sih kalau ujung-ujungnya terserah kamu?"
"Sama silky pudding? Oke oke"
"Kamu ngga ngedengerin aku ya?"
"Hahaha. Aku dengerin kok. Oh iya, masih ngerasa mual ngga?"
"Kok kamu tahu kalau aku ngerasa mual?"
"Tadi browsing dulu, nyari efek kemo tuh apa aja"
"Sekarang aku udah ngga mual sih"
"Hmm good then. Yaudah aku kabarin kalau mau berangkat ke rumah kamu"
"Okaaay. I love you Mas Bhre" buru-buru Alisha langsung mematikan ponselnya.
———
hehe
hallo kawan-kawan 😬🙏🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
1/3 Second
Romance"Gue benci banget sama lo" ucapnya datar sambil memandang mata gadis yang ada dihadapannya dalam-dalam. "I know Bhre, please hate me to your heart's content" jawab gadis itu dengan senyum indahnya.