2. Paradina

797 133 5
                                    

⚠️ mention of death; sexual harassment

Alisha tak pernah menyangka kalau efek meminjamkan PR Kimianya kepada Cakra akan memberikan efek yang luar biasa bagi kehidupan soaialnya.

Dulu, Alisha dapat merasakan beberapa siswa berbisik-bisik sambil melihatnya dengan tatapan yang membuatnya merasa tidak nyaman takkala dirinya lewat. Namun kini, beberapa murid mulai menyapanya.

Alisha tahu kalau dirinya dicap sebagai 'princessa si freezer berjalan' karena sikapnya yang pendiam dan cenderung dingin itu. Bukannya ia tidak ingin berteman dengan siapa pun, hanya saja ia tidak menemukan alasan untuk berbicara dengan mereka.

Entahlah, seingat Alisha dulu ia tidak begini. Oh. Mungkin karena peristiwa 6 tahun lalu. Semuanya berubah saat "pagi" di keluarga Aoki meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya dan hanya menyisakan malam untuk orang-orang yang ditinggalkannya.

***

Paradina Anggrek Aoki.
Anak pertama dari pasangan Bintang Satrio Aoki dan Candrasari Primaningtyas. Bintang memberikannya nama "Paradina" yang memiliki arti pagi. Anggrek—nama panggilan gadis itu, memang memiliki sifat layaknya pagi, hangat, dan cerah.

6 tahun yang lalu, rumah megah berkonsep minimalis itu tidak sepi seperti sekarang.
6 tahun yang lalu, selalu ada lima orang yang menyantap sarapannya bersama-sama di meja makan.
6 tahun yang lalu, saat Anggrek masih disini.

Tidak ada satupun keluarga Aoki yang bisa lupa bagaimana Anggrek meninggal dengan tragis karena peluru yang tepat mengenai jantungnya. Karena bisnis, seorang "sahabat" tega membunuh remaja berusia 16 tahun yang tidak tahu apa-apa.

Berawal dari peristiwa itu, Bintang memutuskan untuk menghapus nama belakang anak-anaknya. Dengan posisinya yang sekarang, ia sadar betul ada banyak orang yang ingin menumbangkannya. Terlahir sebagai "Aoki" memang mempunyai konsekuensi yang besar dan sebisa mungkin Bintang ingin anak-anaknya terhindar dari konsekuensi itu.

"Aoki" adalah sebuah nama yang tidak asing dikalangan Top 1% di negeri ini. Kepiawaian dalam berbisnis, influence yang ada dimana-mana, dan revenue dengan nominal yang gila adalah sebuah deskripsi yang tepat untuk menggambarkan keluarga Aoki. Tapi apalah arti semua itu, the wind blows hardest at the top.

Enam tahun telah berlalu, namun duka tak kunjung usai. Karena peristiwa itu, Bintang, Prima, dan Bumi—anak kedua mereka, menenggelamkan diri mereka masing-masing dalam kesibukan, mencoba berlari dari rasa sakit hati karena kematian Anggrek, dan tanpa sadar akhirnya mereka meninggalkan Alisha.

Alisha paham kenapa keluarganya begitu. Apakah ia sakit hati? Tidak. Menurut Alisha, kalau itu adalah cara agar papa, mama, dan kakaknya bisa bertahan. Maka biarkan lah. Nyatanya memang Anggrek begitu penting bagi mereka.

***

"Shaa!" Alisha menoleh kebelakang, dilihatnya Alin sedang berlari menuju ke arahnya.

"Huh.. huh.. huh.. pagi.. shaa.." katanya sambil terenggah-enggah.

"Pagi. Lo mau minum dulu" saat Alisha akan mengambil air minum yang ada di samping tasnya, Alin menahan tangannya sambil menggelengkan kepala.

"Ngga usah, ngga usah. Oh iya, gue mau balikin buku catetan lo. Sejujurnya ngga gue doang yang fotocopy, beberapa temen ada yang ikutan hehehe. Ngga apa-apa kan Sha?"

"Ngga apa-apa"

"Lo ini mau kelas apa?"

"Math. Lo sendiri?"

"Oh, gue mau PE abis ini. Ntar abis gitu Bahasa Inggris kan?" Alisha menjawabnya dengan anggukan. "Ntar gue samperin ya ke kelas math, kita ke english classnya bareng aja"

"Boleh"

"Yaudah. Gue duluan ya Sha, sampai ketemu ntar!" Alin berlari mundur sambil dadah-dadah ke arah Alisha. Jujur Alisha takut melihatnya, tapi sepertinya berlari mundur adalah salah satu bakat Alin jadi.. yasudah lah.

***

Kelas matematika berlangsung lebih cepat karena Pak Geo ada agenda rapat hari ini. Alisha berdiri di depan kelas matematika sambil melihat ke bawah. Dari tempatnya berada, Alisha bisa melihat Alin yang saat ini sedang mengikat sepatunya, teman-temannya yang lain sudah meninggalkan lapangan basket.

Saat akan berjalan menuju ke kamar mandi ada 4 orang siswa yang menghadang Alin dan menggodanya. Tiba-tiba Alisha melihat ada satu tangan yang memegang dada Alin, dengan reflek Alin pun menampar wajah si pelaku. Mata Alisha membulat dengan sempurna saat ia melihat kejadian itu. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia harus kesana.

Saat membalik badannya, tiba-tiba Alisha menabrak seseorang dan kemudian terjatuh.

"Anj—" Belum selesai orang itu berbicara, Alisha langsung bangkit dan lari begitu saja. Saat ini yang ada dipikirannya hanya Alin.

"Sial. Kenapa sih tuh orang" kata Bhre sambil mengambil kumpulan tugas matematika yang tadi terjatuh karena Alisha.

***

Betapa kagetnya Alisha saat melihat Alin yang kini telah dijambak oleh orang yang bahkan ia tidak tahu namanya. Sontak Alisha langsung menendang orang itu, tepat diwajahnya. Siswa lain yang mencoba mendekat kepadanya ia pukul menggunakan buku Pure Mathematics Practice Book miliknya.

"TOLOOOONGGG" Teriakan Alisha membuat empat orang itu panik.

"Tunggu balesan gue!" Ancam seorang siswa kepada Alisha sebelum ia pergi meninggalkan Alisha dan Alin.

Alisha mengeluarkan jaket dari dalam tasnya kemudian memakaikannya kepada Alin. Tangisan Alin tak kunjung berhenti. Alisha yang bingung harus bagaimana akhinya memeluk Alin dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Kalau lo mau disini dulu gapapa. Atau lo mau ke UKS? Atau lo mau minum?" tidak ada jawaban dari Alin. Gadis itu malah mengeratkan pelukannya pada Alisha.

***

Alisha menyarankan Alin untuk beristirahat saja di UKS, namun Alin menolak tawaran tersebut. UKS adalah tempat yang sepi, ia takut Luke dan gerombolannya akan mengganggunya lagi.

"Pak Setya" Alisha mengangkat tangan kanannya.

"Iya Sha?"

"Saya boleh geser meja saya ngga pak? Silau"

"Boleh, boleh. Yang lainnya juga, misal silau digeser aja ya. Gini nih kalau gordennya ngga dipasang"

Alisha menggeser mejanya sampai bersentuhan dengan meja Alin. Sedari tadi Alisha memperhatikan Alin tampak gelisah dan terus menggenggam kedua tangannya. Tidak lama kemudian, digenggam lah tangan kiri Alin, Alisha ingin Alin tahu bahwa ada dirinya disini.

Hari itu Alisha terus menemani Alin, untung saja jadwal mereka hari ini sama.

"Sha, lo pulang aja duluan. Itu lo udah dijemput" kata Alin saat Pak Gino— tukang kebun Alisha, tiba dengan motor Supranya.

"Ngga apa-apa. Gue temenin sampai lo dijemput"

"Jaketnya?"

"Pake aja"

1/3 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang