6. Rain

646 126 12
                                    

Alisha kini terduduk di tempat tidurnya sambil melihat tetesan air hujan yang membasahi jendela kamarnya. Televisi dikamarnya ia biarkan menyala agar ia tak merasakan sepi. Sore tadi kakanya telah bertolak ke negeri Paman Sam, mamanya pergi ke luar kota dan baru akan kembali dini hari nanti, sedangkan papanya saat ini masih transit di Hongkong, mungkin besok pagi sampai disini.

"It would be nice kalau sehari aja gue bisa kumpul bareng Mas Bumi, Papa, dan Mama. Tapi kayanya hari seperti itu ngga mungkin ada buat gue" kata Alisha dalam hati.

"Ngga, ngga, ngga" Alisha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue ngga boleh egois" gadis itu bermonolog sambil menepuk-nepuk kedua pipinya.

Tanpa Alisha sadari, sedari tadi Bhre melihatnya sambil bersender di daun pintu. Bhre paham betul apa yang dirasakan Alisha karena kedua orang tuanya pun demikian, untung saja ia masih memiliki Cakra, Danar, dan Rendra.

Tok tok
Bhre mengetuk pintu sekali lagi untuk menyadarkan Alisha. Sontak gadis itupun menoleh ke arah datangnya suara.

"Nih gue bawain pain au chocolat buat lo. Masih anget nih, buruan makan" Bhre meletakkan kantong kertas berwarna putih ke pangkuan Alisha.

"Kok lo disini?" Alisha menatap Bhre dengan heran.

"Kalau habis dikasih bilang apa dulu?" Bhre mengabaikan pertanyaan Alisha.

"Makasih. Kok lo disini?" Gadis itu memiringkan kepalanya ke kanan.

"Emang harusnya gue dimana?" Bhre menaikkan satu alisnya.

"Dirumah kek, dimana kek, quality time sama tante Andini gitu kek, kan hari ini tante Andini libur"

"Oh.. udah kok. Tuh oleh-olehnya" Bhre menunjuk kantong kertas yang belum tersentuh oleh Alisha. "Oh iya, abis ini temen-temen mau kesini"

"Temen? Yang mana?"

Bhre menghembuskan nafasnya. "Cakra, Danar, Rendra, Alin, emangnya mereka bukan temen lo?"

"Kan mereka temen lo? Terus emang mereka nanggep gue sebagai temen mereka gitu?"

Bhre menepuk dahinya. "Hah. Ya terus kalau mereka temen gue, mereka ngga bisa jadi temen lo juga gitu? Lagian kalau mereka ngga nganggep lo sebagai teman mereka, ngapain mereka mau ribet-ribet kesini, mana diluar lagi hujan, mendingan juga tidur!"

"Ah.."

"Stop making those unnecessary boundaries dan coba belajar terima kalau lo tuh deserve to be loved. Karena lo terbiasa sendiri bukan berarti lo harus selamanya sendiri. Kalau lo lihat baik-baik, ada kok orang yang bersedia buat ada di sisi lo"

"Lo masuk ke kategori itu ngga?"

Oh, crap. Bhre bingung harus menjawab apa. "Nih nih nih makan nih" Bhre meletakkan kantong berisin pain au chocolat tepat di wajah Alisha.

"IH!"

"Gue mau kebawah dulu jemput temen-temen"

***

"Shaaaa" Alin langsung berlari dan memeluk Alisha. "Gimana? Apa yang masih sakit?" kini Alin memutar-putar badan Alisha.

"Eungg.. ngga ada"

"ALICANN" Cakra hendak berlari ke arah Alisha namun Bhre langsung menarik hoodienya hingga membuat laki-laki 17 tahun itu batuk-batuk. Berbeda dengan Cakra, Danar dan Rendra masuk ke kamar Alisha dengan tenang.

"Apa kabar Sha?"

"Baik, baik" Alisha berjabat tangan dengan Danar dan Rendra secara bergantian.

"Alican, kita bawa pizza nih yuk kita makan bareng. Ada cola jugaa"

1/3 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang