Mata Alin sedari tadi tertuju pada Alisha. Entah mengapa hari ini ia merasa kalau sikap Alisha berbeda. Alisha memang pada dasarnya adalah anak yang pendiam, namun hari ini ia lebih diam dari biasanya, terlebih raut wajahnya juga tampak muram.
Tuk tuk
Alin mengetuk meja Alisha dengan pelan menggunakan jari telunjuknya. Alisha yang tadinya melamun kemudian menoleh dan melihat secarik kertas yang ada di merjanyaAre you okay? Ada masalah?
Alisha tersenyum karena membaca tulisan dari Alin.
Nope, I'm good 😉
Alisha memberikan kertas yang telah ia tulis kepada Alin kemudian ia kembali lagi melihat pemandangan di luar jendela.
"Bohong" batin Alin dalam hati.
***
"Sha, mau beli froyo ngga abis ini? Denger-denger ada tempat froyo yang baru buka di dekat sekolah"
"Hmm mau banget. Tapi lain kali aja ya. Abis ini gue mau ketemu sama team athletic dulu"
"Oh? Ngapain? Gue tungguin juga ngga apa-apa kok"
"I don't know juga sih. Terus gue ngga yakin kalau bakal bentar. Lagian lo ntar sore bukannya ada kumpul buat lomba dance?"
"Aishh. Iya juga. Eh iya gue denger-denger lo ikutan event buat bikin naskah drama musikal ya?"
"Iya, tahu dari mana?"
"Dari Saras. Dia curhat katanya lo tahun depan ngga mau perform, maunya dibalik layar aja, terus sekarang anak drama bingung nentuin pemeran utamanya siapa"
"Lah ngapain bingung? Orang konsepnya aja belum pasti"
"Ya kan biasanya pemeran utamanya tuh lo gitu lho shaaaa"
***
Sepulang sekolah Alisha berjalan menuju running track yang terletak tidak jauh dari kelas Biologi. Alisha berbohong, tidak ada pertemuan dengan team athletic siang ini.
God is good.
Tuhan menciptakan perasaan sedih kedalam diri seorang manusia, namun Tuhan juga menciptakan sebuah "penawar" untuk mengatasi perasaan tersebut yaitu dengan sebuah hormon yang bernama endorphin.Berlari membantu melepaskan hormon endorphin di dalam otak. Oleh karena itu disini lah Alisha sekarang, di running track sekolahnya. As expected from track and field athlete. Setelah 10 menit pemanasan, Alisha mulai berlari.
Awalnya ia merasa biasa saja, lalu lama kelamaan tubuhnya terasa seperi dihujani beribu-ribu jarum. Nyeri sekali.
Oh, iya. Sekarang ia bukanlah Alisha yang sehat seperti dulu. Saat ini dirinya adalah orang dengan AML. Lagi, dan lagi, air matanya menetes.
Karena tidak menyadari bahwa tali sepatunya terlepas, Alisha pun tersungkur dan kemudian jatuh. Pada sore itu benteng pertahanan Alisha runtuh. Lagi. Ia menangis sejadi-jadinya.
Alisha termasuk kedalam golongan orang-orang kesepian. Orang tuanya sibuk, kakaknya sibuk, belum lagi ia tidak punya teman. Salah satu cara untuk membuatnya bahagia adalah dengan berlari. Namun kini untuk berlari saja ia tak mampu. Lantas apakah benar kalau "God is good"?
Alisha tidak pernah marah kepada Tuhan atas meinggalnya Anggrek. Saat keluarganya lupa akan keberadaannya, ia juga tak marah. Mungkin hidup menyedihkan ini memang untuknya. Tapi kali ini Alisha bertanya-tanya. Apakah kali ini juga kurang menyedihkan?
Langit ikut merasakan kesedihan Alisha. Perlahan hujan pun turun dan tangisan gadis berusia 17 tahun itu semakin menjadi. Tangannya memukul-mukul tanah, sesekali ia berteriak.
![](https://img.wattpad.com/cover/323881001-288-k303070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1/3 Second
Romance"Gue benci banget sama lo" ucapnya datar sambil memandang mata gadis yang ada dihadapannya dalam-dalam. "I know Bhre, please hate me to your heart's content" jawab gadis itu dengan senyum indahnya.