—bayi—
"sayang—"
blam!
Jeongwoo mencebikkan bibirnya, Junghwan benar benar mengusirnya dari kamar agar tidak tidur bersama.
si manis kesayangannya itu sedang merajuk rupanya, karena Jeongwoo lagi lagi melupakan janji untuk menemani kekasih hatinya memeriksa kandungan rutin tadi sore.
sungguh, terjadi sesuatu di kantor yang menyebabkan dirinya harus rapat dadakan bersama kolega bisnisnya. Jeongwoo meninggalkan ponselnya di ruangan sehingga dering alarm pengingat itu tak dapat terdengar sampai ke telinganya.
Jeongwoo baru ingat setelah dirinya pulang malam dan menginjakkan kaki di pekarangan rumah, sesuatu terasa begitu mengganjal di hatinya. dan benar saja, karena sang pria berbahu lebar rupanya baru menyadari bahwa ia telah mengingkari janjinya sendiri terhadap sang submisif.
seperti yang kalian lihat, Junghwan mengeluarkan sebuah bantal untuk suaminya tidur di ruangan lain. asalkan tidak bersamanya di kamar. kemudian mengunci pintu kamar dari dalam sehingga suaminya itu tak dapat berbuat apa apa.
Jeongwoo sungguh sungguh masih mengenakan setelan kantornya, belum sempat berganti pakaian ataupun sekedar minum air. sang dominan langsung melempar koper kerjanya sembarang ke sofa begitu mendapatkan sambutan selamat datang berupa isak tangis kesayangannya.
namun Jeongwoo terlambat. Junghwan benar benar tak mau melihat wajahnya. sepertinya hormon hamil membuat si manis satu ini sensitif luar biasa.
ya tuhan... Jeongwoo bisa saja tidur di kamar tamu atau di ruang tengah. tapi, sejujurnya pria berbahu lebar itu merasa amat kosong dan tak nyenyak jika belum menghirup aroma tubuh Junghwan yang menghilangkan penatnya.
"sayaang... ya tuhan..."
—bayi—
"nakal! Junghwan marah! mas urusin aja terus kerjaan mas! ngga usah urusin Junghwan sama bayi! hiks!"
terdengar suara bentakan dari dalam kamar, tangisan sosok calon papa muda itu semakin menjadi jadi. membuat Jeongwoo gemas dan gelisah disaat yang bersamaan.
"sayang, saya belum ganti baju. saya belum minum air, saya belum cium kamu. belum sapa adik bayi. masa suaminya dikunciin diluar kamar begini? dibuka sebentar ya pintunya?"
"ngomong aja sama laptop!"
sial, Jeongwoo bungkam dibuatnya. orang hamil memang tak main main galaknya. tingkat kengerian Junghwan meningkat drastis menurut sang dominan.
"sayang... saya minta maaf."
"nggak!"
"saya janji check up berikutnya bakalan anter—"
"ngga usaah! ga usah janji kalau udah pasti ingkar!"
Jeongwoo meneguk salivanya, nada bicara Junghwan terdengar begitu marah. suara sang submisif bahkan jelas ketara gemetarnya.
baiklah, sang pemimpin perusahaan ini bukanlah apa apa jika sudah menginjak rumah. akan terdapat lagi pemimpin yang lebih besar darinya; tuan Junghwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
bayi; iksan boys [end]
Fanfiction"bayi, kamu harus punya bayi sebagai syarat melanjutkan perusahaan ayah." oh ya tuhan, ayolah. Jeongwoo sudah mencapai titik ini, ia bersusah payah kuliah dan bekerja disana sini agar dirinya pantas memegang perusahaan warisan. dirinya adalah satu s...