Ada sebuah pepatah menyatakan bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Ini adalah pola sebab-akibat dimana hasil adalah akibat, dan usaha adalah sebab. Sehingga hasil tidak akan berkhianat kepada usaha, karena hasil bergantung pada usaha, dan karena hasil adalah akibat dari usaha. Sebagaimana akibat dari Jeno yang rela belajar keras semalaman dengan kakaknya. Bahkan mereka sampai begadang hingga diri hari untuk menuntaskan semua materiㅡserta birahi. Hasilnya Jeno benar-benar mendapat nilai sempurna pada ujian Biologi hari ini.
“Pinter banget Adek bisa dapat nilai A,” Bunda tersenyum sumringah membaca kertas hasil ulangan putra bungsunya.
“Itu berkat Kakak ngentㅡ”
Perkataan Jeno tertahan akibat tangan Mark yang bergerak gesit membungkam mulut sang adik. Sudah menebak apa yang akan dikatakan adiknya adalah hal tak senonoh, jadi Mark mencegahnya. Sementara Bunda menatap keduanya penuh tanda tanya, “Nge apa...??”
“Ngerangkum materi, Bun!!” Mark menimpali berusaha meyakinkan. Dia lanjut berkata, “Kakak bantu Adek ngerangkum materinya biar lebih mudah dipelajari.”
Senyum Bunda kembali merekah, dia mengelus pucuk kepala Mark dengan sayang, “Pantas saja. Terima kasih ya kamu sudah jadi Kakak yang baik untuk Adekmu. Kamu bantu Adekmu belajar sampai dia jadi pintar.”
Mark menyengir kuda. Tentu saja, dia mengajari adiknya dengan baik. Tidak ada kakak lain di dunia ini yang memiliki teknik mengajar materi Biologi kepada adik ‘seperti’ dirinya. Dia jadi ingin mengajari adiknya lebih banyak hal. Sampai Jeno menjadi ahli pemuas nafsu. Setelah sang Bunda memerintah berganti pakaian, Mark langsung menyeret lengan Jeno ke dalam kamar. Menutup pintu lantas menegur adiknya dengan tegas pasal tadi.
“Adek jangan beritahu siapapun soal Kakak ngentotin kamu. Ini rahasia kita, okay?”
“Hooo... Rahasia ya?” Jeno mengerjapkan matanya beberapa kali. “Baiklah Adek mengerti.”
“Pintar,” Mark mengusak rambut adiknya gemas. “Kemarin Kakak sudah janji kasih Adek hadiah kalau dapat nilai sempurna. Tunggu di sini.”
Mark berjalan keluar dari kamar adiknya. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebuah kotak di tangannya. Dia telah menyimpan benda itu di kamarnya sejak lama. Sengaja menunggu waktu yang tepat untuk diberikan kepada adiknya. “Ini hadiah khusus Kakak persiapkan untuk Adek,” katanya seraya menyerahkan kotak itu pada Jeno.
Jeno menatap kotak di tangannya disertai ekspresi bingung, “Ini apa Kak?”
“Dibuka coba, Dek,” Mark tersenyum simpul.
Saat berhasil membuka kotak itu, Jeno mendapati sebuah benda seukuran jari orang dewasa dimana salah satu sisi berbentuk oval memanjang. Sedangkan bentuk sisi lainnya mirip ekor hiu. Dia belum pernah melihat benda ‘unik’ seperti ini. Dahinya mengernyit dalam, “Ini benda apa, Kak?”
Mark mengambil benda itu dari kotaknya, “Ini mainan buat Adek. Sini Kakak kasih tahu cara pakainya. Dijamin nanti Adek pasti suka.”
Jeno pikir mainan itu cara pakainya sama seperti permainan-permainan kesukaannya di TimeZone. Ternyata tidak. Mainan itu harus dimasukkan ke dalam vaginanya, kata Mark. Karena percaya, dia melakukan semua yang kakaknya perintahkan. Berbaring di atas ranjang tanpa sehelai celana. Mark nampak duduk di hadapan antara selangkangan Jeno.
“Baru tadi malam Kakak perkosa memek kamu. Kenapa sekarang keliatan makin cantik saja hm?” pujian Mark menimbulkan semburat kemerahan di pipi Jeno, menggemaskan.
“Adek belum ganti pakaian, Kak. Masih pakai seragam sekolah ini,” ucap Jeno menginterupsi, dia merasa tidak nyaman memakai seragam sekolah terlalu lama apalagi di rumah.
“Nggak apa-apa. Kamu keliatan makin seksi pakai seragam sekolah.”
Jeno tidak tahu saja, seberapa terobsesinya Mark dengan adiknya yang mengenakan seragam sekolah. Tidak ada yang tahu bagaimana Mark selalu menahan diri untuk tidak melecehkan sang adik tiap kali berpapasan di koridor antar kelas. Maksud Mark, lihat lah penampilan Jeno sekarang. Tubuh sintal versi lelaki berbalut kemeja ketat berwarna putih. Dipadukan dengan dasi biru dongker yang menjadi warna ciri khas SMA mereka, masih melingkar di leher Jeno sengaja dilonggarkan. Ditambah wajah lugu yang tidak tahu apa-apa tentang semua rencana nakal di otaknya, Jeno sungguh membuat libido Mark menggebu-gebu.
“Memek Adek jadi gampang basah gini. Padahal cuma Kakak sentuh,” Mark terkekeh pelan, jarinya sibuk menggerayangi klitoris Jeno.
“Eungghh... Sentuhan Kakak rasanya enak,” Jeno meremas sprei dan bibir bawahnya digigit menahan lolosnya desahan dari mulutnya.
“Kamu pakai jari Kakak aja keenakan. Gimana kalau pakai mainan ini hm?” tanpa aba-aba Mark memasukkan ‘mainan’ itu ke lubang vagina adiknya, membuat Jeno menggelinjang terkejut.
“Mmhhhㅡ Kakak masukin apa ke memek Adek...?” Jeno mengarahkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya tapi tetap tak terlihat. Dia hanya bisa merasakan bahwa sesuatu mengganjal di dalam vaginanya.
“Ini namanya vibrator, Dek. Mainan yang Kakak hadiahin buat kamu.”
“Engghhh Kakak~ Kenapa memek Adek jadi getar? Ahhh...”
Mark terkekeh melihat adiknya menggelinjang gelisah, juga vaginanya yang terlihat semakin basah, “Ini vibratornya yang bergetar, Sayang. Gimana rasanya memek Adek dikocok sama vibrator? Lebih enak dari jari Kakak kah?”
“Unghhh geli kak~! Tubuh Adek rasanya aneh,” Jeno hendak merapatkan selangkahannya namun dicegah oleh kedua tangan Mark. “Adek mau pipis!!” teriaknya tak mampu menahan cairan yang mendobrak keluar dari uretranya.
“Nggak perlu kamu katakan Kakak sudah tahu jawabannya,” Mark tersenyum gemas melihat labia adiknya yang basah kuyup akibat terkena cairan squirt, juga mengenai sprei. Dia pun memencet tombol pada remot pengendali agar vibrator itu berhenti bergetar. “Belum ada tiga menit dikocok vibrator memek Adek udah ngompol. Bagus lah kalau Adek suka sama hadiah Kakak.”
“Huhh... Memek Adek masih gatal, Kak,” Jeno menggerakkan tangannya ingin menyentuh klitorisnya, akan tetapi Mark menahannya.
“Jangan disentuh,” Mark melepaskan dasinya serta dasi adiknya untuk mengikat kedua tangan Jeno pada kepala ranjang. Dia terpaksa melakukan itu karena Jeno sempat memberontak. “Hari ini nggak boleh pakai jari. Memek Adek yang udah mulai longgar ini nggak cukup kalau pakai vibrator aja ya rupanya. Gimana kalau Kakak masukin vibrator sama kontol Kakak ke memek Adek hm?”
“Kakak... Tolong memek Adek gatal...”
Sial, wajah Jeno yang memohon-mohon membuat libido Mark kian memuncak. Ketidakberdayaan Jeno akibat kedua tangannya yang diikat hanya mampu berharap pada bantuan sang kakak. Dengan tidak sabaran Mark menanggalkan celananya. Menyisakan kemeja putih di tubuhnya seperti penampilan sang adik. Penisnya yang sudah menegang membobol masuk vagina Jeno tanpa menyingkirkan vibrator yang telah terpasang di sana sejak tadi. Di saat yang sama desahan Jeno menyapa gendang telinganya, membuatnya ingin mendorong masuk penisnya lebih dalam.
“Gimana Adek? Enak hm?”
“Eunghhh Kak Mark... Adek merasa penuh bangetㅡ”
Memang itu tujuan Mark. Dia ingin mengisi setiap bagian dari Jeno. Dia tak ingin ada kekosongan yang dirasakan adiknya dalam hidup. Dia hanya ingin membuat adiknya merasakan kebahagiaan penuh. Setelah batangnya masuk seluruhnya, Mark menyalakan getaran pada vibrator. Sengaja tak menggerakkan penisnya di dalam vagina. Dia memilih membiarkan vibrator yang bekerja.
“Ummhh aaahhh kontol Kakak getar di dalem Adek hngg~” meski Mark bergeming, tapi akibat getaran vibrator Jeno dapat merasakan penis Mark mengobrak-abrik dinding vaginanya. Jeno tidak bisa mengendalikan tubuhnya sehingga pergelangan tangannya memerah karena bergesekan dengan dasi yang mengikatnya.
Mark seakan tak puas hanya menikmati vagina sempit nan hangat adiknya pun mulai bergerak melucuti kancing kemeja Jeno. Menampakkan sepasang tonjolan daging kecil di bagian dada. Tangan nakal memijat dada. Sedangkan mulutnya sibuk mengulum, menjilat, dan mengisap puting satunya. Jeno benar-benar dibuat kacau. Desiran di dalam dirinya menderas, tubuhnya terasa begitu panas.
“Aahhh Kakakㅡ Adek enghhh...”
“Adek kenapa hm?” Mark mendongak sekilas menatap wajah merah padam adiknya dibanjiri peluh. Dan kembali memainkan puting adiknya. Jeno tak mengira kakaknya akan menaikkan kecepatan getaran pada vibrator. Membuat lelaki itu merasakan nikmat berkali-kali lipat.
“Mau pipis.... Hahhh!!”
Pelepasan tak terhindarkan. Jeno mengotori perut bagian bawah kakaknya dengan cairan squirt. Tapi Mark membiarkannya, “Lagi-lagi Adek pipis duluan sebelum Kakak.”
“Adek capek banget Kak,” tutur Jeno yang memang tampak lemas tak berdaya. Dia sudah lelah mengerjakan ujian sekolah, saat di rumah bukannya istirahat dia justru dimainkan kakaknya habis-habisan.
“Jangan berhenti. Kakak kan belum pipis.”
Mark mencabut vibrator dari vagina dan memindahkannya pada lubang anus adiknya. Jeno menggeliat tak nyaman merasakan getaran di anusnya. Pada saat itu lah Mark menghujami titik g-spot Jeno dengan penisnya berkali-kali. “Mmhhh enak banget memek Adek mijitin kontol Kakak. Ayo lakuin lagi, Kakak nggak akan pernah puas ngentotin kamu.”
“Aaahhh aahhh~ Kakak kapan pipisnya~?”
“Sebentar lagi,” tak lama setelah Mark menghentakkan penisnya dengan kasar, cairan sperma menyembur di dalam vagina adiknya. Jeno kembali merasakan sensasi ‘penuh’.
“Ah... Kakak~ tadi Bunda sudah masakin kita makan siang. Tapi sekarang Adek sudah merasa kenyang.”
Mark tertawa renyah sambil melepaskan ikatan di tangan Jeno. Dia merengkuh tubuh adiknya ke dalam pelukan, “Kenyang makan peju Kakak hm?”
Jeno mengganggukkan kepala. Dia mengusalkan wajahnya pada dada bidang sang kakak. Saat ini yang ingin dia lakukan hanyalah istirahat. Tubuhnya benar-benar terasa lelah.
![](https://img.wattpad.com/cover/323903849-288-k321236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET PLEASURE
Fanfiction⚠️ mature content boypussy ⌠ boy x boy | mark x jeno ⌡ ❛❛ They don't know about us. ❜❜ Start : 10-10-2022 End : By : anxiethree