15 : Perubahan Hormon

17.4K 299 22
                                    

Jaemin langsung kembali ke rutinitasnya bekerja sepulang dari Singapura. Sejujurnya dia tidak terlalu suka hari libur atau pergi liburan. Karena bagi dirinya libur itu bukannya menghilangkan stress, tapi justru membuat pekerjaannya menjadi menumpuk di kemudian hari. Sementara dia sibuk menangani berkas-berkas menumpuk di kantornya, dia sengaja menyuruh Jeno untuk istirahat dari bekerja sampai batas waktu yang belum ditentukan. Karena semenjak kejadian 'hukuman' itu kondisi Jeno belum membaik. Bahkan tingkah pria itu kadang tiba-tiba menjadi aneh seperti...

"Ya, ada apa, Nayeon?" Jaemin mengangkat panggilan yang menginterupsi pekerjaannya. Karena panggilan itu dari Nayeon sudah pasti ada hubungannya dengan Jeno, maka dia tak bisa mengabaikan panggilannya.

"Tuan Lee tantrum lagi Pak..."

Jaemin menghela napas mendengar rengekan Jeno di seberang sana, "Berikan ponselnya. Biarkan aku bicara padanya."

"Baik Pak."

Jaemin sudah tidak kaget mendengar Jeno memanggil namanya tanpa embel-embel lagi. Hubungan mereka sudah semakin intim sekarang. Dia lantas merespon rengekan Jeno yang memanggil namanya, "Ada apa, Sayang? Ada sesuatu yang kamu inginkan?"

"Iya Jaemin-ah..."

"Apa itu? Katakan padaku."

"AKU MAU NENEN, JAEMIN!"

Syok. Jaemin refleks menutupi speaker ponselnya. Minjeong dan Jisung saling menatap terkejut. Tapi Jisung berusaha keras menahan tawa setelahnya. Mereka bertiga sama-sama tidak menyangka akan perkataan Jeno barusan. Sungguh di luar prediksi Tuan Muda Na Jaemin.

"Pelankan suaramu, Sayang. Aku sedang di kantor," ujar Jaemin berusaha menasehati Jeno. "Nanti kita bicarakan soal 'itu' lagiㅡ"

"KENAPA SIH DOM TIDAK MAU KASIH NENEN? AKU KAN JUGA MAU NENEN!"

Untuk kedua kalinya mereka bertiga senam jantung. Jeno bertindak seolah larangan ada untuk dilanggar. Padahal Jaemin meminta dirinya untuk tidak berteriak karena suaranya bisa didengar juga oleh Minjeong dan Jisung. Kali ini Jisung tidak bisa menahan diri, dia kelepasan mengeluarkan suara "pffftt". Sehingga mendapat tatapan tajam dari Jaemin yang terlihat semakin panik.

"I-iya iya nanti aku kasih kalau sudah pulang ya, Sayang," kata Jaemin dengan terpaksa demi menenangkan Jeno. "Sekarang aku mau selesaikan pekerjaanku dulu. Kamu istirahat yang baik di rumah, kalau butuh sesuatu katakan saja pada Nayeon."

"Huum... Janji?"

Jaemin menghela napas dalam sembari memijit pelipisnya, mendadak terserang pening, "Iya... Janji. Sudah ya, teleponnya aku matikan dulu. Aku masih ada beberapa pekerjaan. Nanti kita bicara lagi, oke?"

"Okai~! Semangat sayangnya Jeno!"

"Iya, makasih Sayang."

Jaemin meletakkan ponselnya langsung menatap tajam bergantian pada Minjeong dan Jisung seraya berkata, "Apa yang kalian dengar?"

Minjeong dan Jisung kicep ditatap seperti itu oleh atasan mereka. Keduanya kompak menggeleng dengan cepat dan menjawab, "T-tidak.. tidak dengar apa-apa, Pak!"

"Bagus. Tetap lah berpura-pura tidak mendengar atau aku akan benar-benar menghilangkan telinga kalian."

"Ampun, Pak..."

Jaemin membaca sekilas berkas-berkas di mejanya lalu menandatangi semuanya dengan cepat. Dia memeriksanya sekali lagi sebelum menyerahkannya pada Minjeong, "Setelah ini tolong carikan MoU perpajakan dan serahkan ke saya ya. Sepertinya sudah mendekati jatuh tempo perpanjangan MoU."

"Baik, Pak."

"Tunggu..."

Minjeong batal beranjak, dia menatap Jaemin yang menunjukkan sebuah amplop besar berwarna coklat, "Ini apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECRET PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang