02 : Practice Makes Perfect

38.8K 785 46
                                    

“Jadi, kesimpulannya fungsi vagina adalah sebagai jalan lahir bayi serta jalan masuk sperma menuju rahim,” Jeno membuat rangkuman materi yang sudah diajarkan kakaknya di buku tulis.

“Tambahin, sebagai jalan masuk kontol Kakak,” sanggah Mark bercanda.

Jeno memiringkan kepala menatap kakaknya, “Haruskah itu Adek tulis di buku juga?”

“Tentu saja. Supaya kamu tidak lupa bahwa mulai hari ini memek kamu jadi tempat pembuangan peju Kakak.”

“Okay.”

Mark tersenyum simpul melihat adiknya benar-benar menulis seperti yang dia katakan. Sejak mengetahui fakta bahwa adiknya terlahir ‘berbeda’, dia menjadi khawatir jika tidak bisa menahan diri. Bertahun-tahun menjaga jarak dengan Jeno, bukan karena dia tidak peduli terhadap adik sendiri, seperti penilaian Jeno padanya selama ini. Dia sejujurnya ingin banyak bercengkrama dengan sang adik. Sama seperti ketika mereka masih anak-anak. Namun seiring dengan pertumbuhan fisik dan psikisnya di masa pubertas, dia menjadi terkadang sulit mengendalikan hormon dopamin di dalam otaknya tiap kali mengintip sang adik mandi. Dan pada akhirnya hari ini dia membiarkan pertahanannya runtuh.

“Nggak ada orang lain yang boleh nyentuh memek Adek selain Kakak,” Mark bergumam namun dapat didengar oleh Jeno yang memilih fokus menulis rangkuman materi di buku catatannya. Lelaki yang lebih tua menjulurkan tangannya untuk menyisir surai legam Jeno menggunakan jemarinya, “Kalau sudah selesai mencatat, sekarang Adek buka halaman selanjutnya di buku materi.”

Jeno membuka lembar halaman berikutnya di buku materi, menampilkan judul bab baru. “Alat reproduksi pria,” tuturnya saat membaca judul pada buku.

“Benar. Sekarang Adek akan menganalisis kontol Kakak,” pernyataan Mark spontan membuat Jeno mengernyit bingung.

“Kenapa kontol Kakak?”

Mark menghela napas lirih, butuh kesabaran tinggi untuk menghadapi orang polos stadium akut. Dia pelan-pelan menjelaskan, “Coba Adek bandingkan gambar di buku itu dengan kontol Kakak. Bentuknya sama tidak?”

Jeno menatap penis Mark dan gambar di buku secara bergantian. Maklum dia belum pernah melihat alat kelamin pria secara langsung. Makanya dia baru sadar ternyata sekumpulan daging panjang yang ada di selangkangan kakaknya itu lah yang disebut penis. Dan rupanya itu juga yang membobol masuk ke dalam vaginanya tadi.  Membayangkan daging sebesar dan sepanjang itu menyodok serviksnya berkali-kali, membuat vagina Jeno berkedut lagi.

“Um.. iya sama...,” Jeno langsung memalingkan wajahnya yang memanas ke arah lain. Mark yang menangkap gelagat aneh adiknya lantas terkekeh.

“Kenapa? Kamu sange liat kontol Kakak?”

“Memek Adek basah Kak...”

Mark tertawa renyah, “Licin banget mulut pelacur. Pengen Kakak sumpel itu mulut kamu pakai kontol sampai robek.”

Jeno hanya mengerjap polos.

“Sekarang kamu yang nunjuk bagian-bagian kontol Kakak sambil sebutin nama-nama organnya sesuai gambar di buku, paham?” Mark duduk bersila di depan Jeno, mempermudah adiknya melakukan analisa terhadap alat reproduksinya.

“Baiklah,” Jeno memulai dari yang paling atas, jari telunjuknya menyentuh ujung penis sang Kakak dan membaca gambar di buku. “Bagian ini disebut kepala penis,” ujarnya.

“Kamu benar. Ini terlalu mudahㅡ ahhh... Apa yang kamu lakukan?!” Mark merasakan geli sekaligus nikmat ketika jari telunjuk sang adik bergerak memutar di permukaan kepala penisnya. Dia tersiksa namun membiarkan Jeno melakukannya, jadi yang bisa dia lakukan hanya meremas karpet.

SECRET PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang