1

225 22 4
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Sifat gintoki dan hiroki

Aku datang ke tempat dimana gintoki tinggal saat ini. Aku dan gintoki terpisah setelah perang usai. Aku akan mengetuk pintu dimana gintoki tinggal tapi ada yang menarik bahuku.

"Oi gintoki kapan kau akan membayar sewa!" Pekik wanita tua yang merokok.

"Maaf nyonya saya bukan sakata gintoki." Ucapku.

"Apa maksudmu jangan mengarang?!" Kesalnya.

"Baba kau berisik!" Kesal Gintoki.

Pintu rumah terbuka disana kulihat gintoki menggaruk belakang kepalanya menatap kesal wanita tua itu, sementara wanita tua itu kaget melihatku dan gintoki. Aku tersenyum melihat kembaranku sehat seperti terakhir kali aku bertemu.

"Kalian kembar?" Tanya Wanita tua.

"Hah kembar?" Bingung Gintoki.

"Yo gin!" Sapaku.

Gintoki melihatku sejenak dia terdiam sejenak dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam rumah. Di dalam gintoki memelukku sangat erat bahkan kurasakan bahuku basah.

"Gin lepaskan." Ucapku.

"Kau kemana saja bodoh?!" Kesal Gintoki.

"Aku akan jelaskan lepaskan dulu." Ucapku.

Gintoki melepaskan pelukannya dan aku hanya menurut saja saat gintoki menarikku menuju ke ruang tamu. Aku mengerti pasti gintoki kaget akan kedatanganku.

"Aku tahu yang sudah dilewati olehmu gin. Beberapa tahun terakhir aku mengalami luka parah akibat perang itu. Jadi baru hari ini aku bisa bertemu denganmu." Ucapku.

"Tidak masalah. Aku senang kau masih hidup kukira kau sudah mati." Ucap Gintoki.

"Aku berjanji padamu tidak akan mati kan." Ucapku.

"Ya benar." Ucap Gintoki.

"Apa masalahmu dengan wanita tua itu?" Tanyaku.

"Oh itu aku belum membayar sewa tempat ini." Ucap Gintoki menggaruk belakang kepalanya.

Aku mengambil uang di kantongku dan menyerahkannya kepada gintoki. Gintoki cengo dan aku memukul wajahnya agar segera sadar.

"Hei kau masih saja kurang ajar terhadap kakakmu!" Kesal Gintoki.

"Bayar sewa ini dulu agar kau tidak ditagih terus menerus." Ucapku.

"Terimakasih." Ucap Gintoki.

"Sama-sama." Ucapku.

✔️ Sakata Gintoki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang