3

79 11 2
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Hiroki itu

Aku sering melihat gintoki melakukan berbagai macam pekerjaan dari klien yang meminta bantuan dengan dia. Aku hanya melihat saja tidak berniat membantu lagipula aku punya pekerjaan sendiri.

"Oi hiroki cepat antarkan pesanan ini!"

"Baik bos!" Pekikku.

Aku mengambil pesanan dari dapur dan mengantarkannya ke meja yang dituju. Aku hanya terdiam disana ada orang yang kukenal sebagai hijikata toushiro dan okita sougo.

"Nih pesanan kalian." Ucapku.

Aku pergi meninggalkan mereka berdua karena aku malas berinteraksi dengan mereka. Selesai shift pagi aku pergi ke kedai makan sekedar memesan makanan untuk gintoki dan kedua anak buahnya.

Di perjalanan pulang aku melihat banyak amanto berkeliaran. Aku menghela nafas kasar menyalahkan ketidakmampuan kami semua para samurai untuk mengusir mereka disini.

"Kau adik yorozuya kesini!" Panggil Hijikata.

"Namaku hiroki." Ucapku.

"Terserahlah ayo ikut denganku sebentar." Ucap Hijikata.

Aku hanya menurut saja saat hijikata menarik tanganku menuju suatu tempat. Hijikata menodongkan pedang ke leherku membuat aku bingung.

"Kau juga terlibat dengan perang saat itu kan?" Tanya Hijikata.

"Ya tapi aku kalah." Ucapku.

Hijikata terdiam dan aku langsung berlari menjauh dari hijikata ingin segera tiba di rumah sewa. Aku membuka pintu kamar sewa ternyata sepi.

Aku menuju ke kamar gintoki kulihat dia sedang entah melakukan itu. Aku menarik rambutnya membuat dia terjatuh ke belakang.

"Kurang ajar kau!" Kesal Gintoki.

"Kau asyik sekali membaca shonen jump." Ucapku.

"Cerita mereka menarik." Ucap Gintoki.

"Begitu ya." Ucapku.

"Hiro-chan aku mencintai seseorang tahu." Ucap Gintoki.

"Siapa?" Tanyaku.

"Ketsuno ana." Ucap Gintoki.

"Dia siapa?" Tanyaku.

"Pembawa berita cuaca di televisi." Ucap Gintoki.

"Kau temui dia saja." Ucapku.

"Aku tidak tahu alamat tempat tinggalnya." Ucap Gintoki.

"Sayang sekali." Ucapku.

"Kau jangan merebutnya!" Pekik Gintoki.

"Tidak akan." Ucapku.

"Klien terakhir sedikit menyebalkan." Keluh Gintoki.

"Aku bangga padamu niichan sikapmu tentang teman tetap sama." Ucapku.

"Aku ada permintaan untuk menghentikan tetangga yang berisik." Ucap Gintoki.

"Oh gangguan itu ya." Ucapku.

"Iya itu." Ucap Gintoki.

"Besok aku ambil waktu 24 jam di restoran." Ucapku.

"Eh gila kau?!" Kesal Gintoki.

"Uang sekarang sulit dicari niichan jadi memanfaatkan setiap peluang yang ada." Ucapku.

"Tidak boleh. Nanti kau sakit bodoh!" Kesal Gintoki.

"Ayolah cuma seharian untuk besok saja." Ucapku.

"Ck kau masih tanggung jawabku jangan membantah ucapanku!" Kesal Gintoki.

"Aku sudah cukup dewasa memutuskan sesuatu." Ucapku.

Aku pergi dari kamar gintoki dan memilih beristirahat di kamarku. Pagi harinya aku tidak melihat keberadaan gintoki dimanapun mungkin dia mulai melaksanakan permintaan klien.

Aku tidak jadi mengambil shift 24 jam karena sedikit malas bertengkar dengan gintoki. Aku pulang melewati suatu jalan tapi pandanganku terkunci dengan sosok yang kukenal.

Aku menghampirinya disana kulihat gintoki diancam seseorang. Mereka berbicara tentang perang joui bahkan orang yang mengancam gintoki bertanya apakah gintoki dendam.

"Mereka yang gugur memang berharga bagiku tapi menurut adikku percuma membalas hal yang tidak berguna. Aku dan adikku akan terus berjuang hingga para amanto pergi dari bumi." Ucap Gintoki.

Aku tersenyum mendengar ucapan gintoki tapi tak lama orang yang kukenal yaitu takasugi shinsuke mengancam gintoki. Gintoki hanya diam saja tidak berani melawan karena masih ada pedang yang mengarah ke punggungnya.

"Perlu bantuan niichan?" Tawarku.

"Kau bereskan saja." Ucap Gintoki.

Gintoki melemparkan pedang kayu miliknya dan aku menyeringai berhadapan dengan takasugi. Dia menatapku remeh namun aku hanya diam saja.

Robot ternyata mengincar shogun dan shinsengumi jadi biarkan saja lagipula shinsengumi cukup kuat melawan mereka. Aku bertarung dengan takasugi sementara gintoki melirik kearahku.

"Kau tahan takasugi biar aku tangani robot-robot itu." Batin Gintoki.

"Laksanakan." Batinku.

Gintoki dan aku mengganggukkan kepala dan mulai melancarkan aksi masing-masing. Aku menahan takasugi yang akan menuju gintoki membuat dia kesal.

Pertarunganku dengan takasugi sangat sengit walaupun menggunakan pedang kayu aku mampu mengimbanginya. Selesai menuntaskan segalanya aku menghampiri gintoki.

"Kau memang bisa diandalkan." Ucap Gintoki.

"Hoam mengantuk." Ucapku.

"Aku akan menggendongmu tidur saja." Ucap Gintoki.

"Nanti kau melemparkan aku seperti saat kita kecil dulu." Ucapku.

"Aku menendangmu karena kau susah bangun." Ucap Gintoki.

"Ya terserah." Ucapku.

Gintoki mengambil pedang kayunya dan aku tidak membawa pedang apapun lagipula penggunaan pedang dilarang. Aku merenggangkan ototku yang sedikit kaku dan menarik kerah baju gintoki agar segera berjongkok di depanku.

Gintoki berjongkok dan aku langsung memeluk leher gintoki sangat erat. Aku tertidur karena gintoki mengelus surai rambutku.

"Dasar adikku yang pemalas." Ucap Gintoki

🍁Bisa diandalkan oleh gintoki

Saka Twins

~ 12 Desember 2022 ~

Cepat update soalnya mulai sibuk kerja

✔️ Sakata Gintoki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang