9

46 6 1
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Gintoki menurut hiroki

Aku menarik kerah baju gintoki yang kembali berjudi di salah satu rumah bordil. Bahkan kucium bau alkohol dari mulut gintoki. Aku tidak peduli suara rengekan dari gintoki terpenting bagiku gintoki harus kembali ke rumah.

Tiba di rumah aku mengacak-acak surai rambutku dan kagura memberikan aku minuman agar aku tenang. Shinpachi baru saja selesai mencuci seluruh baju kami.

"Kalian berdua sudah kukatakan jangan berikan uang kepada gin!" Kesalku.

"Gin-san tadi bilang bukan untuk berjudi." Ucap Shinpachi.

"Aku menarik dia dari salah satu rumah bordil." Ucapku.

"Eh gin-san berbohong!" Pekik Kagura.

"Kau juga tidak tahu malu gin malah meminta uang kepada anak buahmu demi berjudi!" Kesalku.

"Hey tenanglah aku mau menang kau malah menarikku keluar." Ucap Gintoki.

"Kau kalah malah akan memberi taruhan lain dan apabila kau menang akan ketagihan!" Tegasku.

"Jangan mengaturku hiroki!" Kesal Gintoki.

"Aku saudaramu!" Tegasku.

Aku menarik pergelangan tangan gintoki menuju kamar mandi. Shinpachi dan kagura kebingungan akan tindakanku tapi aku menyuruh mereka diam tidak ikut campur.

"Untuk apa kau membawaku kesini?!" Kesal Gintoki.

Aku mengguyur kepala gintoki dengan air dingin suara protesan dari gintoki tidak aku pedulikan. Aku membaca dari buku apabila orang mabuk harus disadarkan dengan cara ini.

Setelah sekitar 10 menit aku berhenti mengguyur kepala gintoki. Kulihat gintoki menatap sayu dia sudah sadar sekarang.

"Dingin." Ucap Gintoki.

Aku merangkul pundak gintoki dan membawanya ke kamar miliknya. Aku menaruh gintoki di kasur dan melemparkan baju ganti untuk dia.

Aku keluar dari kamar gintoki membiarkan dia berganti baju. Aku pergi bekerja karena aku mengambil shift siang. Shinpachi menepuk pundakku.

"Hiro-san akan kemana?" Tanya Shinpachi.

"Aku akan bekerja kau jaga gin." Ucapku.

"Gin-san bagaimana?" Tanya Shinpachi.

"Dia sudah sadar. Jangan beri uang pada gin biar masalah itu aku yang handle." Ucapku.

"Hiro-san akan bekerja?" Tanya Kagura.

"Ya kagura aku akan bekerja." Ucapku.

Aku berpamitan kepada mereka berdua dan mulai bekerja seperti biasanya. Malam harinya aku mendengar suara yang familiar. Aku menatap atap ternyata itu suara ribut antara hijikata dan sougo.

"Sahabatku sudah tiada di perang waktu itu." Ucapku.

Aku kembali ke rumah dan langsung tertidur begitu saja malas berganti baju. Pagi harinya aku bangun karena merasakan seseorang mengelus surai rambutku.

"Kau sudah tidak pusing lagi gin?" Tanyaku.

"Tidak berkat kau." Ucap Gintoki.

"Jangan kesana lagi." Ucapku.

"Dibandingkan seorang adik kau lebih cocok menjadi seorang ibu hiro-chan." Ucap Gintoki.

"Kurang ajar kau!" Kesalku.

"Hahahaha." Tawa Gintoki.

"Ada permintaan dari klien lagi?" Tanyaku.

"Tidak ada mungkin aku luang." Ucap Gintoki.

"Ya sudah aku tidur kembali." Ucapku.

Aku kembali tertidur fisikku lelah akibat banyak pekerjaan dan yah harus sering menarik gintoki dari rumah bordil beberapa kali dalam minggu ini. Aku menutup mataku beristirahat sejenak memulihkan energiku yang terkuras habis.

Aku ingin bangun tapi tidak bisa karena merasakan tubuhku berat sekali. Aku mencoba bangun dan malah merasakan kepalaku sakit sekali.

"Argh sial!" Kesalku.

Aku terduduk di kasurku dan menurut pandanganku semuanya terasa terombang-ambing. Aku menutup mataku kembali dan itu masih saja.

"Aku demam kah?" Tanyaku.

Aku memegang keningku dan yah panas. Aku harus memberitahu kepada bosku kalau aku sakit agar tidak dipecat.

Aku bangun tapi malah terhuyung ke depan. Pusing di kepalaku semakin menjadi aku terduduk sejenak di lantai kamarku.

"Hiro-chan ayo kita makan malam!" Ajak Gintoki.

"Duluan saja." Ucapku.

"Eh hiro-chan!" Kaget Gintoki.

Gintoki merangkul pundakku dan menaruhku di kasur. Aku menutup mataku sensasi pusing ini semakin menjadi benar-benar menyebalkan.

"Istirahat saja aku akan membuatkan bubur untukmu." Ucap Gintoki.

"Pekerjaanku bagaimana?" Tanyaku.

"Aku akan menyuruh shinpachi mengatakan kau izin tidak masuk dulu." Ucap Gintoki.

"Ya sudah aku beristirahat." Ucapku.

Aku menutup mataku menghilangkan rasa pusingku sementara gintoki menatapku dalam diam. Gintoki mengacak-acak surai rambutnya merasakan sensasi pusing juga.

"Pantas saja rasa pusingku tidak hilang ternyata kau sakit ya. Maafkan aku ya telah menyusahkan bahkan sejak kecil." Ucap Gintoki.

"Akhirnya kau sadar diri gin." Ucapku.

"Kukira kau sudah tidur." Ucap Gintoki.

"Sudahlah buatkan aku bubur sana. Aku mau beristirahat dengan tenang." Ucapku.

"Sabar untung adik." Ucap Gintoki.

Gintoki keluar dari kamarku dan aku hanya tersenyum tipis saja dalam tidurku.

🍁Merepotkan

Saka Twins

~ 22 Februari 2023 ~

✔️ Sakata Gintoki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang