KDL 3.

897 14 0
                                    

Annyeong gais, wah lumayan ya hari inii. Mood Ay cukup baik, jadi bisa up. So, gimana hari kalian?? Sudah bersyukur? Sudah tertawa?.

Kalo udah bersyukur dan tertawa, jangan lupa juga dong follow sama vomment nya.

⟩⟩⟩⟩⟩

Kevdan masih saja di cecar, dengan pertanyaan "Kok Lo bisa sih, sampe gak sengaja ciuman sama Waketos baru itu?"

Gian sejak tadi tak berhenti menanyakan hal yang sama, entah karena penasaran atau memang sengaja membuat sang ketua jengkel.

"Dia nongol pas gue balik badan," Akhirnya Kevdan menjawab, dengan singkat.

"Ya itu masalahnya, kok bisaa," Lagi-lagi Gian bertanya, walau sudah di jelaskan.

"Ck! Mikir aja lah, posisinya Gue lagi nyari proposal yang pasti kepala Gue bakalan otomatis nunduk, terus dia nongol depan Gue." Oke, cukup. Kevdan sudah hampir tersulut emosi.

"Yeuh! Kayak cewek lagi bulanan Lo, di tanya gitu aja sewot." Ledek Morgan, ah memang dasar laki-laki itu, tidak tahu situasi apa ya?.

Hening. Untuk beberapa saat, tiba-tiba saja tempat yang di tempati para inti Cerlaga itu menjadi hening. Tidak ada pembicaraan apapun.

»»»

Hujan. Membuat beberapa murid Dervangga harus menunggu hujan mereda, namun sebagian mereka memilih menembus derasnya hujan.

Aluka terdiam, memandangi hujan sembari tersenyum. Gadis itu suka hujan, beserta sakitnya.

Langkah kecilnya hendak menembus hujan, namun tubuhnya segera terhuyung ke belakang.

"Kak, apaan sih Lo!" Aluka mendapati Kevdan, di belakangnya, ternyata laki-laki itu yang menarik lengan kecil Aluka.

"Buta? Hujan." Ucap Kevdan datar, mata nya bahkan tidak menatap wajah Aluka.

"Gue tau, tapi Gue suka."

"Sakit."

"Apa peduli Lo kak? Ngatur!" Cetus Aluka.

Kevdan diam. Benar, apa dia peduli?.

Aluka berlari menembus hujan, lalu tersenyum meledek kearah Kevdan. Kevdan menggeleng kecil, "Dasar bocah." Gumamnya.

Aluka terus menari di bawah derasnya hujan, sampai ia merasakan kepalanya sudah cukup pusing, badannya sudah menggigil. Gawat, gadis itu harus segera membilas tubuhnya.

Tubuhnya terhuyung, hampir terjatuh menyentuh tanah jika saja Kevdan tidak cepat berlari menolongnya.

Laki-laki itu rela menembus hujan, untuk menangkap tubuh Aluka yang sudah lemas dan dingin.

"Batu." Gumam Kevdan, laki-laki itu segera membawa tubuh Aluka ke dalam UKS yang memang tak jauh dari tempatnya berada.

Membuka Hoodie hitam kesayangannya, dan mematikan pendingin ruangan. Matanya menelisik, menelusuri UKS.

"Kak Kevdan sakit?" Tanya seseorang dari belakangnya, dia adik kelas Kevdan, petugas UKS yang berjaga hari ini.

"Bukan Gue."

"Loh, terus kakak ngapa-"

Mata Kevdan melirik Aluka, menunjukkan pada adik kelasnya itu bahwa Aluka yang membutuhkan pertolongan.

Dengan cekatan ia memeriksa Aluka, memberinya penanganan ringan.

Tak lama Aluka sadar, membuka matanya perlahan.

"Gue dimana?" Tanya nya lirih.

"UKS. Makan dulu, petugas UKS nyuruh Lo makan terus ngobat."

Aluka menolehkan kepalanya, mendapati Kevdan. Laki-laki itu lagi ternyata, Aluka hanya diam.

"Kalo lemah minimal gak usah sok kuat."

Jleb.

Kata-kata Kevdan terlalu menusuk hati nya, Aluka sedikit terluka namun berusaha setenang mungkin. Iya, itulah Aluka. Penuh luka namun tetap berusaha tenang.

⟨⟨⟨⟨⟨

Annyeong gais!! Sudah vomment belum nihh? Ayolahh, masa sejauh ini belum vomment jugaa? Follow nya jangan lupa ya!!

Kevdaniel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang