🐺Prolog

1.1K 76 9
                                    








Langkahnya yang terseok itu tiba tiba terhenti , dia merasa sebal karena pria ini tidak juga meninggalkan dirinya.

Pemilik tubuh kecil dengan wajah cantiknya bernama jimin berbalik untuk melihat pria bertubuh tinggi yang juga menghentikan langkahnya setelah mengikuti dirinya sejak tadi. Pria bermata Bambi itu melihat Jimin yang seratus persen berbalik menghadap padanya sembari melipat tangan di depan dada.

"Yak!!! Tuan! Aku masih berusaha untuk bersabar sejak tadi . Bahkan aku bisa menuntut dirimu lebih banyak. Berhentilah mengikutiku".

Senyum dari pria yang masih memandanginya itu membuat Jimin bergidik ngeri . "Tidak masalah kau bisa menuntut aku semaumu".

"He?". Jimin mendengus kesal setelah terheran . Maunya memang seperti itu tadi . Tapi entah mengapa perasaannya tidak nyaman ketika pria itu memandanginya dengan penuh kekaguman .

Pria di hadapannya terlihat begitu gila . Gila karena sejak kapan ada orang yang justru ingin di tuntut? Sebenarnya Jimin bisa menuntutnya namun dia tidak masalah karena tidak tubuhnya tidak terluka parah ketika dirinya di tabrak tadi . Walau mungkin kakinya sedikit ngilu saat berjalan .

Jimin berusaha berbicara dengan tenang. "Tidak masalah tuan sekarang kau pulang saja . Aku baik baik saja".

"Tapi kakimu terlihat sakit".

"Haishhh". Dengan kesal Jimin berbalik meninggalkan pria aneh yang kembali mengikuti setiap langkahnya menyusuri lorong. "ya ampun . Aku bilang tidak perlu! Kau lihat kaki ku ? Aku bisa berjalan dengan baik. Lihat? Aku melompat sekarang".

Seperti itu juga Jimin melompat lompat lucu. Sementara pria bermata bambi itu justru berlari mendekat meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya kedalam pelukan hangat. Jimin menahan kedua tangannya di depan dada pria yang lebih tinggi darinya.

Matanya menaut kelereng hitam kelam yang intens menaut hasel coklatnya. Wajahnya dan wajah pria itu saling dekat satu sama lain.

"Jangan seperti itu. Kau bisa sakit nanti".

Suara berat nya menyentuh gendang telinga jimin. Selama hidupnya Jimin tidak pernah merasa berdebar seperti ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa tubuhnya panas saat di pandangi pria itu.

Jimin adalah pria berusia hampir sembilan belas tahun. Dipaksa dewasa oleh keadaan dan bekerja di toko roti bagian layanan antar sementara sisa harinya dia akan bekerja menjadi seorang dancer hanya untuk menutupi hutang dan membiayai kakaknya yang sakit .

Dia berusaha hidup bersembunyi karena satu dan lain hal . Kini untuk pertama kalinya jimin merasa suara orang lain yang terdengar berat seperti itu tidaklah menakutkan .

Mata indah nya mengerjap . Memperhatikan jakun,dagu,bibir hidung dan mata yang nyaris sempurna di hadapannya. Tetapi masih asik memperhatikan pria itu membungkuk dan mengangkat tubuhnya seketika ala bridal.

"Ku bilang nanti kau sakit". Kata pria itu lagi .

Lidahnya Kelu entah karena apa . Dia berusaha menyadarkan dirinya yang tertegun . "Ti... Tidak. Aish tuan turunkan aku . Kau tidak tuli kan ? Aku bilang aku baik baik saja".

Karena tak di turuti jimin meronta dalam pelukan si pria sampai pria itu akhirnya menurunkan tubuh Jimin .

"Ahhh Jiminku sekarang berbeda . Dia sedikit membangkang dan cerewet".

Jimin sudah sesabar ini menahan gejolak amarah yang sedang membara sekarang. Siapa dia beraninya menghakimi Jimin dengan mengatakan bahwa jimin begini dan begitu?. Poni jimin saat itu panjang . Sedikit menutupi wajahnya yang cantik . Dia menghembuskan nafas meniup poni rambutnya yang berwarna hitam . Tetapi jelas itu sedikit kasar . Tangan mungil si cantik itu menyisir rambut nya ke belakang . Dan berkacak pinggang sekarang menatap wajah si tampan yang memang lebih tinggi darinya .

you are my last life/BOOK2(jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang