XXII. Rencana Perjodohan

97 18 0
                                    

Memenuhi janjinya pada Zay beberapa waktu lalu, juga sebagai bentuk terima kasih, Giyan benar-benar mengajak Zay ikut makan malam dengannya dan juga Krystal. Krystal yang mengetahui hal ini langsung menolak karena kesal dengan Zay yang suka menggodanya. Giyan yang tidak tahu tingkah laku Zay di belakangnya, membujuk Krystal agar mengizinkan Zay bergabung dengan mereka sekali saja, malam ini.

"Sayang, dia anaknya nyebelin banget. Kamu nggak ada cara lain untuk balas budi? Nggak harus dengan makan sama kita juga, dong." Krystal masih saja kesal dengan cara Giyan yang tidak mengompromikan hal ini terlebih dahulu dengannya.

"Nyebelin di mananya, sih? Kamu sendiri yang bilang untung ada Zay, berarti kamu juga bersyukur ada dia hari itu. Kamu itu pedoman dia dalam bekerja. Dengan adanya makan malam ini, kita bisa lebih mengikat dia untuk bekerja keras di perusahaan," jelas Giyan, berusaha agar Krystal menerima kehadiran Zay.

"Oke. Tapi, kenapa harus di sini?" tanya Krystal dengan mata melebar karena tidak suka dengan pilihan Giyan.

Belum sempat Giyan memberi tahu alasannya, sosok yang mengusik itu sudah datang dengan tawa manisnya. Krystal langsung berdecak kesal dan tidak membalas tawa itu sama sekali.

"Maaf, saya telat. Apa masih bisa bergabung?" tanya Zay sekadar basa-basi.

Krystal ingin sekali menjawab silakan pulang, tapi Giyan sudah menyilakan Zay untuk duduk.

Makanan yang telah dipesan pun segera tiba dan dihidangkan ke hadapan mereka.

"Kamu bukan vegetarian, kan?" tanya Giyan memastikan. Sebab, ia memesan Truffle Gyu Don dan Salmon Aburi Roll. Benar, kini mereka berada di salah satu restoran Jepang yang terkenal di ibu kota. Restoran ini adalah tempat favorit Giyan dan Krystal karena di sinilah dulu Giyan menyatakan cinta yang diterima oleh Krystal.

"Saya pencinta makanan, apa pun itu," jawabnya dengan semangat.

Berbeda dengan Zay yang biasa dilihat di kantor dengan penampilan rapi berkemeja, lengan digulung hingga siku, kali ini ia tampil kasual dengan kaos oblong warna putih, celana jeans gembrong, serta topi hitam. Wajahnya juga lebih segar daripada saat di depan komputer.

"Kamu akan ada kencan?" tanya Giyan tertuju pada penampilannya.

Zay menepis. "Memang beginilah penampilan saya ketika di luar. Tadi saya mengantar adik ke toko buku, dan nanti saya akan menjemputnya lagi."

"Kakak yang siaga," respons Krystal tiba-tiba.

Zay tidak merespons. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

Tumben dia nggak menimpali kayak biasanya. Apa karena ada Giyan? tanya Krystal dalam hati sambil memperhatikan wajah Zay yang mulai menikmati makanannya. Tanpa sadar, ia memperhatikan lelaki itu secara detail. Wajah lonjongnya dengan mata yang selalu memancarkan binar bahagia, hidung bangir, serta rahangnya yang tegas terlihat begitu seksi. Jangan lupakan bibir yang selalu menggoda Krystal itu sangat lembab.

Krystal segera mengibas udara ketika menyadari dirinya sedang melamunkan lelaki penggoda itu begitu jauh.

"Kamu punya bakat menggambar sejak kapan?" tanya Giyan membuka obrolan agar tidak hening.

"Saya menyenanginya sejak SMP dan saya menikmatinya."

"Kamu udah ada bayangan apa yang akan kamu gambar untuk mempromosikan produk kita?" Krystal yang disangka tidak akan berbicara sepanjang makan malam karena tidak senang dengan kehadiran Zay, ternyata turut mengajukan pertanyaan. Sepertinya ini karena berkaitan dengan pekerjaan, sehingga ia menjadi lebih tertarik.

"Udah. Nanti akan saya tunjukkan sketsa awalnya pada Pak Giyan," jawabnya dengan nada serius. Ia benar-benar menunjukkan sisi berbedanya kali ini. Tidak cengengesan seperti biasanya.

"Langsung pada Krystal aja. Dia lebih paham tentang itu daripada saya. Dia dulu juga pernah ikut kelas menggambar sewaktu sekolah," terang Giyan sepintas.

Zay memperhatikan Krystal yang terlihat tidak nyaman. "Apa pantas saya langsung berdiskusi dengan petinggi perusahaan? Sangat nggak sopan sepertinya." Zay benar-benar merendah kali ini.

Krystal turut memberi tanggapan. "Peluncuran sebentar lagi, aku rasa nggak masalah. Kita mendapatkan ide ini dalam keadaan dadakan, jadi daripada menggunakan sistem estafet, lebih baik langsung saja padaku."

Zay menarik garis bibir ke sudut kiri atas. "Baiklah. Akan saya laporkan pada Bu Krystal langsung nanti."

Melihat pembahasan pekerjaan selesai begitu cepat, Giyan beralih ke obrolan yang lebih ringan. "Kamu punya pacar?"

Pertanyaan yang berhasil membuat Zay tersedak dan Krsytal refleks menyuguhkan minuman untuk Zay.

"Ada yang salah dari pertanyaan itu?" tanya Giyan kembali sambil mengembangkan tawa.

"Nggak salah. Sayanya yang nggak memprediksi akan ada pertanyaan seperti itu," balas Zay dengan menunduk. Kemudian ia mengangkat kembali wajahnya dengan tatapan ke arah Krystal. "Saya belum punya pasangan."

Giyan menepuk tangannya dua kali. "Bagus. Sayang, gimana kalau kita kenalkan dia dengan adik kamu? Daripada adik kamu galauin mantannya terus," tanya Giyan pada Krystal tentang idenya.

Krystal melihat Giyan dan Zay bergantian. Satu sisi ia setuju dengan Giyan untuk membantu adiknya move on dari lelaki tak berperasaan itu, dan ia juga bebas dari godaan Zay. Namun, sisi lainnya, jika Berlian sampai terpikat Zay, apa ia mampu memiliki adik ipar semengesalkan Zay?

"Dia tampan, berbakat, pekerja keras. Berlian pasti suka, kan?" tawar Giyan sekali lagi.

Zay bergeming mendengar satu nama yang disebut. Berlian? Nama Berlian nggak hanya dipakai satu orang di Indonesia ini, kan? Ah, lagian Berlian mantanku nggak punya kakak. Dia anak tunggal, katanya. Zay membatin, menghilangkan rasa curiga yang bisa saja mengusik.

"Apa kalian berniat menjodohkanku?" Zay mengambil alih pertanyaan untuk mengonfirmasi maksud Giyan.

"Krystal punya seorang adik yang cantik dan manis. Kalau kamu mau kami akan mengenalkanmu padanya. Dia nanti akan menjadi model iklan produk kita," papar Giyan pada Zay dengan tatapan percaya diri.

Krystal hanya mengangguk-angguk menanggapi percakapan kedua lelaki itu. Sepertinya mengenalkan Berlian dengan Zay lebih baik. Membuat adiknya move on lebih penting.

"Kamu tertarik?" tanya Krystal kemudian.

Zay tidak langsung menjawab. Ia menatap lekat manik mata Krystal yang tidak menyiratkan apa pun. Jika aku tertarik pada tawaran kalian, apa aku akan dengan mudah bisa lebih dengan denganmu?

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang