Ruangan sebesar 6x8 meter persegi itu sedang dipenuhi oleh para karyawan dari divisi marketing dan beberapa staf dari divisi produksi. Sekarang mereka sedang bekerja sama untuk pemotretan produk yang akan diluncurkan. Sesuai kesepakatan dalam rapat para ketua divisi, bahwa yang akan jadi model kali ini adalah Berlian Saba, adik dari Krystal.
"Udah lama nggak lihat Dik Berlian, pasti dia semakin cantik," ungkap Niko dengan rasa tidak sabaran. Di lehernya telah dikalungkan sebuah kamera hitam legam. Ya, dialah fotografer yang selalu diandalkan oleh perusahaan ini. Walau mulutnya suka tidak terkontrol saat membicarakan orang lain dan suka mengeluh ketika pekerjaannya ditambah tiba-tiba, tapi ia sangat senang memotret.
"Iya ya, terakhir kali aku lihat Berlian sepertinya tahun lalu, ketika kita launching body mist, body butter, dan body scrub, kan?" sahut Ratu sembari mengingat-ingat kembali.
Niko mengangguk dan matanya langsung bersinar ketika Berlian memasuki ruang setelah berganti pakaian. Ia sungguh tampil memukau, seperti namanya. Tubuh rampingnya dibalut dress selutut berwarna biru muda dengan bagian bahu yang terbuka. Berlian juga tidak membiarkan lehernya polos begitu saja, ia mengenakan liontin berbentuk bulan sabit dengan splashing galaksi.
Tidak cukup menampilkan aura elegan, ia juga memperlihatkan sisi imut dengan model rambut yang dikuncir ke samping dan dihiasi oleh dua jepitan rambut. Serta, Berlian mengenakan sepatu sneaker untuk menunjukkan jiwa mudanya. Sesuai tema, pemotretan kali ini mengusungkan jiwa muda untuk cantik ceria.
"Berliaaan, kamu lucu sekali," puji Niko begitu Berlian berjalan ke arah mereka. Ingin rasanya ia mencubit pipi perempuan itu.
"Kak Niko suka banget muji, deh," balas Berlian dengan senyum tersipu.
"Siang nanti mau makan bareng?" ajak Ratu setelah mendapat senggolan dari Niko. Meski Niko tidak memberitahu sebelumnya, ia paham apa yang diinginkan lelaki yang telah menjadi rekan kerjanya sejak dua tahun yang lalu itu. Ia tahu seberapa gilanya Niko pada pesona Berlian. Namun, sampai kini Niko tidak pernah berani mengungkap rasanya dan lebih senang mengagumi dengan label teman kerja.
Mendengar ajakan Ratu, Berlian serta merta mengangguk. "Mau banget. Udah lama kita nggak makan bareng bertiga," jawabnya ceria.
Niko bersorak gembira dalam hati mendengar keantusiasan Berlian tersebut. Mereka pun segera mengambil posisi untuk pemotretan. Dengan keahliannya di bidang model, segala macam gaya pun berhasil dikeluarkan dan dipotret apik oleh Niko. Kerja sama yang luar biasa.
Dikarenakan sesuatu hal mendesak di luar kantor, Giyan selaku ketua tim terlambat datang untuk melihat proses pemotretan. Meski sudah mengamanahkan pada Ratu, tetap saja ia ingin melihat langsung bagaimana prosesnya berlangsung.
"Aman?" tanyanya begitu tiba dengan napas terengah. Kentara sekali jika ia buru-buru ke studio mereka yang terletak di belakang kantor.
"Aman terkendali, Pak," jawab Ratu mantap.
"Zay mana?" tanya Giyan begitu menyadari salah satu staf nya tidak berada di tempat.
"Aku tadi memintanya membawakan minuman untuk kita di sini, tapi aku terlalu fokus dengan kondisi di sini sampai lupa bahwa dia belum kembali sampai sekarang. Apa mungkin sesuatu terjadi padanya?" jawab Ratu menggigit bibir bawahnya karena rasa bersalah.
"Kenapa kamu menyuruhnya? Kamu bisa meminta OB untuk urusan itu. Dia staf kita, bukan pesuruh kita," decak Giyan terdengar sangat kesal menambah rasa bersalah dalam diri Ratu. Ratu pun tidak bisa menjawab lagi karena ia tidak ingin menambah luapan emosi dalam diri Giyan. Padahal, tadi Ratu meminta tolong pada Zay karena tidak terlihat OB di sekitaran mereka, dan lelaki itu menerima permintaannya dengan senang hati.
Sepertinya Pak Giyan suka sekali dengan anak baru itu sampai membelanya hanya karena hal sepele itu, gerundel Ratu dalam hati.
"Kak Giyan," teriak Berlian seraya melambaikan tangan ke arah calon kakak iparnya.
Giyan yang sedang kesal pun segera memasang wajah sumringah menyambut Berlian yang berjalan ke arahnya. "Gimana? Lancar?"
"Sangat. Aku suka pemotretan hari ini," jawabnya dengan senyum yang sangat cantik. "Oh, iya, bukankah Kak Giyan mau mengenalkanku pada seseorang?" lanjutnya setengah berbisik.
"Iya, tapi sayang dia nggak ada di sini. Entah di mana anak itu sekarang," sungut Giyan merasa tidak enak pada Berlian karena sudah menjanjikan pertemuan yang ternyata tidak dapat dipenuhinya itu.
Ratu yang masih berdiri di dekat mereka pun kini mengerti arti emosi yang Giyan luapkan. Ternyata karena ini
"Nggak masalah sama sekali. Mungkin lain kali bisa kenalkan aku padanya. Aku mau ke ruangan Kak Krystal dulu, mau sekalian?" tawarnya pada Giyan.
Giyan memiringkan kepala seolah berkata ayo.
Mereka berjalan beriringin terlihat sangat dekat. Jika tidak ada yang tahu hubungan mereka yang sebenarnya, mungkin akan beranggapan bahwa mereka adalah saudara kandung. Sejak menjalin hubungan dengan Krystal, Giyan selalu memanjakan Berlian karena ia tidak memiliki adik perempuan. Berlian pun demikian, ia tidak segan untuk merengek meminta sesuatu pada Giyan karena tahu Giyan akan memenuhinya.
"Kamu yakin mau kenalan dengan pilihan Kakak ini?" tanya Giyan sambil berjalan agar tidak adanya keheningan di antara mereka.
Masih agak ragu, tapi Berlian mencoba meyakinkan diri bahwa ia harus melangkah maju. "Nggak ada salahnya, kan, aku mencoba? Awalnya kupikir ini bentuk pelarian. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, belum tentu juga kami akan bersama. Walau nggak bisa jalin hubungan spesial, setidaknya aku menambah teman baru."
"Kurang banyak apa temanmu, Ber? Kamu model yang digandrungi banyak kaum Adam. Nggak ada dari mereka yang menarik di matamu?" tanya Giyan lagi. Siapa, sih, yang tidak tertarik dengan pesona Berlian yang sering menghiasi majalah kecantikan dan sering wara-wiri di iklan?
Berlian tersenyum getir. "Sepertinya aku tipikal yang terlalu sulit untuk jatuh cinta dan melupakan. Bahkan dari pertanyaan Kakak aja, rasanya aku ingin menjawab, hanya satu laki-laki itu yang mampu menarik perhatianku dan membuatku tenggelam dalam lautan cinta yang nyatanya udah sangat keruh."
Giyan tersenyum simpul mendengar jawaban Berlian dan tidak berniat membahas lebih jauh, karena pasti akan menguak luka di dalam hati Berlian. Ia tahu adik dari tunangannya ini sebenarnya belum siap untuk membuka hati, karena di hatinya masih ada lelaki yang sudah sangat menyakiti tapi tetap saja dicintai. Berlian terlalu tulus untuk laki-laki yang modus itu. Kasihan sekali nasibnya.
Sebelum sampai ke ruangan Krystal, mereka terlebih dahulu melewati pantry. Akan tetapi, mereka tidak melewatinya begitu saja karena secara otomatis langkah kaki keduanya berhenti tanpa perintah. Mata keduanya tercengang melihat laki-laki dan perempuan yang duduk di sana sambil berpegangan tangan.
"Kak Zay?"
"Krystal?"
Serentak nama itu terlontardari mulut mereka. Dan serentak pula kedua nama yang disebut menolehkan wajahapada mereka berdua dengan wajah yang gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artificial Love
Romance🍁ROMANCE🍁 Zay bekerja sebagai anggota Tim Pemasaran di perusahaan kosmetik dengan tujuan untuk mendekati Krystal, sang CEO. Perjuangannya tidak mudah karena Krystal telah bertunangan dengan Giyan, ketua Tim Pemasaran. Tidak datang dengan tangan ko...