sebelas

893 21 2
                                        

Selamat datang di duniaku!

Jangan Lupa Vote dan Komen.

Selamat Membaca!

.

.

.

.

Mereka menempuh perjalanan hanya kurang dari dua puluh menit. Normalnya jarak yang harus mereka tempuh seharusnya sekitar empat puluh lima menit.

Tia menghentikan laju motor Arun, tapi bukan di depan rumah Arun melainkan di depan gangnya.

Arun turun sambil melepas helmnya, "Kalo lo gak mau nganterin gue bilang dari awal Ti, biar gue yang bawa sendiri!!" ucap Arun dengan tegas.

"Run, lo harus pulang"

"Enggak!"

Arun menggelengkan kepala, "Gue gak ngerti ya Ti, lo kenapa sih?!! Gue itu mau liat nenek di rumah sakit bukan pulang. Ngerti gak sih lo?!!" ujar Arun dengan teriak.

"Gue ngerti, ngerti banget. Sekarang lo naik lagi ke motor kita pulang ke rumah lo!" balas Tia.

"GUE GAK MAU TIA!!" bentak Arun.

Tia membuka kaca helm miliknya, menampilkan mata yang sudah memerah serta pipi yang basah karna air mata.

"Ti .." lirih Arun saat melihat keadaan Tia.

"Liat itu Run" ucap Tia sambil menunjuk sebuah bendera kuning yang tertempel di atas tiang nama gang tersebut.

Arun yang masih terpaku dengan keadaan Tia mengikuti arah jari Tia yang menujukan sesuatu tepat di belakangnya.

Helm yang Arun pegang dengan erat, seketika terlepas dari tangannya. Air mata kemarahan dan kekesalan Arun berubah menjadi air mata kepiluan.

"E--enggak mungkin. Gak Ti" ucap Arun sambil menggelengkan kepala.

"Run" panggil Tia setelah turun dari motor Arun.

Hiks hiks hiks

"Itu pasti punya orang lain Ti, nenek gak mungkin ninggalin gue Ti !! Hiks hiks" jelas Arun.

Tia hanya bisa menangis melihat Arun saat ini. Tia tahu pasti apa yang sedang Arun rasakan. Kehilangan pondasi dalam hidup.

"Ayok Ti, gue tunjukin sama lo kalo nenek baik-baik aja" ucap Arun sambil menghapus jejak air mata yang ada di pipinya.

Arun berlari lebih dulu meninggalkan Tia. Tia yang melihat itu segera mengikuti Arun.

Kaki Arun yang semula berjalan dengan semangat untuk melihat sang nenek yang menyambutnya kini hanya bisa diam berdiri menatap keramaian yang ada di depannya saat ini.

Lantunan surah yasin terdengar jelas di telinga Arun, bayangan sang nenek sejak pertama kali Arun datang ke sini terlihat begitu nyata.

"NENEK!" teriak Arun.

Semua orang menatap ke arah sumber suara. Arun sudah tidak bisa hanya berdiam diri, dia berlari masuk kedalam rumah.

Aku yang jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang