Bab Ke Tiga

83 49 25
                                    

Rumah sakit kertha husada

"Ah, ini kan?." tanya Mark dalam hati nya sambil memperhatikan sebuah kunci yang ia ambil, lalu Mark membaca tulisan logo dari gantungan kunci tersebut.

"Kertha Husada hospital?, bukan kah ini rumah sakit besar yang terkelak tak jauh dari gang patimura?" ucap Mark sambil tidak sengaja melihat lengan kiri orang itu yang masih ada bekas kapas kering tersisa yang menandakan bahwa selang infus tersebut baru tadi di lepas.

"Apakah dia pasien yang kabur? Tapi, tidak mungkin ia sanggup melepas selang infus ini sendiri, atau jangan jangan ia kabur saat dokter hendak gati selang infus?",

"Hmm tidak mungkin juga, Ah... Sudah lah, yang terpenting aku harus membawa nya kembali ke rumah sakit ini dulu" ucap Mark dalam hati nya sambil menggendong pasien itu.

Walaupun Mark orang nya cendrung cuek dan temperament tapi ia memiliki empati yang tinggi.

Mark pun segera membawa pasien itu ke rumah sakit Kertha Husada setelah ia mendapatkan petunjuk dari gantungan kunci yang terjatuh dari saku joger nya pasien itu.

***

"Hos hos..." suara nafas Mark yang tampak kelelahan menggendong pasien itu serta di basahi keringat di sekujur tubuh dan dahi hingga dagu nya Mark menghadap sekuriti terdekat di samping kiri nya.

"Maaf, pak bisa bawa dia masuk ke ruangan, tampak nya ia salah seorang pasien dari rumah sakit ini" ucap Mark sambil memberikan kunci kamar ruangan nya ke security tersebut.

"Ya, benar dari logo kunci ini memang benar dia pasien milik kami, saya akan memberikan kunci ini ke kasir dulu" balas security itu sambil memanggil teman nya sesama security untuk merangkul pasien itu menuju ruangan terlebih dahulu.

"Hei Ben! Sini ada pasien yang melarikan diri tampak nya, bantu bawa dia ke ruangan terlebih dahulu agar mendapatkan perawatan terlebih dulu" teriak security itu.

Lalu salah satu dari security rumah sakit itu langsung menghampiri Mark dan merangkul wanita itu.

Lalu tiba tiba ada seorang perawat menghampiri Mark.

"Silakan, duduk dulu pak kami harus memberi beberapa pertanyaan sedikit tentang pasien ini kepada bapak, dengan bapak siapa? Dan apa yang terjadi dan di manakah beliau menemukan pasien kami ini?. " tanya seorang perawat tersebut sambil membawa kertas dengan expressi yang serius, ia tampak siap akan mencatat sebuah jawaban dari setiap mulut Mark.

"Baik lah, sebelum aku menjawab yang pertama aku masih muda aku masih Sma jadi jangan panggil dengan sebutan pak"

" Yang ke dua, tolong beri aku sebotol air putih terlebih dulu, aku haus dok" ucap Mark masih tampak kelelahan.

Lalu perawat itu memberi Mark sebotol air putih, tanpa kata mark langsung membuka nya dan meminum nya.

"Hos hos, ah" suara dahaga Mark sesudah meneguk air putih tersebut.

"Baik lah, sudah bisa di mulai dengan bapak siapa?" tanya perawat itu.

"Tolong beri saya satu lagi, saya masih ke hausan" jawan Mark sambil meyakinkan perawat itu.

"Jawab dulu dengan bapak siapa, baru saya akan mengambilkan nya lagi" jawab tegas perawat itu kembali ke Mark.

"Baik lah, nama saya Mark, Mark sebastian" jawab Mark sambil meneguk air putih yang ada di samping nya.

Lalu seketika Mark tak sengaja menyentuh saku celana nya, dengan expressi yang tampak ke bingung Mark bertanya pada hati nya.

"Dompet ku ?" tanya Mark sambil mengingat saat kejadian dimana ia menyelamat kan orang tersebut.

Tanpa sepatah kata Mark langsung bangun dan berlari keluar loby rumah sakit tersebut, hingga membuat perawat itu terdiam melihat langkah Mark yang berlari lincah pergi begitu saja.

***

Dalam Perjalan Mark tampak ke- bingungan sambil bertanya tanya terus dalam hati nya.

"Bodoh, mengapa aku tidak begitu peduli kepada diri ku sendiri, jika dompet itu hilang mampus lah aku" ucap Mark sambil memikir kan gadis kecil yang manis dan imut.

Ternyata Mark sedang memikir kan adik kecil nya ya itu Rossi, Mark selalu membelikan ice cream untuk adik ke sayangan nya itu setelah pulang sekolah.

Sesampai nya di lokasi Mark terdiam dan melihat seorang lelaki terseyum menatap nya sambil memperlihatkan sebuah tas hitam bercorak navy.

"Ini, kamu melupakan nya lagi kan?" ucap lelaki tersebut yang ternyata adalah Jimmy Mulgire rekan band nya dan teman satu kelas nya.

Tanpa pikir panjang Mark langsung mengambil tas tersebut sambil meneriksa isinya, lalu senyum lepas terpancar dari wajah nya sambil menatap ke atas Mark berucap syukur.

"Ah, syukur lah " sambil memeluk tas tersebut.

"Aku tidak mungkin melakukan itu" ucap Jimmy yang mengira jika Mark mencurigai nya akan sesuatu yang ada di dalam tas itu.

"Bukan seperti itu, hanya saja, sudah lupakan saja, ayo kita ke kedai kopi pak Arul" ucap Mark sambil tersenyum dan menepak bahu Jimmy.

****

" Kenapa tangan mu bisa terluka cukup parah seperti itu?" tanya Jimmy yang memberi nya pengobatan dengan kunyit parut dan sebuah kain yang di ambil dari kedai milik pak Arul.

Dimana ternyata Mark dan Jimmy sudah menjadi langganan di kedai tersebut.

"Gila, sakit juga, sudah lah yang terpenting jangan sampai ibu ku tau semua ini" jawab Mark sambil memejam kan matanya menahan rasa sakit di lengan kiri nya.

"Aku tanya, kenapa bisa sampai sejauh ini?" tanya kembali Jimmy yang masih penasaran dengan hal apa yang menimpa sahabat nya itu.

Lalu Mark mengambil kain dan kunyit parut dari tangan Jimmy dan mengoleskan nya sendiri, lalu Mark mulai menjelaskan nya kepada Jimmy.

"Tadi saat aku bernjak bolos, dalam perjalan menuju kedai kopi ini aku melihat seseorang lelaki klo tidak salah, dia sedang ingin menyebrang entah apa yang ia cari dengan bodoh nya ia menyebrang tanpa melihat rambu kiri kanan, hingga tepat pada puncak nya ia hampir terlindas truk dengan kesal aku harus berlari dan menolong nya, dan disini lah aku mendapatkan luka ini... Sangat sakit " ucap Mark dengan nada yang cukup kesal.

"Hmm, ternyata perasaan mu baik juga" ucap Jimmy sambil tersenyum.

Rumah tercinta

Di sebuah gang tampak sebuah rumah yang begitu sederhana, dengan halaman kecil di depan nya terlihat lah Mark yang sedang membuka pintu pagar rumah tersebut.

" Kakak... !! ".

Teriak dari seorang gadis kecil yang terlihat imut dan begitu polos dengan rambut hitam ke coklatan itu di seritai poni dan pendek sebahu gadis kecil itu berlari ke arah Mark.

"Hah, Rossi?" ucap Mark dengan senyum manis Mark memeluk adik kecil nya itu.

"Ayo tebak kakak bawa apa ini?" ucap Mark sambil menujukan ke dalam tas nya.

"Ice cream! Hahah, terimakasih ya kak!" teriak Rossi yang ke girangan sambil mrmeluk erat Mark.

Pelukan yang erat dari Rossi hingga membuat ia tidak sengaja menyentuh lengan Mark yang terluka.

"Ah... Sakit" teriak Mark sambil memegangi lengan nya.

"Kakak kenapa?" tanya Rossi dengan polos menatap ke arah lengan yang di tutupi Mark dengan sweater di luar seragam sekolah nya.

"Suu... Utt!, jangan bilang ke ibu ya" ucap Mark pelan sambil menempelkan jari telunjuk nya di depan bibir Rossi.

" O'oo..?" ucap Rossi sambil mengalih kan bola matanya ke arah belakang punggung kakak nya.

Mark pun berbalik sambil mengangkat alis kiri nya.

To be counted....

Aurora of Alisa (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang