Mark mengambil sebuah coklat dari saku celananya dengan senyum tipis ia memberikannya kepada Alisa.
" Hmm, ini ambil lah " ucap Mark kepada Alisa.
Sesungguhnya Mark membeli coklat itu saat di klub tersebut, ia sebenarnya ingin memberikan coklat itu kepada Dennise tapi Mark malu akhirnya ia memberikannya kepada Alisa yang dianggap sebagai teman dekat nya.
" Terimakasih Mark, hihihi " jawab Alisa sambil tertawa kecil.
" Hei, Alisa 'bisakah aku bertanya ? " ucap Mark sambil menatap kearah bintang bintang di langit.
" Katakanlah, aku akan membantumu " jawab Alisa sambil membuka coklat pemberian dari Mark.
" apakah benar, kita tidak bisa hanya mengandalkan sebuah mimpi yang belum pasti ?. " tanya Mark pada Alisa.
" Mengapa kau menyebutnya belum pasti?, bukankah kamu begitu yakin akan mimpi mu untuk menjadi musisi yang sukses?. " jawab Alisa pada Mark.
" Ini, terasa berat maksudku' aku, tidak bisa hanya mengandalkan penghasilan dari musik yang belum jelas penghasilan nya . "
" Haruskah aku memilki sebuah perusahaan, atau kerjaan yang tetap' misalnya penghasilan yang memiliki penghasilan tetap ?. sambung Mark bertanya Mark pada Alisa.
" Hmmm, tentu saja' kamu tidak bisa kan mengandalkan penghasilan dari musik yang kamu bilang belum pasti ini kan ?, selain itu kamu kan tidak kuliah, jadi kenapa tidak mencoba mencari pekerjaan part time mungkin ? "
" Tapi, bagaimana pun itu kamu tidak boleh lupa akan mimpi mu, dengar Mark, kamu tidak akan bisa sukses jika tidak berkerja di bidang yang kamu sukai " sambung Alisa menjawab pertanyaan dari Mark.
Mark hanya tersenyum sambil menatap Alisa sebentar lalu kembali menatap bintang di langit.
" Hei, Mark aku boleh bertanya ? " ucap Alisa menatap Mark dengan expressi yang ingin mengintimidasi lawannya.
Mark hanya mengangguk sambil menatap Alisa sambil tersenyum.
" Hmmm, aku tebak tadi kamu jalan sama teman perempuan mu kan ? " tanya Alisa sambil mengunyah coklatnya.
" Ah, darimana kamu bisa tahu ?. " tanya Mark kaget tercampur malu hingga membuat wajah Mark sedikit memerah.
" Dari aroma parfum yang masih menempel di jaket kulit mu, hihih " lirih Alisa sambil menutup mulutnya.
" Ah, baiklah' jadi tadi aku tidak sengaja bertemu dengan teman lama ku di sekolah" ucap Mark sambil menatap rembulan yang kian menampakkan dirinya.
" Dia sahabat mu ? " tanya singkat Alisa sambil mengerutkan keningnya.
" Hmmm, gimana ya' dia lebih tepatnya orang yang aku kagumi sedari smp, aku tidak terlalu akrab dengannya karena pola hidup kita yang berbeda 'tapi, dia tidak pernah merendahkan ku seperti wanita lain karena aku anak broken home, dia berada " jawab Mark sambil membayangkan kenangan lamanya dengan Dennise wanita yang ia kagum kagumi, sementara Alisa hanya tersenyum kecil menatap wajah Mark yang menceritakan tentang masa masa sekolahnya dulu.
***
Hari yang gelap pun kini berubah menjadi terang bak cahaya lampu dimana langit biru menampakkan dirinya dari keempat pria yang tengah berunding di tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama.
" Mark, coba kau pikirkan bagaimana kita bisa tampil tanpa bayaran?, belum lagi aku kuliah dan Monic terus minta di ajak jalan, dapat uang dari mana kita ? " teriak Andy yang paling ngeyel dari kemarin tentang masalah bandnya.
" Kamu pikir aku tidak memikirkan itu ? " jawab kesal Mark kepada Andy.
" Hmmm, Di pikir pikir benar juga kata Andy ' aku bilang kuliah kepada ayah dan ibuku tapi' nyatanya aku tidak pernah hadir saat kursus " ucap Michael juga yang merasa bingung akan masa depan dirinya.
" Ok, baiklah' bagaimana kita coba membuat demo?, ya minimal ada lima lagu dulu lah lalu kita tawarkan pada label label lokal di kota ini ? " jawab Mark sambil membujuk teman temannya.
" Ok, aku setuju, kita mulai latihan lagi dan ayo kita rekam! " teriak Jimmy yang paling bersemangat sementara Andy dan Michael nampak tak begitu yakin mereka berdua hanya menganggukkan kepala mereka sambil me nyengir konyol, mereka berempat pun akhirnya mulai mencari tempat latihan baru untuk membuat demo pertama mereka.
" Baiklah, ayo' Dynamite, Dynamite yeah.... " teriak mereka berempat di sebuah bengkel langganan mereka.
" Ingat ya cukup bayar listrik aja, gunakan lah tempat ini untuk latihan di kala kami beranjak tutup " ucap seorang paruh baya yang tampak begitu kotor dengan noda oli maupun noda lainnya yang begitu melekat pada baju dan hingga celana panjang nya.
" Hah, tenang pak Amir, kelak lagu ini sukses saya akan beli ini bengkel, hahah " teriak Mark dan kawan kawannya sambil menyetel alat musik mereka masing-masing.
Dimana anggota band lainnya tengah sibuk mengotak-atik alat musik mereka Mark hanya duduk sambil di temani sebatang rokok yang dijepit di antara jemari tangan nya ia sedang memikirkan sebuah lirik yang bagus untuk lagu yang akan mereka jadikan demo untuk di tawarkan pada label label.
Mereka berempat merancang lagu dan musik mereka sendiri yang mengusung musik hard rock yang begitu populer di masanya.
Di era 90 an sebagian musisi solo maupun band sangat susah memasarkan karya karya mereka ke dalam radio itu sebabnya sebagian label lebih sering mengadakan lomba festival musik untuk mencari kandidat kandidat yang layak masuk di label label besar mereka. Sangat berbeda di era sekarang yang bisa merilis musiknya sendiri di platform platform musik hanya dengan menggunakan jasa aggregator di online.
***
Malam hari yang indah dimana langit biru navy yang tampak indah di hiasi bintang bintang nan bulan yang menerangi dua insan yang sedang bermalam minggu di sebuah festival musik band lokal setempat.
Dimana Mark ternyata sempat mengajak Dennise untuk menyaksikan penampilan band lokal indolanya ' The Hornet ' di acara festival musik itu, Dennise sesungguhnya tidak terlalu tertarik tapi ia menghargai kebaikan Mark yang sempat menolongnya beberapa hari yang lalu.
" Mark, kamu yakin ngajak aku kesini ?, aku kira kamu mengajakku nonton konser Guns N Roses' atau Nirvana gitu ? " ucap Dennise yang melihat festival musik antar band lokal ini tak begitu mewah dari panggung melainkan kemeriahannya lebih mirip pasar malam yang ada iringan band-nya.
" Hmmm, bagaimana ya ?, kamu tau kan tidak mungkin band sebesar itu tampil di kota ini, setidaknya jikalau mereka tampil pasti di pusat ibukota' selain itu nilai tiket nya pasti tidak sembarangan harganya. " jawab Mark sambil tersenyum malu.
" Hmmm, ini masuk nya aja gratis' ia kan ? " tanya Dennise sambil menampilkan wajah kesalnya.
" Ah, ya' seperti itu lah " balas Mark sambil menundukkan wajahnya.
Dalam netranya Dennise mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang mengikuti mereka berdua, ia begitu yakin jika yang di buntuti orang itu bukanlah dirinya di karenakan yang mengikuti mereka sedari tadi adalah seorang wanita.
Ya wanita itu tak lain adalah Alisa, Alisa berusaha mencoba melihat Dennise dari dekat tapi ia juga tak ingin di ketahui oleh Mark.
Sesungguhnya Alisa ingin mengajak Mark nonton festival ini tapi karena beberapa hari yang lalu Mark sudah menceritakan kepada Alisa bahwa ia akan mengajak Dennise di acara festival musik antar band lokal ini akhirnya Alisa mengurungkan niatnya.
" Jadi, itu ya perempuan yang di taksir oleh Mark ? " tanya Alisa dalam hatinya sembari menatap mereka berdua dari kejauhan.
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora of Alisa (On Going)
Teen FictionMARK SEBASTIÁN adalah seorang siswa kelas 3 smk yang memiliki mimpi untuk menjadi seorang musisi rock terkenal bersama ke tiga teman nya ya itu, Jimmy, Michael dan Andy. Tapi semua berubah setelah mereka lulus sekolah, banyak nya ujian yang menerpa...