Sore hari yang cerah tampak Mark, Andy, Jimmy dan Michael berkumpul seperti biasa mereka berempat kembali mencari tempat untuk band nya bisa tampil.
" Baiklah, ayo kita mulai dari awal lagi !. " teriak Mark sambil melajukan motornya.
Dari satu tempat ke tempat yang mereka terus menawarkan diri agar bisa tampil, tapi usaha dari mereka berempat selalu nihil dan tak menemukan titik terang.
Dari siang yang terik hingga kini berujung sore yang hening, hembusan angin di sekeliling rerumputan tempat mereka beristirahat pun kian mulai agak kencang, mereka berempat hanya melamun sambil menatap batas cakrawala.
Hari demi hari mereka lalui dengan tekad yang kuat dan tetap optimis mereka tetap kompak mencari tempat tampil, hingga suatu hari di sore itu Mark dan teman temannya terpaksa menghampiri kedai kopi langganan mereka dulu untuk mencari tempat tampil walaupun Mark sesungguhnya malu karena pihak kedai tak pernah meminta mereka tampil walaupun sesungguhnya pemilik kedai tahu bahwa Mark adalah seorang musisi dan memiliki sebuah band.
" Baiklah, karena kalian berempat adalah langganan kami 'dan terutama Mark yang meminta, baik kalian bisa tampil disini mulai besok " ucap pemilik kedai kopi itu walaupun tampak tak begitu terpukau terhadap band-nya Mark.
" Akhirnya, kita dapat tempat tampil' sudah ku bilang Mark apa kata ku kita pasti di terima disini " Jimmy yang juga merupakan langganan kedai kopi itu.
" Kita tampil 'tapi tidak di bayar?, ayolah 'dia kira kita makan batu begitu, hanya dapat minuman itu saja ? " teriak Andy yang paling sering mengeluh tentang kegagalan band-nya itu.
" Sudahlah Andy, kita syukuri saja " jawab Michael sambil menepak bahu nya.
" Aku di putusin lagi oleh Monic, aduh.... " celetuk Andy yang dari tadi masih mengeluh, sementara Mark hanya terdiam ia menyadari begitu beratnya hidup jika kita sudah mulai serius.
Sore hari beranjak senja Mark yang hendak pulang tiba-tiba di kaget kan dimana di dalam perjalanan ia melihat dan mendengar sebuah keributan kecil di seberang jalan, Mark yang sekilas melihat orang tersebut seketika menghentikan pelan laju motornya.
" Bukankah itu Dennise? " tanya Mark dalam hatinya sambil menatap ke arah dua orang yang sedang adu mulut di seberang jalan yang baru ia lewati.
" Ia, kamu pikir lelaki hanya dirimu?, dengar ya Jerome aku, bisa dapatkan lelaki yang lebih daripada dirimu" teriak wanita sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan lelaki yang selalu berusaha menenangkannya.
Mark yang mendekati mereka berdua pun mendengar sedikit keributan yang terjadi.
" Dengar Dennise, aku janji aku akan tak akan melakukan nya lagi, aku berjanji " ucap lelaki yang tampak adalah kekasih dari wanita itu.
Wanita itu menampar pipi kiri lelaki itu hingga membuatnya marah, lelaki itu yang terbawa amarah tak sengaja melayang kan tamparan keras juga ke arah kekasihnya itu,
Mark yang melihat itu pun langsung menghampiri wanita itu." Kamu, kamu berani menamparku ? " teriak keras wanita itu hingga membuat lelaki yang menamparnya hanya menundukkan wajahnya sambil meminta maaf secara terus menerus.
" Bukan begitu sayang 'aku hanya, aku hanya 'aku " gagap lelaki itu yang begitu takut kehilangan kekasih nya itu.
" Sudahlah bro, kau tidak bisa sekasar itu terhadap wanita " jawab Mark sambil membelakangi wanita itu.
" Mark ? " tanya wanita itu yang ternyata mantan teman sekolah nya dulu.
" Tenang lah Dennise 'aku disini " jawab Mark sambil membentangkan tangan nya membelakangi tubuh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora of Alisa (On Going)
Teen FictionMARK SEBASTIÁN adalah seorang siswa kelas 3 smk yang memiliki mimpi untuk menjadi seorang musisi rock terkenal bersama ke tiga teman nya ya itu, Jimmy, Michael dan Andy. Tapi semua berubah setelah mereka lulus sekolah, banyak nya ujian yang menerpa...