Bab Ke Empat

73 50 17
                                    

Tampak seorang wanita paruh baya mengenakan seragam abu abu yang tampak tidak asing di mata Mark.

"Dimana Anne!? " teriak wanita itu dengan kasar.

Mark pun langsung berdiri dan mencoba menenang kan wanita tersebut, tiba tiba datang seorang wanita paruh baya lain yang tampak tak terlalu teruurus, datang dari belakang rumah Mark.

"Disini, bisa tidak jangan berteriak, aku punya telinga!" teriak wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Anne Todley ibu nya Mark.

"Bagus jika begitu, kamu sudah tau niat ke datangan ku!?" teriak wanita itu yang ternyata adalah salah seorang petugas PLN yang meminta tagihan biaya listrik ke ibu nya Mark yang sudah nunggak selama 2 bulan.

Dimana penagih biaya listrik itu masih beradu cekcok dengan ibunya Mark, Mark langsung menutup mata Rossi dan memeluk nya sambil membawa Rossi masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah Mark meninggal kan Rossi di kamar nya sambil mengunci pintu itu dari luar kamar nya, lantas Mark pun langsung berlari keluar dan menghampiri petugas PLN dan ibu nya yang masih bersitegang.

Mark sengaja membawa Rossi masuk ke dalam rumah, karena Mark tidak mau batin dari adik kecil nya itu terganggu karena keadaan ekonomi ibu nya.

Dimana Rossi yang di tinggal sendiri di dalam kamar ia memeluk boneka beruang yang berwarna merah maroon dengan aroma khas raspberry, tapi tanpa ia sadari air mata menuruni pipinya dengan tipis.

Di luar rumah Mark melentangkan tangan kanan nya yang menandakan jangan menyentuh ibunya, dengan tegas Mark bertanya ke petugas itu.

"Berapa yang harus di bayar? " tanya Mark sambil menghentikan langkah ibunya yang hendak maju.

"40,000 rupiah, itu tunggakan selama dua bulan!" teriak petugas PLN itu sambil memperhatikan surat surat bukti nya.

Jumlah 40,000 di tahun 90 an hampir setara dengan Rp 377, 8000 rupiah sekarang.

"Apa, 40,000!?" tanya Mark yang tampak cukup kaget.

"Itu sudah termasuk listrik dari mesin cuci bisnis laundry ibu mu" ucap petugas PLN itu sambil menerangkan isi surat surat itu kepada Mark.

"Itu akan menjadi tanggung jawab ku, beri saya waktu sampai bulan depan saya yang akan membayar semuanya, saya janji " ucap Mark yang meyakin kan petugas PLN itu.

" Hah, yakin sanggup bayar? " sindir petugas itu yang langsung di respon amarah oleh ibu Mark yang beranjak melangkah dan menghampiri petugas itu kembali, tetapi Mark langsung menarik tangan ibu nya dan menyakinkan kembali petugas PLN itu.

"Sudah lah, bu jangan di perpanjang lagi, Percaya lah saya sendiri yang akan langsung ke kantor" ucap Mark.

Dengan ketenangan Mark petugas PLN itu pun beranjak pergi dari rumah Mark.

Saat Mark tampak kesal dan hendak masuk kamar nya ibu Mark berbicara ke pada Mark.

"Tunggu Mark, ibu yang akan mengurus semua itu kamu fokus saja kepada sekolah mu, ibu tidak akan main lotre lagi sampai itu bisa ibu lunasi" ucap ibu Mark yang merasa kasihan terhadap anak nya itu.

"Harus ibu sudah menyadari itu sejak awal!" balas Mark yang melangkah me masuki rumah nya.

Semenjak perceraian yang terjadi Anne ibu Mark sering berjudi atau bermain lotre untuk menghibur diri nya, sementara biaya sekolah Mark dan Rossi masih di tanggung oleh ayah nya yang terkadang mengirim uang setiap bulan untuk Mark dan Rossi.

Anne ibu Mark pun pura pura mengambil sapu dan membersihkan halaman rumah nya walau tidak bisa di pungkiri mata nya tetap berkaca kaca ia menangis sesungguh nya melihat apa yang baru saja terjadi.

Sementara itu Mark membuka kunci pintu kamar Rossi dan melangkah menuju kamar nya, Mark melempar seragam sekolah nya.

Dengan kaos singlet yang masih melekat di tubuh nya ia hanya terdiam dan terbaring di kasur nya sambil menatap ke langit langit rumah nya, lalu Mark memejam kan matanya dan air mata pun menghiasi pipinya dan terurai.

Rossi yang melihat keadaan kakak nya seperti itu ia langsung mengambil seragam kakak nya sambil tersenyum pura pura menyapa kakak nya.

" Kakak, biar Rossi cucikan ya seragam nya, sekalian Rossi menyuci kaos milik Rossi juga" ucap Rossi dengan polos nya, Mark yang melihat adik kecil nya itu yang masih berlumuran ice cream di pipinya hanya terseyum dan mengusap air mata nya lalu bangun dari kasur nya dan memeluk erat Rossi.

"Kakak janji suatu saat jika kakak sukses, kakak akan buat kamu bahagia" ucap Mark sambil memeluk adik kecil nya itu.

"Janji ya kak? " tanya Rossi dengan senyum.

Sambil membersihkan noda ice cream di pipi adik nya Mark menatap Rossi lalu memeluk nya kembali dan berjanji kepada Rossi.

"Ia, kakak janji " ucap Mark yang memeluk erat adik kecil nya itu.

***

Keesokan hari nya di dalam sekolah Mark selalu bertanya kepada hati nya bahwa ia yakin bisa menjadi juara di festival music di sekolah nya minimal rangking tiga besar di acara festival music yang akan di adakan dalam dua minggu lagi.

Dimana di luar kelas  tampak Michael yang tengah mencari seseorang melihat dari satu kelas ke kelas lain.

"Ah, itu dia?" ucap nya sambil netra nya menatap ke dalam kelas itu.

Di dalam kelas Mark masih terbaring di atas meja dan menatap langit langit ruangan kelas dangan beralas bantal dari tas dan beberapa buku.

Tiba tiba Michael datang menarik lengan nya sampai membuat Mark ter kaget.

"Hei, kamu disini ternyata " ucap Michael.

"Apa? " jawab Mark sambil kembali menarik tangan nya.

"Ayo, mengapa kau disini kita harus berlatih festival akan di mulai lagi 25 hari lagi, ayo jangan membuang buang waktu" ucap Michael dengan penuh harapan.

"Ah, dimana Jimmy? " tanya Mark yang mulai bangun dan merapikan buku yang berserakan di meja nya.

" Jimmy sudah menunggu di basecamp kita, ayo " ucap Michael yang begitu bersemangat.

Di dalam basecamp Mark dan Jimmy serta Michael tengah bersiap latihan, ketika semua sudah tampak siap tetapi Mark, Jimmy dan Michael menatap ke arah gitar bass yang kosong, akhirnya Mark mengambil gitar bass itu untuk meyakinkan teman teman nya.

"Baik lah, ayo kita mulai!" ucap Mark sambil menganggukan kepala nya.

Tiba tiba seseorang berteriak dari luar ruangan tersebut sambil memasuki ruangan itu.

"Tunggu!, kalian tidak akan bisa melakukan semua itu tanpa diriku " ucap Andy yang datang lagi ke basecamp bersama Monica.

Mark hanya terseyum sambil melepas kan gitar bass itu dan memberikan nya ke Andy.

Mereka berempat saling bertatap senyum begitu juga dengan Monica.

"Baik lah, Dynamite ayo! " teriak Mark dengan semangat.

To be counted....

Aurora of Alisa (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang