Aku tersadar menunggu seseorang yang terkadang membuatku merasa ragu adalah hal terbodoh yang ku lakukan hanya karena perasaan hati. Dulu aku juga pernah merasa jatuh cinta pada laki-laki yang juga membuatku menunggu sampai aku sadar bahwa perasaanku tidak pernah terbalas sama sekali. Berkali-kali aku meminta saran kepada sahabatku untuk mengetahui jalan mana yang aku pilih. Dan selalu sahabatku mengingatkanku bahwa carilah orang yang benar-benar memberikan hal yang nyata dan bukan hanya sekedar berkata atas dasar cinta.
Yah, apa yang Ino katakan sangat aku terima tapi sangat sulit untukku menyinkronkan hati dan pikiranku. Hati yang mencoba untuk melupakan namun terkadang secuil kenangan hadir bersama dengan meluapnya rasa bahagia karena kenangan itu, yang pada akhirnya rasa itupun tak pernah hilang. Sementara pikiran yang membuatku merasa lelah akan semua yang terjadi diantara aku dan dia.
Kini aku termenung di tengah sunyi malam yang tenang, melihat bulan purnama yang bersinar terang mengingatkan aku tentang dirinya. Aku menghela nafas dan sedikit bergumam memanggil namanya.
"Kakashi.."
Aku merindukannya, setelah semua itu. Aku sangat merindukannya, tak peduli akan kebodohanku. Jauh dalam hatiku, perasaan ini tulus tidak pernah terbesit sedikitpun untuk menyerah apalagi sampai harus membencinya dan melupakannya.
Terkadang banyak pertanyaan muncul di kepalaku.
'Apa kau tidak merasa lelah?'
'Apa ini yang kau sebut cinta?'
'Apa ini bukti bahwa dia mencintaimu?'
'Jika dia mencintaimu, dia tidak akan pernah membuatmu berada di posisi seperti kau yang sekarang ini'
'Kau menolak Naruto yang jelas-jelas tekadnya tidak pernah berisi omong kosong'
'Kau sangat bodoh Sakura!'
Sudah hampir tiga tahun semenjak Kakashi menjadi seorang Hokage, baik aku ataupun dia tidak satupun ada yang berniat untuk sekedar bertemu. Aku menarik kesimpulan bahwa tidak baik jika mengedepankan perasaan hati, jika kita percaya satu sama lain. Hubungan yang jarang atau bahkan tidak ada komunikasi sama sekalipun bisa terjalin erat semakin dengan kuatnya kepercayaan satu sama lain. Namun, hal itu juga terkadang tidak memiliki bukti bahwa sekedar percaya satu sama lain dapat membuat hubungan bertahan.
Disaat angin malam berhembus menerpa wajahku, lembut menyentuh pipi. Aku memejamkan mata mencoba menenangkan diri dan merasakan antara jantung yang berdegub, dan aliran cakra yang mengalir di tubuhku.
Semua ketenangan malam ini, sebuah hal yang sangat jarang ku dapatkan. Jika di hari-hari biasa aku harus bekerja sampai larut malam, mengurus semua pasien-pasienku. Kali ini, aku mendapat cuti. Meskipun begitu terkadang aku merindukan suasana rumah sakit berserta dengan riuh khas rumah sakit itu.Aku memandangi jari-jariku, yang masih polos. Beberapa bulan lalu ada seorang laki-laki yang melamarku tepat di saat aku tengah bekerja. Semua orang terpaku ketika ia bertekuk lutut menyodorkan cincin kepadaku sembari berkata.
'Haruno Sakura, menikahlah denganku. Sungguh sudah lama aku menaruh hati padamu. Aku sudah lama mengagumimu, mungkin ini waktu yang tepat untukku mengutarakannya. Ku harap kau mau menerimaku '
Aku sangat syok akan hal itu. Beruntungnya seorang perawat datang dengan meneriaki namaku. Aku pun bisa mengelak dari laki-laki itu.
Meskipun terkadang aku berfikir bagaimana jika Kakashi yang melakukan itu? Ah, dia tengah sibuk dengan kumpulan berkas-berkas penting disana.
Mengingat kejadian itu, aku tersenyum geli seakan-akan memang Kakashi yang melakukan lamaran itu.
、、、
D
isinilah aku, terjebak dalam tumpukan berkas-berkas yang menyita waktuku dalam beberapa tahun terakhir. Kadang aku mengeluh, mengapa kau harus pergi Obito? Seharusnya kau yang berada di kantor ini, kau yang mengurus semua hal-hal semacam ini.
Malam ini, suasana sangat tenang. Sang rembulan menyinari desa ini ditemani dengan hamparan bintang-bintang yang melengkapi. Semua berkas telah ku periksa dan ku tanda tangani jika memang perlu. Yang ada sekarang hanyalah ketenangan semata. Jika biasanya aku akan lembur sampai tengah malam, memeriksa berkas-berkas. Berbeda dengan hari ini, berkas-berkas itu sedikit berkurang. Itu menjadi sebuah kabar baik untukku.
Sedikit tenang, membuatku teringat akan Sakura. Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah menikah diam-diam dengan pria lain? Atau justru dia masih menungguku?
Ku akui memang aku terlalu mengulur waktu. Bisa dibilang antara siap dan tidak siap. Hal ini mungkin juga dirasakan oleh beberapa pria saat ia mulai memikirkan tentang pernikahan. Menurutku, pernikahan bukanlah akhir dari sepasang kekasih. Tapi justru akan menjadi sebuah hubungan abadi yang tak kan terpisah jika memang saling percaya dan saling mencintai.
Angin malam menambah nikmat tersendiri dimalam ini, turut menyempurnakan sebuah rasa yang saat ini aku rasakan. Rindu. Aku merindukan gadis itu, sangat merindukannya. Aku selalu menyebut namanya setiap kali aku akan tidur. Dan ya, gadis itu datang dalam mimpiku seperti mengetahui bahwa aku sedang merindukannya.
"Sakura."
Aku menyebut namanya, kali ini aku menyebutnya dalam lamunanku, ketika pikiranku tengah memikirkannya. Begitu mudah pula nama itu lolos keluar dan terucapkan oleh bibirku.
Pernah suatu hari, ketika aku mempunyai waktu senggang. Aku menggunakan jurusku, ya aku terkenal akan keahlianku sebagai ninja peniru. Hari itu, aku menyamar sebagai seorang pria biasa, untuk menemui Sakura.
Aku menemuinya dengan wujud itu saat Sakura tengah bekerja. Saat itu aku menghampirinya dan berlutut dihadapannya sembari menyodorkan sebuah cincin yang tidak begitu bagus.'Haruno Sakura, menikahlah denganku. Sungguh sudah lama aku menaruh hati padamu. Aku sudah lama mengagumimu, mungkin ini waktu yang tepat untukku mengutarakannya. Ku harap kau mau menerimaku'
Belum sempat Sakura menjawab lamaran itu, seorang perawat berlari sambil meneriaki namanya.
'Haruno-san, aku membutuhkan bantuan mu!!!'
Sial.
Beruntung saat posisi itu, aku tengah menyamar. Jika tidak maka itu akan menjadi hal memalukan untukku. Bagaimana penduduk desa melihatku nantinya.
Lupakan kejadian itu.
Kali ini, aku ingin benar-benar terikat dengannya. Itupun jika ia belum menjadi milik orang lain. Aku mengambil sebuah kotak dari laci, kotak itu sudah lama ku simpan. Sejak saat aku belum menjadi Hokage. Bahkan saat aku belum mendapat misi bersama Sakura. Kotak itu ku temukan di rumahku, waktu itu aku sedang membersihkan kamar bekas mendiang ibu dan ayahku. Tidak sengaja aku membuka sebuah laci, yang didalamnya terdapat kotak ini. Didalam kotak itu ada sepasang cincin, seperti cincin kawin. Dan juga sepucuk surat. Surat itu di tulis oleh ibuku.
Aku harap kau menemukan kotak ini Kakashi.
Jika kau sudah menjadi seorang pria, aku ingin kau menikah dengan seorang gadis yang sangat kau cintai dan sangat kau sayangi, sebagaimana ayahmu mencintaiku dan menyayangiku.Aku ingin kau menemukan gadis yang memiliki ikatan kuat denganmu. Gadis yang selalu ada di sisimu, dia yang akan menemanimu saat tidak ada orang yang memperdulikanmu. Dia yang akan menuntunmu ketika kau tersesat dan saat kau merasa putus asa.
Berjanjilah padaku Kakashi.
Aku sangat menyayangimu.Kalimat terakhir dari surat itu. Membuatku teringat pada sosok gadis, yang sudah sangat dekat denganku bahkan sebelum ia menjadi seperti sekarang ini.
Dia."Haruno Sakura."
、、、
Hai kak! Maaf baru bisa update ceritanya hehe, sedikit alasan kenapa lama update soalnya di kelas 12 banyak banget tugas. Apalagi tugas kelompok:b
KAMU SEDANG MEMBACA
Rokudaime-sama!! I Love you
FantasyLima tahun, setelah perang dunia shinobi keempat, semua desa telah membaik dan mulai mengalami beberapa perubahan. Semua shinobi yang selamat dari perang itu pun kembali menjalani kehidupan mereka dan melanjutkan hidup mereka dengan menikah, tak ter...