Diary Kematian

143 7 0
                                    

23 Day Anyelir

Warning!! Part ini mengandung unsur 18+ (negatif) harap bijak dalam membaca. Diharapkan pembaca usia 18/17 ke bawah tidak membaca part ini.

Zhusana Niren.
; 11 Maret 2020

Hari yang katanya indah ternyata buruk. Semua mimpiku hancur lebur. Seakan tak akan ada lagi hari indah setelah ini. Aku harus apa tuhan. Hari ini begitu hampa rasanya. Hati ini hancur, mata ini tak sanggup lagi untuk meneteskan butiran air mata. Bagiamana caranya menghadapi dunia. Kenapa semesta tidak adil. Aku? Mengapa diriku, apakah sebenci itu mereka kepadaku.

Bahkan rasanya aku hampir tidak pernah bertengkar dengan siapapun. Aku sudah terlanjur terluka, senyuman ini hanyalah sebuah kebohongan. Aku rapuh, lantas mengapa diri ini masih saja dibenci.

Bunda, ayah, maafin Niren. Hari ini gagal. Gagal untuk berjuang masuk PTN. Niren minta maaf, mungkin setelah ini, tidak akan pernah ada wajah Niren, senyuman, pukulan, bahkan peraturan rumah akan segera runtuh.

Sekarang Niren tahu maksud dari peraturan itu. Niren tidak pernah melanggarnya. Akan tetapi semua ini hanya sebuah kecelakaan.

Kecelakaan ini bukan salah Niren, bunda, ayah. Niren tidak akan pernah menduga hal ini terjadi. Niren rapuh, bahkan untuk bertemu kalian saja, rasanya tidak sanggup. Niren ingin sekali melihat wajah kalian dari kejauhan saja. Suara kalian begitu Niren rindukan.

Ternyata semua manusia itu pembohong, Bund. Aku tidak percaya lagi dengan mereka. Aku muak melihat mereka Bunda. Raga ini ingin sekali pulang. Hati ini terasa sakit.

Niren gagal mencapai goals. 62 hari di Anyelir akan terasa menyakitkan. Bertemu dengan mereka yang sudah menghancurkan hidup ku. Rasanya tidak sanggup. Terhitung sejak hari ini, 36 tersisa. Hm, Niren tidak bisa bertahan. Niren menyerah ya bund, yah.

Terimakasih telah menghadirkan Niren ke dunia ini. Maaf, Niren tidak bisa menemani kalian lebih lama. Hari ini, Niren telah melanggar peraturan rumah, ayah.

Jangan pukul Niren. Aku minta maaf, sejujurnya aku tidak menginginkan hari ini hadir.

Bunda ngga usah menangis. Niren baik-baik saja di atas sana.

Tertanda
Zhusana Niren.

Niren berjalan menyusuri jalanan. Sambil melihat orang-orang berlalu lalang menggunakan kendaraan pribadi mereka. Sinar rembulan yang menembus gelapnya malam. Bintang-bintang gemerlap indah. Sudah berapa detik Niren berjalan rasanya kaki gadis itu sudah mulai merasa lelah. Niren berhenti di tengah-tengah jalanan yang sepi, setelah sekian lama berdiri, tangannya ditarik oleh seseorang. Niren tidak bisa melihat seorang yang menariknya. Dengan seluruh tubuh yang masih terasa sakit, Niren merasakan kepala berdenyut dan semuanya berubah menjadi gelap.

Dengan upaya yang luar biasa. Niren membuka matanya, menggerakkan tubuh yang masih terasa sangat sakit. Lagi-lagi Niren harus merasakan pahitnya dunia. Dalam hitungan detik hidup seakan menjadi tak berharga. Niren merasa dirinya sangat kotor dan menjijikan. Hanya karena menjadi korban nafsu yang menuntut kenikmatan beberapa detik.

"BAJINGAN, KENAPA KAMU ADA DISINI, ALFARIZI!" teriak Niren, menahan keterkejutannya.

Alfarizi tak menjawab. Dia mencengkram kuat tubuh Niren. Pupil mata mengecil, melotot dengan napas yang naik turun. Bibir Alfarizi segera menempel pada bibir mungil milik Niren. Perlahan-lahan laki-laki itu melumatnya dengan kenikmatan yang sempurna, mengecap, dan bermain-main disana.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang