Hari berjalan begitu cepat. Tak terasa Dhaanel sudah memasuki semester 2. Di kelas, dirinya mulai beradaptasi dengan kawan sebaya dan membentuk kelompok2 pertemanan.
Kebetulan di kelas Akuntansi B hanya ada 10 orang mahasiswa. Sedangkan mahasiswinya berjumlah 22 orang. Hal ini membuat para mahasiswa cepat akrab karena merasa mereka adalah minoritas alias kalah jumlah dengan mahasiswi.
Dhaanel adalah seorang Komsa (Komando Mahasiswa) di kelasnya. Ia terpilih karena mengajukan diri pada saat awal semester I. Sebagai seorang Komsa ia harus bisa mengenal 1 per 1 mahasiswa yang ada di kelasnya. Selain itu ia juga wajib menyimpan nomor WA para dosen yang memiliki jam di kelasnya. Sebenarnya hal ini agak membuat Dhaanel bingung karena sebelumnya ia tidak pernah menjadi ketua kelas. Dan tentunya menjadi Komsa di Kampus berbeda dengan ketua kelas di sekolah.
Sebagai Komsa, sebenarnya ia tak ingin ada sirkel di kelasnya. Ia ingin semua berjalan bersama-sama, bahkan kalau bisa masuk bareng lulus bareng. Tapi ia belum sadar saat itu bahwa apa yang ia ucapkan adalah halu seorang anak yang baru lulus SMA.
"Kawan-kawan sekalian. Izinkan saya disini untuk memberikan informasi sedikit. Bahwasanya kita disini masuk bersama-sama, kalau bisa kita wisuda nanti juga bersama-sama. Tetap jaga kesolidan kita. Dan sebagai wujud kebersamaan saya ingin menawarkan bagaimana jika untuk pembuatan baju angkatan kita bikin sendiri tanpa melalui himpunan?"
"Enak dari himpunan aja ga sih yang bikin? Ga ribet." Ucap Poppy.
"Engga. Gua lebih setuju kalo kita bikin sendiri. Bahan kita bisa milih yang lebih bagus tapi harga lebih murah." Kata Jerry.
"Iya gua juga setuju bikin sendiri sih. Biar harga juga bisa kita tentuin sendiri." Lanjut Trias.
"Tapi kan kita ada himpunan. Info dari kating tuh biasanya tiap angkatan juga kalo bikin baju lewat himpunan, jadi apa salahnya kalo kita ikutin aja?" Kata Cantika. Kebetulan kakak dia memang kuliah di jurusan yang sama.
"Gini aja, kita baju angkatan bikin sendiri. Gua punya kenalan konveksi yang harganya bisa murah tapi bahannya bagus. Kalo lorang mau, hari ini juga gua hubungin orangnya untuk nentuin harga. Gimana?" Kata Oki ketua angkatan.
"Oke-oke. Sebelumnya terimakasih untuk semua yang sudah memberikan pendapat. Untuk lebih fair nya, saya akan hitung berapa orang yang setuju dan ga setuju. Yang setuju silahkan angkat tangan!" Kata Dhaanel menengahkan.
"Dhan! Nanti dulu. Ini kan kita bikin baju angkatan bukan baju kelas. Kenapa yang diambil suara cuma kelas kita? Emang kelas sebelah gamau bikin baju angkatan juga? Harusnya kumpulin dulu dong seluruh angkatan karena kita kan rembuk untuk sesuatu yang menyangkut hal bersama." Cegah Mira dari bangku belakang.
"Iya Mir. Jadi gini, kita hari ini ambil suara dulu untuk kelas kita kira-kira setuju atau engga. Nah besok, biar si Oki yang ngumpulin kita seangkatan buat ngebahas ini. Gunanya supaya besok pas ngambil suara bisa cepet. Karena kelas kita udah punya keputusan, tinggal nunggu keputusan kelas sebelah." Jelas Dhaanel.
"Oke kalau gitu, yang jelas kita harus bahas ini seangkatan."
Kemudian pengambilan suara dilakukan. Perbandingan keputusan nya adalah 8:2 yang lebih berat ke setuju. Artinya kelas B setuju untuk membuat baju angkatan sendiri.
"Ki, besok kita kumpul jam 1 siang. Kelas A kelar kuliah jam 12, kelas kita Pak Guritno izin ga bisa masuk kelas dan cuma dikasih tugas yang dikumpul jam 5 sore di ruangannya." Kata Dhaanel setelah mendapat info dari Pak Guritno Dosen Akutansi Sektor Publik dan Kurnia Komsa kelas A.
"Oke, kalo gitu besok kita kumpul di ruang 2.9 gedung C." Ucap Oki sambil menenteng tas ransel untuk pulang.
YOU ARE READING
Santri Kampus
ActionMenceritakan tentang seorang santri yang bimbang akan masa depannya. Mengalami banyak perubahan karakter dalam dirinya. terlebih ketika ia merasakan ketimpangan aturan dalam kampusnya. ia merasa ada perampasan ideologi yang tersistem dalam birokrasi...