Bimbang

108 0 0
                                    

Ia sangat paham dengan penyakit ini. Dampak yang diakibatkan penyakit ini cukup fatal bahkan bisa menimbulkan kematian. Untungnya, ia tidak sampai pada batuk yang mengeluarkan darah. Hanya batuk berat dan tubuhnya yang semakin kurus. Akhirnya, mau tidak mau ia harus menjalani pengobatan intensif selama 6 bulan. Ia harus rutin minum obat yang diberikan dokter 2 hari sekali dan tidak boleh terputus. Jika terputus sekali saja, ia harus mengulang dosis tersebut dari awal.

Dua minggu setelah lebaran telah ia lewati, tapi ia belum merasa dirinya membaik. Masih sering pusing dan lemas. Ayahnya menawarkan, apakah ia mau dirawat di pondok atau dirawat di rumah saja. Ia membuat perhitungan, jika ia tetap berangkat ke pondok ia tetap tak akan aktif belajar seperti biasa. Ia akan ditempatkan di tempat khusus bagi santri yang mengidap penyakit ini. Karena memang penyakit ini berbahaya dan gampang sekali menular. Tapi jika ia dirawat dirumah, ia tak yakin dengan keteguhan dirinya sendiri apakah nanti jika sudah sembuh dia akan kembali lagi ke pondok.

"Dhan, kalo kamu mau ke pondok dan dirawat disana. Bapak tetap mendukung dan bapak bakal ngantar kamu sampai ke pondok. Urusan bagaimana nanti biar bapak saja yang bilang langsung ke bagian kesehatannya," kata bapak, saat H-1 liburan habis.

"gatau pak. Gimana ya, kalo aku dirawat disana aku juga gak bakal bisa ta'lim kaya biasa." Kata Dhaanel

"terus kamu mau dirawat di rumah aja?"

"..........." Dhaanel tak bisa menjawab.

"gini, kalo emang mau kamu dirawat dirumah, gakpapa. Biar bapak nanti yang telepon langsung ke bagian kesehatannya."

"yaudah deh kalo gitu," kata Dhaanel sambil beranjak minum obat.

Saat itu adalah waktu yang terasa sangat lama bagi Dhaanel. Ia merasa sedang berada di sebuah kano kecil di tengah samudera yang sedang diamuk badai besar ditengah gulita malam. Terombang – ambing kesana kemari tapi berusaha untuk tetap seimbang. Ia tak pernah membayangkan jika harus menerima keadaaan yang menjebak seperti ini. Antara berangkat atau tidak, banyak sekali perhitungan yang seharusnya tidak perlu diperhitungkan. Cukup tenangkan diri, dengarkan bisikan hati, dan jalankan.

Santri KampusWhere stories live. Discover now