Pagi yang dingin. Ia langkahkan kaki menuju rumah. Terlihat sosok ayah yang sedang menyapu halaman. Dengan langkah cepat ia berjalan dan memeluk sang ayah. Akhirnya si bungsu yang sudah ditunggu berbulan – bulan lamanya kini sudah sampai di rumah. Tubuhnya yang kurus dan mata yang cekung dengan wajah yang sedikit pucat tidak sedikitpun mengurangi gurat senyum sang ayah. Lalu ketika mengetuk pintu rumah, disambut oleh pelukan ibunya. Sama seperti ayah, sang ibu pun melihat ada perubahan yang sedikit berbeda dengan fisik anaknya. Tapi itu terlupakan dengan kebahagiaan datangnya sang anak dalam keadaan selamat.
"Krekk .. Ceckk ..", ia membuka pintu kamar yang sudah berbulan – bulan ia tinggalkan. Keadaannya masih sama. Tidak banyak yang berubah. Tetap rapih karena ibu nya tau dia akan pulang hari ini. Menaruh tas, menaruh pakaian – pakaian bersih di lemari lalu merebahkan tubuh sejenak. Meski masih pagi dan cuaca mendung, tapi ia merasa gerah dan kepala sangat berat. Ia jatuhkan badan diatas kasur empuk, yang sangat jarang ia rasakan ketika berada di pondok. Hanya butuh waktu beberapa menit saja. Ia sudah terlelap.
"dek, ikut ibu yuk. Kita ke pasar, jalan – jalan. Kamu mau beli apa?" kata ibunya sambil membangunkan Dhaanel.
"Iya, bu. Kayanya aku di rumah aja deh. Kepala ku pusing." Jawab Dhaanel yang setengah sadar. Kepalanya kian terasa berat.
"ohyaudah kalo gitu. Tapi jangan lupa sholat ashar ya, ini udah sore." Kata ibunya sambil beranjak.
YOU ARE READING
Santri Kampus
ActionMenceritakan tentang seorang santri yang bimbang akan masa depannya. Mengalami banyak perubahan karakter dalam dirinya. terlebih ketika ia merasakan ketimpangan aturan dalam kampusnya. ia merasa ada perampasan ideologi yang tersistem dalam birokrasi...