Tolong diangkat telponnyaa..... Tolong diangkat telponnyaa.....
Ternyata itu adalah suara dering telpon wa Dhaanel yang menggunakan ringtone suara sinchan. Ia baru saja terbangun dari tidur siangnya. Jam 11 tadi, Dhaanel baru selesai mengerjakan tugas dan berencana untuk istirahat sebentar sebelum berangkat ke kampus. Tapi memang sudah dasarnya pelor, Dhaanel sudah kelewat jam 1 siang. Segera ia meraba kasur mencari HP nya diomana ia letakkan. Suara dering itu terus berbunyi dan sedikit mengganggu mimpi siang Dhaanel yang indah.
"Aggghhh... sapa sih ini berisik amat! kaga tau orang baru tidur apa?!" ngigau nya sambil membuka layar HP
"ASTAGA!!!! INI UDAH JAM 1 LEWAT 15 MENIT?!" teriak Dhaanel dalam hati. Matanya yang tadi sayup dan siap untuk melanjutkan mimpi kini terbelalak sudah dan sirna total rasa kantuknya. Kini bunyi degup jantung nya mulai terdengar karena ia pasti akan kena omel bocah satu kelas.
Ada 15 telpon masuk dari Mira tak terjawab
10 telpon masuk dari Poppy tak terjawab
2 telpon masuk dari Franky tak terjawab
31 pesan wa masuk dari Mira tak terbaca
Ya ampun Dhaanel. sebenarnya banyak sekali orang yang peduli padanya, tapi memang dasar nya saja dia tidak peka. Dia panik bukan kepalang, segera ia balas pesan wa dari Mira.
"Aduh sorry, Mir. Gua baru bangun tidur sorry banget ini, iya gua tau gua salah. Lorang gimana disana? Rapat udah mulai ya? Gua otewe kampus sekarang."
Dengan terburu-buru Dhaanel segera ke kamar mandi untuk membersihkan muka dan menggosok gigi. Setelah dirasa siap semua, ia meluncur ke kampus dengan motor jadulnya tanpa wasweswos.
-
Sementara itu didalam suasana rapat angkatan, Mira dan Poppy masih sibuk membagi fokus antara rapat dan wa. Setelah sekian telpon wa di deringkan barulah ada balasan dari seberang. Wajah Mira merah padam, kesal sekali ia melihat tingkah laku Dhaanel yang tak tau aturan. Sudah tau siang ini ada rapat angkatan, kenapa dia malah tidur? Dia bilang tau kalau dia salah. berarti dia ngerti kalau dirinya pelor dan susah bangun. Lantas jika dia memang sudah paham kekurangan dirinya, kenapa masih terus dia lakukan? Aneh banget anak satu ini.
"BODOAMAT!"
"GUA TUNGGU LO DI RUANGAN! BOCAH-BOCAH PADA NYARIIN LO DARITADI, LO MALAH ENAK-ENAKAN TIDUR?! SIALAN" dengan 2 jempol berapi-api Mira mengetikkan balasan kepada Dhaanel. Ada kesal tertahan di dadanya, tapi dia sadar dia sedang didepan dan harus menajaga image dengan selalu tersenyum manis.
-
Memasuki area parkir kampus. Dhaanel memarkirkan motornya di pelataran area B tepatnya dibawah pohon rindang agar aman dari panas terik matahari. Dengan sisa kebeleran di ujung matanya, dia kembali membuka wa siapa tau ada pesan lagi dari bocah-bocah. Benar saja, 2 pesan singkat dari Mira dengan teks capslock jebol. Dhaanel meringis membacanya dan segera menuju ruangan 2.9
-
"Assalamualaikum...." kreekkk suara pintu dibuka. Dhaanel melongo sedikit melihat keadaan kelas. Ramai sekali. spontan ketika dia membuka pintu semua kepala melihat kearahnya. Dhaanel mati kutu, memang inilah kelemahan yang dia miliki. Tidak bisa menjadi pusat perhatian, dia mudah sekali salting.
"Waalaikumsalam....." jawab sebagian orang didalam kelas.
"Sorry ya saya telat" kata Dhaanel yang berdiri di depan pintu. Ia bingung mau duduk dimana karena hampir semua kursi terisi.
"Kemana aja lu dhan? udah mulai dari tadi nih rapatnya" kata Kurnia
"Eh iya kur sorry gua telat. ada lah something di rumah tadi, yaudah lanjut yuk pembahasannya udah sampe mana nih?" Jawab Dhaanel yang masih berdiri
"Lo itu duduk dulu wah! Lo kira dosen tah berdiri mulu, cepet lagi kalo mau dilanjut ini rapatnya!" celetuk Mira yang duduk dekat dengan Dhaanel berdiri
"Ya ini gua mau duduk, tapi dimana? Hampir penuh ni kursi nya"
"Noh sono belakang lo duduk ma gerombolan lo" tunjuk Mira menggunakan mulutnya ke arah kursi belakang yang dipenuhi kaum adam. Mahasiswa yang kuliah segan DO tak mau
"WOY DHAN! SINI DUDUK. SAMA KITAORANG INI MASIH ADA KURSI KOSONG" Teriak Franky dari arah belakang
Akhirnya rapatpun dilanjutkan.
YOU ARE READING
Santri Kampus
ActionMenceritakan tentang seorang santri yang bimbang akan masa depannya. Mengalami banyak perubahan karakter dalam dirinya. terlebih ketika ia merasakan ketimpangan aturan dalam kampusnya. ia merasa ada perampasan ideologi yang tersistem dalam birokrasi...