When Love is Realized 《2》

2 2 0
                                    

~ Ruang Kepala Sekolah ~


Dap. Dap. Dap. Dap. Suara derap langkah kaki.

"Kuze, lihat kue ku?!" tanya Ritsuka saat masuk ke ruangan Kepala Sekolah

"Ini, ya?" tutur Kuze sambil

"Gyaaaaa" teriak Ritsuka histeris

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa dimakan?!" ujar Ritsuka sambil merampas kue digenggamnya Kuze

"Kue ini bukan untuk Kuzeee..."

"Huh! Mana ku tahu!" jawab Kuze kesal dan membalikan kursinya

'Sisanya tinggal yang hancur... Bikin lagi deh' batin Ritsuka sambil menangis melihat kantong kuenya

"Rasanya Pahit, Tuh! Gosong, Sih! Kok Bisa Buat Kue Kayak Gitu?"

"Gah..." Ritsuka langsung syok mendengar itu

Kuze menunjukan ekspresi wajah sedih setelah mengucapkan kata itu dan tidak diketahui Ritsuka.

"Jahat banget ngomong begitu!" ucap Ritsuka

"Heg!!?" Kuze keselek

"Uhuk, uhuk"

Kuze langsung terbatuk dan tertunduk dilantai. Kuze segera menepuk-nepuk dadanya untuk meredakan rasa sesak karena keselek.

"Eh? Ke, Kenapa?!" tanya Ritsuka panik melihat Kuze dilantai

"Makan seenaknya, sih. Padahal kuenya gosong" lanjut Ritsuka

"Bawel! Kalau buatanmu, pasti ku makan" jawab Kuze sambil memegangi dadanya

"Eh?"

Deg. Dada Ritsuka berdebar lagi dan wajahnya terlihat tersipu. Kuze mengambil lagi kantong kue yang Ritsuka pegang dan mulai memakan kue yang gosong itu.

"Ah! Itu yang paling gosong!" ujar Ritsuka

"Pahit" ucap Kuze

Kuze masih terus mengunyah kue itu meski Ritsuka mencegah untuk memakannya. Kuze tetap memakannya meskipun itu pahit.

'Kuze...' batin Ritsuka yang ikut duduk dilantai menatap lekat kearah Kuze yang memakan kue gosong buatannya.

"Mau lagi" pinta Kuze dengan ekspresi lembut

Deg.

Deg.

Deg.

Deg.

Deg.

Dada Ritsuka berdebar kencang.

"Uh... Tidak Boleh" jawab Ritsuka berbalik dengan wajah yang tersipu malu

'Kalau ku berikan pada Kuze, nanti tidak bisa ku kubur'

'Aku salah. Harusnya aku buat yang lebih enak... Yang lebih enak lagi...' batin Ritsuka yang masih tersipu

'Supaya dia tersenyum' lanjutnya sambil membayangkan Kuze yang tersenyum

'Perasaan apa ini? Rasanya ingin menangis. Tapi ada rasa bahagianya juga'  batin Ritsuka berdebar

'Menyenangkan'

Grr. Kuze menatap tajam kearah Ritsuka dan itu membuat Ritsuka panik ketakutan.

"Oh. Jadi Gitu, Ya!" ucap Kuze dengan wajah yang menyeramkan

"Ku... Kuze? Sadar, dong!" ucap Ritsuka panik ketakutan

Tok. Tok.

Suara ketukan pintu dan lalu terdengar pintu terbuka.

"Ah!" ujar Pak Yura saat Ritsuka mundur dan menabrak dirinya

"Pak Yura!!" ucap Ritsuka kaget

Kuze langsung menatap tak senang. Dia segera membuat Ritsuka keluar dari ruangannya.

"Keluar Kamu!!" usir Kuze

"Buka pintunyaaa!" pinta Ritsuka sambil menggedor-gedor pintu

"Fuh!" Kuze menghela nafas dan mengacuhkan Ritsuka

"Padahal tidak apa-apa kalau pintunya tetap terbuka. Tidak masalah kok. Toh Fujinami sudah tahu kalau Hijiri Kepala Sekolah"

"Jangan Panggil Aku Hijiri Di Sekolah!" teriak Kuze

"Wah... Lagi 'bad mood' " ujar Pak Yura

" ... ... ... " Pak Yura terdiam memikirkan sesuatu dengan jempol dan telunjuk menutupi bibirnya

"Fujunami manis, ya" ujar Pak Yura

"Akhir-akhir ini aku sering lihat dia memperhatikanku, lho. Hmm. Sepertinya dia suka padaku, deh" ujar Pak Yura menggoda Kuze

Kuze terdiam dan dia langsung melirik tajam kearah Pak Yura.

"Oh? Terserah" jawab Kuze

"Heh? Hehe. Tidak apa, nih?" tanya Pak Yura sambil tersenyum

"Ya. Harusnya hanya aku yang dia perhatikan" balas Kuze dengan tatapan tegas kearah Pak Yura

"Makanya Aku Tudak Akan Menyerahkannya Padamu" tantang Kuze ke Pak Yura

Dihalaman sekolah, dibawah pohon dekat gerbang sekolah. Ritsuka tengah berjongkok menggali tanah dengan wajah lesu.

'Kenapa Kuze tiba-tiba marah, sih...?'

'Dia masih marah tidak, ya?'

'Apa aku sudah membuatnya marah?' batin Ritsuka galau

'Hah! Aku harus konsentrasi! Aku kan sedang mengubur kue sesuai mitis itu' lanjut batinnya

'Sip! Tinggal dikubur' pikir Ritsuka

Lubang yang sudah susah paya Ritsuka gali, ditutup lagi oleh Kuze dengan kakinya yanh mendorong tanah galian tadi kedalam lubang.

"Ng? Kuze!!" ujar Ritsuka cemas melihat Kuze didepannya

"Jagan menggali sembarangan disekolahku" ucap Kuze kesal

"Se... Sedikit saja, kok" bujuk Ritsuka

"Tidak boleh! Cepat pulang sana!" bentak Kuze

Deg.

Bukan debaran melainkan rasa sakit yang Ritsuka rasakan didadanya.

'Tidak perlu marah-marah seperti itu, kan...' batin Ritsuka

Kuze membalikan wajahnya, menatap lagi kearah Ritsuka.

"Tanganmu..." ujar Kuze panik melihat tangan Ritsuka berdarah

"Eh? Tangan?" ucap Ritsuka bingung

"Ah. Mungkin tergores beling waktu gali tanah..." lanjutnya santai

Kuze langsung menarik tangan Ritsuka

"Eh?! Kuze?! Mau kemana?" tanya Ritsuka

Kuze tidak menjawab, dia hanya membawa Ritsuka pergi. Sementara itu Pak Yura memperhatikan Kuze yang menarik Ritsuka dari jendela.

***

-bersambung-

When Love is HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang