When Love is Connected 《2》

3 2 0
                                    

~Lapangan Sekolah~

'Eh?! Kenapa tiba-tiba mau ikut' batin Ritsuka melihat Kuze yang sudah siap ikut lomba

"Itu Kuze!"

"Oi, Kuze datang!"

Heboh murid yang ada dilapangan saat melihat Kuze ikut berlomba.

"Kuze tidak apa-apa? Bisa gendong aki?" tanya Ritsuka cemas

"Kalau berat, paling kujatuhkan" jawab Kuze

"Jahat" jawab Ritsuka syok

"Padahal aku khawatir karena Kuze tidak bisa olahraga..."

Wasit  meneriakan aba-aba dan lalu menembakan pistol untuk mulai perlombaan.

"Ayo!" ujar Kuze

"Kya" teriak Ritsuka

"Pegangan yang erat!" teriak Kuze saat Ritsuka hampir terjatuh kebelakang

Ritsuka langsung memeluk Kuze dengan erat dengan keaadaan kebingungan saat Kuze dengan mudahnya berlari sambil membawa Ritsuka di gendongannya.

"Waa. Cepat Sekali!" teriak murid dipinggir lapangan

"Juara Satu! Kelompok Merah Kelas 1!" teriak panitia mengumumkan pemenangnya

"Dasar Pak Yura. Aku bisa olahraga, kok..."

"Kuze Keren!!" teriak Ritsuka senang dan kagum

"Keren Banget!! Senangnya!! Juara 1!! Horeee!!!" teriak Ritsuka dengan senyum merekah berlari dan memeluk Kuze

"Jangan Dekat-Dekat!" ucap Kuze sambil menghadang Ritsuka agar tidak memeluknya

"Kamu berat banget, sih! Badanku jadi sakit! Huh!" keluh Kuze

'Kenapa sih, Kuze makin sadis?!' batin Ritsuka

"Huh! Aku Berat Gara-Gara Otakku Besar, Tahuuu!!" teriak Ritsuka

"Pfft. Bohong!! Ha Ha Ha. Padahal otakmu cuma sebesar stroberi" ujar Kuze tertawa terbahak-bahak

.
.
.

'Ter... Tertawa...!! Ini pertama kalinya aku lihat Kuze tertawa lepas seperti itu' batin Ritsuka mengingat tertawanya Kuze

'Manisnya... Hihi" pikir Ritsuka

'Hah! "Glek" Hihi"

Ritsuka terus tersenyum sendiri mengingat ekspresi yang Kuze tunjukan ke dia saat tertawa lepas. Ritsuka masih terus memikirkan Kuze meski dia sedang menjadi pemandu sorak.

'Hanya aku yang melihat senyumannya. Hanya aku' batinnya sambil tersenyum

"Lho? Ritsuka-chan kok tidak pakai ikat kepala?" tanya Rin selesai panduan sorak

"Eh? Mestinya aku pakai..."  ujar Ritsuka lalu menyentuh keningnya

'Tidak ada! Tidak mungkin! Ikat kepalanya hilang! Padahal ikat kepala itu ingin ku tukar dengan punya Kuze...'

Ritsuka mulai mencari ikat kepala miliknya ditempat yang sekiranya fia pernah disana, namun tetap tidak ketemu.

"Ukh" ujar Ritsuka murung

"Ritsuka-chan..." panggil Rin

"Ah! Ritsuka!" teriak seseorang memanggil Ritsuka

"Mana Kuze?" tanya mereka

"Eh?" tanggap Ritsuka kaget

"Aku kaget waktu lihat lomba tadi"

"Kuze hebat!"

"Aku mau ajak dia lomba lari tiga kaki denganku"

"Aku juga!" tutur mereka

"Tidak Boleh!!" teriak Ritsuka marah

"Ah! Anu..." panik Ritsuka bingung karena dia teriak marah tadi

'Kenapa aku teriak gitu...?' batin Ritsuka

"Kalau semuanya mau ajak Kuze, nanti dia bingung. Biar aku saja yang tanya dia" jawab Ritsuka memperbaiki sikapnya

"Betul nih?"

"Tolong, ya!" pinta mereka

'Habis, aku tidak mau mereka melihat senyum Kuze, juga ekspresinya. Aku tidak mau ada yang melihatnya selain diriku'

Ritsuka berjalan mendekati Kuze yang sedang tertidur dibawah pohon dengan memegang ikat kepala.

"Ah. Mau duduk disini?" tanya Kuze saat sadar ada Ritsuka didekatnya

'Tapi harus aku sampaikan. Aku sudah bilang pada mereka, "Biar aku saja yabg tanya dia." Tidak boleh pura-pura tidak tahu' batin Ritsuka

"Begini..." Ritsuka menceritakannya

"Malas, Ah. Ribet! Kenapa Harus Aku?" tanya Kuze

"Tidak mau, ya" ujar Ritsuka senang

'Aku lega mendengar jawabannya. Jahat sekali aku ini. Padahal ini kesempatan Kuze untuk bisa lebih terbuka dengan teman-teman... Ini gara-gara aku menghilangkan ikat kepalaku' batin Ritsuka dengan wajah murung

" . . . . . . " Kuze memperhatikan ekspresi Ritsuka

"Oke! Kamu ingin aku ikut lomba itu, kan?!" ujar Kuze lalu berdiri

"Eh?"

"Sebagai gantinya, traktir aku es krim!" lanjut Kuze

'Es krim... Kuze suka es krim'

"Iya" jawab Ritsuka tersenyum tahu kalau Kuze menyukai es krim

Kuze menatap kesal kearah Ritsuka yang setuju dan tersenyum kalau dia akan ikut lomba dengan cewek lain.

"Ck! Kamu malah tertawa. Padahal aku akan lari tiga kaki dengan cewek lain"

"Eh? Bilang apa?" tanya Ritsuka bingung

"Bukan apa-apa!" jawab Kuze kesal

Kuze mulai berlari tiga kaki, sesuai permintaan Ritsuka kedia dan memimpin lomba itu. Cewek-cewek teriak histeris melihat kearah Kuze yang ikut lomba, meski Kuze menunjukkan wajah cemberutnya.

"Kuze keren!"

"Hari ini Kuze beda, ya!" ucap cewek-cewek itu

'Dari dulu Kuze memang keren, kok. Mereka saja yang belum sadar' batin Ritsuka memandangi kearah Kuze

'Ah! Tapi kalau dari dulu mereka sadar, aku tidak bisa menjadi "satu-satunya" bagi Kuze' batin Ritsuka yang mulai termenung dan murung

Kuze yang selesai berlomba langsung dikerumuni siswa-siswi yang lain yang mulai menyukai perubahan Kuze. Namun beda halnya dengan Kuze, dia tidak menghiraukan sekelilingnya. Kuze tetap berjalan sambil melepas ikat kepalanya dan menuju kearah Ritsuka berdiri.

"Tadi Kamu Lihat Aku Kan, Kepala Stroberi?" tanya Kuze saat sudah didepan Ritsuka

Ritsuka hanya terdiam tersipu dihadapan Kuze.

"Pinjam handuknya. Panas..." ujar Kuze mengambil handuk yang ada di bahu Ritsuka, mengelap wajahnya yang berkeringat

'Kuze langsung menghampiriku. Mungkin ini bukan masalah besar bagi Kuze... Tapi aku bahagia' batin Ritsuka tersenyum manis memandangi Kuze

"Eh?" tanggap Kuze melihat senyuman Ritsuka

"Oh, iya. Ini..." ujar Kuze merogoh saku celananya

"Ng?"

"Punyamu, kan?" ujar Kuze

"Ah!"

'Ikat kepalaku' batin Ritsuka melihat ikat kepalanya

"Tadi jatuh digaris finish. Aku tahu itu punyamu, soalnya ada gambar anehnya" ujar Kuze canggung

"Makasih..." jawab Ritsuka mendekap erat ikat kepalanya

'Aku... Ingin jadi gadis "satu-satunya" bagi Kuze' batin Ritsuka tenang

***



-bersambung-

When Love is HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang