🌻🌻🌻
Kenangan tetaplah kenangan.
Menangis tak akan mengembalikan kenangan itu.
Tetapi dengan menangis, hati Kiyan legah.
Jadi menangislah jika ingin menangis.
Selagi bisa menangis kenapa harus tertawa?🌻🌻🌻
.
.
.
."Kiya maafin ibu. Ibu gagal menjadi seorang ibu dari kamu nak..."
"Bu. Kiya nggak bakal suka lihat ibu seperti ini."
Sebisa mungkin mbak Desy menenangkan ibu.
Sudah genap tujuh hari Kiya meninggalkan rumah. Suasana rumah begitu sangat hening, tak ada suara toa, tak ada suara tawa, dan tak ada pelukan di pagi hari. Aroma vanilla Masi tercium harum di setiap ruangan, aroma vanilla adalah bau parfum Kiya. Apakah Kiya Masi ada di sekitar rumah? Mungkin saja iya. Namun tak nampak.
Di sisi lain terlihat seorang ayah menyendiri di halaman rumah, menatap kosong langit malam Tanpa kehadiran sang rembulan teman akrab Kiya.
"Nak... Ayah jahat? Salah apa ayah sama kamu nak? Kenapa Kiya bisa menanggung beban itu sendirian?"
Monolog Ayah.
"Nak... Maafkan ayah. Seharusnya ayah yang jadi tulang punggung. Tapi kenapa harus kamu? Ayah jahat? Iya ayah jahat kan? Bahkan ayah lupa kapan terakhir kali Kiya minta uang sama ayah. Ini hukuman buat ayah? Tapi kenapa harus Kiya yang pergi?"
Menatap langit malam berteman sepi dan dinginnya malam. Seorang ayah yang tak pernah meneteskan air mata kini bercucuran tak henti. Rasa penyesalan yang cukup menyesakkan dadanya. Terlihat raut wajah penyesalan, ia seorang ayah yang paling Kiya banggakan, yang paling Kiya sayang.
Tatapan ayah tertuju pada helm berwarna hitam. Itu pemberian Kiya untuk gaji pertamanya. Ingatan hari itu terlintas di benak ayah.
Sore yang temaram sosok gadis dengan senyum ceriah berlari kecil menghampiri ayahnya, dengan memegang satu benda yang cukup besar di genggamannya. Sebuah helm berwarna hitam.
"Ayah...." Teriak gadis itu dengan senyum yang begitu indah tak lain Kiya Kirana putri bungsu pria paruh baya yang kerap kali di panggil ustadz Ahmad.
"Ini untuk ayah!"
"Apa ini. Ki?"
"Buka aja."
"Helm?"
"helm nya dulu ya. Yah! Motornya nanti. Kalau Kiya udah jadi presiden Canada."
Kiya sengaja membelikan helm kepada ayah. helm yang ayah sering gunakan sudah begitu rusak bahkan kaca depannya sudah tak ada. Mungkin hanya sebuah helm, namun di balik semua itu Kiya sudah memikirkan apa yang bagus untuk ayahnya itu. Kiya tidak tau kesukaan ayah, namun ketika melihat helm itu Kiya harus membelinya. Demi keselamatan ayah, katanya. Melihat ayahnya itu gemar sekali memakai motor kebanding mobil. Sepertinya keputusan Kiya itu benar! Helm berwarna hitam itu cocok untuk ayah.
"Aamiin. Alhamdulillah helm baru. Ayah harus pamer ni ke semua orang rumah."
"Kiya cuma beliin ayah doang? Untuk ibu nggak ada?" Ibu yang baru saja datang membawa buah yang sudah di kupasnya.
"Ada dong! Ya kali Kiya nggak beliin bidadari rumah kita."
Anak perempuan itu mengeluarkan hadia yang ada di dalam kresek hitam cukup besar. Tas berwarna coklat susu. Cantik sekali.
"Untuk ibu?!"
"Ya. Iyalah lah Bu. Masa untuk bude Novi." Candanya.
Ibu dan ayah memeluk putri kecilnya itu. Berterimakasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/323659024-288-k536702.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Hitam Kiya Kirana ( On Going )
RandomKiya yang selalu menganggap dirinya tak bisa menjadi apa-apa, kiya marah terhadap semesta Yang tak adil baginya, kiya yang selalu merasa gagal dalam segala hal. Kata Kiya "bahagia itu ada di sekitar kita, contohnya keluarga!" Tinta hitam itu selalu...