16# Tawa dibalas tangis.

43 0 0
                                    

🌻🌻🌻

Menarilah dan terus tertawa
Meski dunia tak seindah surga.

🌻🌻🌻

                        Laskar pelangi

.
.
.

"Ki. Lu pernah stress nggak si? Pengen bangat gua jadi lu, hidupnya santai Mulu, ketawa Mulu tiap hari."

"Ck. Hidup itu harus di bawa santai, kak Ci."

"Santai matamu! Lu kalau mau hidup jangan santai dong, hidup itu harus ada yang di dapatkan"

"kak Ci, salah. Yang penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, melainkan apa yang telah kita berikan untuk kehidupan."

"Maksudnya?"

"Jadi kita hidup ini hanya sementara kak Ci. Selagi kita masi hidup kita harus pikirkan apa yang sudah kita berikan pada hidup kita? Apakah sudah menjadi orang yang lebih baik? Atau orang yang bermanfaat sekaligus. Hidup itu bukan hal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Bagi Kiya itu nggak penting, pencapaian yang kita dapat kalau nggak bermanfaat untuk orang lain, itu percuma. Contohnya, kak Cina kan lagi kuliah ni? Nah ilmu yang kak Cina dapatkan itu harus bermanfaat untuk orang lain juga, jangan mau di kuasai sendiri. Bagi-bagi ilmu namanya. Tapi bukan hanya ilmu saja, banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain, satu contoh lagi ni! Kan Kiya sendiri nggak secerdas kak Cina, tapi disisi lain Kiya di nilai bisa menghadirkan tawa, Kiya nggak bilang Kiya ini orangnya lucu, tapi apa yang orang lain mengatakan Kiya seperti itu berarti Kiya emang seperti itu, walaupun hal jelek sekalipun yang di katakan. Menghadirkan tawa itu salah satu manfaat hidup. Itusih menurut Kiya. Nggak tau kalau menurut pak Tarno."

"Sok bijak lu." Jawab singkat Cici sedikit tersenyum tipis.

Di balik singkat jawaban Cici sebenarnya ia sangat tersentuh akan ucapan adiknya barusan, namun kata gengsi sudah mendarah daging padanya.
dengan raut wajah sombong kiya mengatakan. "Adikmu ini bijak karna temenan sama Mario teguh." 

"Oh. Ya? Kalau gitu Mbak Najwa Shihab kembaran gua."

"Iddih."

Obrolan bersama Kiya sore itu  terlintas lagi dalam ingatan Cici.
Cici Masi ingat betapa peka adiknya itu, kala itu Cici terlihat merenung memikirkan skripsi dan juga kehidupan selanjutnya.

"Ci! Kok ngelamun?" Tanya ibu sedikit membuat Cici terkaget.

Perlahan Cici mendekat mengelus pelan batu nisan adiknya itu.
Sedangkan Candra dan Ran terlihat serius merapikan bunga matahari yang tergeletak begitu saja. Ibu, mbak Desy dan Zilla baru saja menaburkan bunga kantil.

Sore ini rumah Kiya terlihat indah, berbagai macam bunga ada disekelilingnya, begitu banyak yang sayang Kiya, bunga-bunga itu tanda kasih sayang dari setiap pemberi. Tak sedikit juga surat demi surat rindu terlihat disana. Awalnya Zilla mengira itu surat dari teman seusianya, namun bila di perhatikan lebih jelas lagi, tulisan itu bukan dari orang dewasa akan tetapi anak-anak kecil.

"Bu. Sejak kapan Kiya berteman Ama bocah-bocah?" Tanya Zilla.

"Kiya sering ke taman depan kompleks, mungkin itu dari anak-anak dari sana."

Zilla hanya ber oh kecil sembari mengangguk pelan paham.

"Kak Kiya tu bukan hanya anak kecil aja dijadiin teman, angsa bude Novi udah di anggap teman juga sama kak Kiya." Ran menyahut.

Tinta Hitam Kiya Kirana ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang