Bab 4

43 8 2
                                    

Setelah makan malam, nenek segera pergi tidur. Di pedesaan berbeda dengan di kota. Saat sudah gelap gulita penduduk desa kebanyakan langsung pergi tidur, sehingga suasana di pedesaan pada malam hari terasa sepi.

Lili merasa tidak enak badan. Tadi tangannya terluka juga dadanya sedikit sakit. Lili langsung berusaha tidur, karena jika tidur sakit nya tidak terasa.

Saat lili akan memejamkan mata dia melihat sebuah cahaya dari arah dadanya, dia pikir itu hanya halusinasi. Kemudian dia memejamkan matanya, tak lupa memegang dadanya yang sakit.

Tanpa dia sadari luka di darah yang telah kering kembali mengalir ke arah liontin di dadanya. Liontin itu menyerap darah lili hingga tak ada setetes pun yang keluar.

Dalam tidur nya lili hanya mengerutkan kening, karena merasa sakit di tangannya yang tadi terluka. Jika ada orang di kamar tidur lili dia mungkin tercengang karena tubuh lili di bungkus oleh cahaya putih.

Tubuh lili sedikit melayang dan kabut putih mulai memenuhi kamar lili. Lili dalam tidurnya merasa kedinginan dia pikir angin malam ini terasa kencang.

Satu jam kemudian kabut mulai surut dan cahaya redup di liontin menghilang, tak lama kemudian liontin itu juga ikut menghilang.

Hanya jejak tanda air seperti tato di dada lili.
Di dalam mimpinya lili seperti berada di sebuah pertanian namun anehnya tidak ada makhluk hidup di dalamnya.

"Ini aneh, ahh angin sepoi-sepoi ini terasa nyaman." lili menghirup udara dalam.

Tempat dia berdiri adalah tanah coklat gelap, lili tau ini adalah tanah yang bagus untuk bercocok tanam. Memegang tanah di tangannya dia merasa iri jika tanah ini benar-benar ada di ladangnya mungkin tidak perlu biaya pupuk.

Lili berjalan mengitari pertanian itu. Dia melihat sungai mengalir dan menghampirinya. Sungai nya sangat jernih dengan kedalaman satu meter dan luas dua meter.

Di sebelah sungai ada padang rumput.

"Ah ini sangat cocok untuk beternak sapi." lili mendesah melihat Padang rumput.

Kemudian dia pergi ke Padang rumput dan duduk diatasnya. Nyaman sekali disini tak perlu memberi makan hewan herbivora itu, rumput sudah tersedia.

Dia berbaring diatas rumput. Kemudian memejamkan matanya dan tanpa sadar tertidur.

Keesokan paginya lili bangun jam 05.00 pagi melihat diluar masih redup lili segera bangkit mencuci muka lalu memasak sarapan.

Dia membuat bubur sayur, karena ayam kemarin bertelur dia memasak sup telur dengan jamur. Sarapan yang sangat sederhana di pedesaan.

Tak lama kemudian nenek bangun.

"Kenapa lili bangun pagi, tidak tidur lebih lama?" Tanya nenek sambil mencuci wajahnya.

"Tidak nek, lili hari ini akan bersantai di rumah saja dengan nenek. Nanti siang key jemput lili. Nenek tidak ada yang menemani lagi." Jawab lili.

Kemudian mereka sarapan bersama, setelah sarapan lili mencuci peralatan makan. Beberes di halaman menyapu daun mangga yang berguguran, melihat ke atas beberapa mangga kecil sudah banyak bergelantungan tinggal menunggu besar lalu memetiknya.

Nenek pergi menjahit kain yang usang untuk dijadikan lap. Sementara lili setelah selesai beberes dia kembali ke kamarnya.

Saat duduk di tempat tidur dia menghela nafas saat mengingat mimpinya semalam.

"Jika aku bisa memasuki pertanian itu." sambil mendesah ingin.

Tiba-tiba pandangan lili gelap. Beberapa detik kemudian lili berada di tempat yang di impikannya semalam.

"Ini dimana? Bukannya yang di mimpi semalem? Eh ini mimpi kan?" Kata lili mencubit pahanya.

"Aduh sakit." Setelah mencubit dirinya sendiri.

"Bukan mimpi?" Lili menengok-nengok kan kepalanya.

Di kejauhan ada sebuah rumah bambu kayu kecil. Dia berjalan menghampiri nya. Melihat daerah sekitar nya sepi seperti tidak ada kehidupan.

Saat sampai di rumah bambu, pintunya terbuka.

"Permisi..." Lili meneriakkan salam

Tidak ada yang menjawab hanya ada suara angin. Lili langsung masuk saja.

Didalamnya hanya ada kasur mini, lemari dan meja. Kemudian ada pintu yang mengarah ke dapur kompor dan tempat cuci piring. Terdapat rak-rak bersusun dan sebuah lemari lagi. Di sebelah dapur ada kamar mandi.

Rumah yang cukup sederhana namun sayangnya tidak ada orang. Kembali lagi keruangan sebelumnya, lili melihat sepucuk surat.

Saat lili membacanya dalam bahasa aksara jawa latin. Untung nya lili sudah memahami cara membaca dan menulis aksara latin. Setelah membaca isi surat itu lili kemudian mengerti.

Ternyata ini adalah ruang. Tanah berpetak untuk menanam tumbuhan, Sungai untuk memelihara ikan dan padang rumput untuk beternak.

Ruang ini peninggalan seorang bangsawan yang diusir dari kerajaan karena di fitnah oleh kerabatnya sendiri, kemudian dia bertapa dan mendapatkan liontin ini. Sang pemilik ruang sebelum nya jatuh cinta dengan nenek moyang lili hingga saat mereka meninggal, dia mewariskan liontin ini kepada anak-anaknya.

Sayangnya tidak ada dari cucunya yang bisa membuka ruang. Hanya saat periode tertentu dan yang memiliki jiwa welas asih yang bisa membuka ruang.

Lili adalah anak yang baik, dia peduli dengan nenek nya. Tidak meninggalkan dan tidak mengeluh saat mengalami kesulitan dan selalu berjuang untuk hidup. Mungkin tekad itulah yang membuat lili bisa membuka ruang.

"Ah ternyata aku keturunan bangsawan hehe," Kata lili nyengir

Kemudian dia memegang lehernya, tidak ada liontin yang dia kenakan kemaren! Hanya tersisa tali yang mengikat liontin itu. Dia melihat tempat liontin itu terpasang dengan susah payah, karena tidak ada cermin.

Ah ada tanda tato berbentuk air. Ternyata liontin ini sudah menyatu kedalam tubuhnya!

"Tapi itu sudah lama sekali, aku hanya orang biasa saat ini bersama nenek dan aku sangat bahagia."

Di surat itu juga menjelaskan bahwa tanah nya dapat membuat hewan dan tumbuhan tumbuh lebih cepat dari di luar. Di belakang gubuk ada kolam air asin untuk beternak ikan laut. Dan ada air terjun untuk mandi dan minum di sebelah rumah bambu.

Jika ingin minum bisa mengambil dari air terjun mini nya, jika mandi di kolam. Untuk beternak ikan di sarankan di sungai yang mengalir. Itu disebutkan di surat tersebut.

Nenek moyangnya sangat mengutamakan kelangsungan hidup keturunannya. Di akhir surat di jelaskan tidak perlu menjadi orang yang kaya raya cukup memenuhi kebutuhan hidup, hidup tenang dan bahagia bersama orang yang kamu cintai.

Yah mungkin ini karena pengalaman nenek moyangnya, jadi dia harus menyimpan dalam hatinya. Tidak perlu berambisi tinggi, hidup bahagia bersama orang tercinta sudah cukup.

My Neighbore With SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang