Seorang pemuda laki-laki dengan pakaian yang cukup tertutup, layaknya penyamaran. Agar tidak terlihat oleh para penggemarnya kini telah berada di bandara Gimpo, Korea Selatan. Ia baru saja dari China dan kini dirinya telah berada di Korea.
Seperti biasa sosok itu mengenakan earphone yang bertengger didaun telingga. Sembari menunggu jemputan dari kakak kandungnya. Ia mengirim pesan kepada sosok leader utama, untuk mengajaknya bertemu.
Sosok itu juga sebelumnya telah berada di China selama 3 hari. Disana ia menemani membermya atau dengan kata lain sosok hyung-nya. Selama itu juga dirinya harus menimang-nimang dengan keputusannya saat ini, setelah mengobrol dengan seorang dokter spesialis ahli bedah dan spesialis mata.
Mungkin dalam waktu dekat, ia akan kembali ke China.
'Hyung, bisakah kita bertemu direstoran xxxxx? Ada yang ingin aku katakan denganmu. Aku tahu, jika hyung masih membenciku. Tapi ini sangat penting. Kumohon datanglah.'
Kira-kira seperti itulah pesan yang ia kirimkan kepada sosok leader.
Seusai ia mengirim pesan tersebut. Tiba-tiba ia bergumam, "Winwin hyung, kumohon bertahanlah sebentar."
Tidak lama kemudian, jemputan telah datang untuknya. Sosok itu yang tidak lain adalah Jisung tersenyum merekah, kala kakaknya datang untuk menjemputnya. Terlihat sang kakak berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
"Minseok hyung, i miss you." ucapnya. Ia mengatakan itu seperti tidak pernah bertemu sebelumnya.
Sang kakak, Minseok hanya tersenyum tipis lalu mengusak rambut adik kesayangannya.
"Ayo, mari kita pulang." tutur Minseok seraya menggandeng tangannya.
"Sebelum pulang. Bisakah hyung mengantarku ke restoran, hanya sebentar saja?" pinta Jisung, dengan mata yang terlihat seperti memelas. Sang kakak hanya menganggukkan kepalanya, untuk menuruti kemauan adik bungsunya itu.
Lalu, mereka berjalan menuju tempat parkir mobil. Bahkan Jisung tidak henti-hentinya berceloteh. Hingga akhirnya mereka berdua masuk ke dalam mobil. Suasana didalam mobil sangat hening. Karena, Minseok fokus menyetir pada jalanan. Sedangkan, Jisung menatap luar jendela.
Sehingga sebuah suara, membuat Jisung menoleh ke arahnya.
"Jisung-ah, tidak bisakah kamu berhenti untuk melakukan hal itu? Kumohon." pinta Minseok, agar adiknya tidak nekat dengan rencana gilanya.
"Apakah kamu sudah tahu apa resiko selanjutnya? Dengar Jisung-ah, dengan mendonorkan mata sama saja kamu berhadapan dengan nyawamu. Hal seperti itu bukanlah untuk main-main." lanjut Minseok. Yang sepertinya sang kakak sangat gelisah dengan keputusan Jisung beberapa waktu lalu.
Jisung tentu tahu tentang resiko apa yang harus ia dapatkan nanti. Helaan nafas kasar dari sang kakak membuat Jisung tetap tersenyum.
"Aku ingin mendonorkan mataku, agar tidak ingin melihat tentang bagaimana kejamnya didunia ini, hyung. Dengan melihatnya saja, aku sudah merasa muak. Tentang bagaimana kita melihat semua kepalsuan dan kebohongan. Hal itu membuatku merasa bosan. Jika, aku lebih memilih diantara ingin melihat dunia atau tidaknya. Maka, aku lebih memilih untuk tidak melihatnya sama sekali. Karena, itu akan membuatku merasa nyaman. Dan mungkin aku akan mengatakan bahwa, seolah-olah semuanya tidak akan terjadi apapun. Walaupun hal itu sudah terjadi tepat didepan mata kita, tanpa kita menyadarinya secara langsung." jelas Jisung dengan meremat ujung jaketnya. Lalu, menghela nafas kasar. Membuat Minseok terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL EYES || PARK JI SUNG [END]
Fanfiction"Appa, eomma. Jisungie sangat merindukan kalian berdua." lirihnya. "Minseok hyung. Apakah kamu tidak merindukan Jisungie? Hyung jahat!" "Jangan menangis, Jisung-ah." ujarnya sambil tersenyum lembut. "Apakah kamu tahu? Hyung sangat tidak menyukai Jis...