3. Krisis Ekonomi Jilid Sekian

65 5 1
                                    

°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°

"Lo berduah ... harus tau ... Bang Daniel ... ah, cape banget naik tangga ... dari lantai satu." Yashinta ngos-ngosan. Ia melepas masker agar bisa bernapas lebih lega. Menaiki anak tangga dari lantai satu ke lantai empat sembari berlari cukup menguras tenaganya. 

Perempuan itu melengos ke pantry, mengambil cangkir keramik lalu mengisinya dengan air putih sebelum menandaskannya secara rakus. Langkahnya lebar, kembali menghampiri Ochi dan Fany yang sedari tadi mengamati pergerakannya. 

"Kalian harus tau," ulang Yashinta, "Pagi tadi, Bang Daniel dijemput petugas Covid setempat buat isolasi di rumah sakit. Nyokapnya telpon gue barusan, katanya telpon lo nggak bisa. Hp lo mati, Ci?"

Ochi meringis hingga matanya menyipit. Ponselnya sengaja dimatikan sejak dini hari tadi dan belum dihidupkan sampai sekarang. Ia kelewat pusing setelah membahas beberapa hal dengan Aleya. Belum lagi pesan dari para vendor yang ikut merugi karena klien membatalkan reservasi. Kalau sekadar acara yang ditunda, pihak WO maupun vendor masih bisa sedikit lega. Namun pembatalan? Mereka harus berurusan dengan pengembalian DP dan sebagainya.

Tak jarang pihak klien mempersulit kondisi dengan meminta pengembalian full. Padahal, semuanya sudah diatur dalam kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak ketika memutuskan untuk menggunakan jasa WO.

"Kumaha Dion, Yash?"

"Dion masih isolasi di rumah, Teh. Semoga nggak nyusul ke rumah sakit deh tu anak satu." 

Tiga perempuan itu menghela napas bersamaan. Kehilangan crew karena positif Covid sepulang event minggu lalu tidak bisa dianggap remeh. Mereka yang tersisa harus pintar membagi waktu dan jaga kondisi agar tetap fit dikala virus kian mengganas. Masih ada beberapa pernikahan yang harus dihandel, meskipun dengan kapasitas sangat terbatas.

Uji coba hybrid wedding juga makin dekat. Dan sialnya lagi, pengganti yang dijanjikan Aleya satu minggu lalu masih belum muncul hingga detik ini. Mau tak mau, mereka harus rolling tugas dengan tim 2 untuk menutup kekurangan crew.

Covid-19 benar-benar jadi cobaan besar. Tahun ini yang harusnya menjadi tahun tersibuk mengurus event justru berubah jadi sibuk mengurus pembatalan. Meskipun namanya sudah masuk daftar WO pilihan public figure dan sejumlah pejabat daerah, tak lantas membuat Magnolia Wedding Organizer selamat. Kondisi keuangan pun tidak bisa dibilang baik-baik saja.

"Yash," Ochi mengalihkan perhatian dari layar laptop ke Yashinta yang sedang memainkan ponsel. Sementara yang dipanggil hanya bergumam tanpa menoleh. "Lo kan deket sama Mbak Aleya, nih, masa nggak ada info apa-apa tentang crew baru yang diomongin minggu lalu?"

Magnolia WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang