Hati yang Tersakiti

11K 428 10
                                    

Hai Reader, aku udah mikir gimana endingnya nih. Mau sama Naufal Mandala apa someone else? Comment ya... :)

Jangan lupa dukung terus cerita ini. Love you all :*

==============================

Semuanya sudah berjalan seperti biasa setelah selama dua minggu Tia mendapat perawat oleh Mandala S.Psi, Psikolog. Naufal ke rumah sakit, Mandala ke rumah sakit, dan Tia ke sekolah. Semuanya berjalan normal. Walaupun bagi Mandala, masih banyak hal yang belum bisa diselesaikan pikirannya atas nama Tia. Dia sering termenung sendiri. Menatap langit langit ruangan prakteknya sambil berpikir bagaimana cara agar Tia mampu memiliki ikatan batin dengan dirinya, seperti Naufal yang memiliki ikatan mendalam dengan Tia. Pasti Naufal adalah orang penting bagi Tia. Tia, Tia, gadis macam apa dia sampai-sampai membuat dua orang dokter jatuh cinta. Apakah caranya adalah dengan selalu dekat dengan Tia? Tapi selama ini Naufal tidak selalu dekat dengan Tia. Mungkin memang benar bahwa ikatan pada masa kecil memang terasa paling kuat.

"Dokter? Maaf saya lancang, saya sudah mengetok pintu tapi tidak ada yang menjawabnya," ucap Rhea mengagetkan Mandala.

"Ada apa Rhea?" ucap Mandala.

"Dokter tidak keberatan kan, nganterin Rhea pulang?" tanya Rhea genit. Mandala hanya memandang Rhea tidak suka. Sudah tiga hari ini Rhea numpang di mobil Mandala. Padahal arah rumah keduanya jauh, ibarat kutub utara dan selatan. Apakah dia harus tegas sekarang ini?

"Maaf, saya harus menemui pasien saya nanti," ucap Mandala sekenanya.

"Lha, kebetulan dokter, saya juga pengen jalan-jalan, jalan-jalan ke rumah pasien dokter juga tidak apa-apa, pasti nanti kita dibilang pasangan serasi oleh pasien dokter itu," jawab Rhea cekikikan sendiri. Mandala melongo. Dia benar-benar berpikir wanita di depannya sudah tidak waras. Sudah ditolak tapi kok malah begini...

"Maaf, tidak bisa! Pasien saya mengharapkan ke-privasian."

"Ya tidak apa-apa, saya kan bisa jaga privasi dokter," ucap Rhea tetap memaksa. Mandala benar-benar heran. Selain centil, ternyata perawat bernama Rhea ini juga pemaksa, dan pembohong. Udah jelas-jelas dia tukang gosip di rumah sakit.

"Maaf, tidak bisa. Sekarang silahkan keluar," Jawab Mandala akhirnya menegasi. Rhea pun keluar dari ruangan dokter itu sambil mencibir.

Bagitu wanita itu benar-benar keluar dari ruangannya, Mandala lansung mengumpat, "Dasar Matre!"

Dia melanjutkan lamunannya tentang Tia. Apakah mungkin sebaiknya dia mengalah dan membiarkan Naufal memiliki Tia? Kepala Mandala mengeleng. Mandala masih tidak siap melihat Tia dimiliki laki-laki lain.

Mandala mengingat kedekatan mereka dahulu. Seandainya saat itu dia tidak meninggalkan Tia kecil, mungkin saat ini dia tidak merasa sejauh ini dari Tia. Tia kecil sudah berubah. Tia yang dulu hanya dianggap sebagai adik perempuan baginya sekarang sudah mampu memikat hatinya. Mandala mendesah. Seandainya cerita tentang mereka tidak serumit cerita sinetron.

Mandala memilih mengakhiri pikiran itu dan segera keluar rumah sakit, meluncur menuju ke rumah Tia untuk menjadi psikiatri bagi Tia.

***

"Assalamualaikum Tante Rahma," sapa Mandala begitu mengetahui yang membukakan pintu adalah bunda Tia.

"Eh, Mandala sudah disini toh? Mari masuk," ucap bunda Tia mempersilahkan Mandala masuk.

"Nak Mandala langsung ke kamar aja ya? Tianya lagi belajar, nanti Tante susul," lanjutnya. Mandala pun melangkahkan kakinya menuju ruangan yang biasa di datanginya.

"Tia, ini Mas Mandala," ucap Mandala sambil mengetok pintu Tia.

"Masuk mas, nggak dikunci," ucap suara di dalam kamar. Tanpa ba bi bu lagi, Mandala masuk ke kamar gadis itu. Tia sedang terlihat duduk di kursi belajarnya sambil mengetik sesuatu. Memang dari dulu dia mengetik atau menulis cerita, jadi tak heran, inilah kebiasaan Tia.

"Nulis apa Tia?" tanya Mandala sambil duduk di tepi ranjang memperhatikan tulisan Tia.

"Ini horor Mas," Jawab Tia tanpa menoleh sedikit pun.

"Diri dulu horor melulu sih?" tanya Mandala.

"Hidup itu horor mas," ucap Tia. Mandala mulai terpancing kalimat Tia ini.

"Masa sih?"

"Iya Mas."

"Buktinya?"

Tia yang langsung mendengar pertanyaan buktinya itu berhenti menulis lalu berdiri, dan berjalan menuju Mandala. Mandala baru menyadari gadisnya saat ini hanya memakai tank top, dan celana trining panjang. Tidak biasanya Tia memakai Tank top saja tanpa kaos. Tenggorokan Mandala, entah kenapa mengering sampai Tia duduk di sampingnya.

"Ada apa?" tanya Tia melihat Mandala hanya diam memperhatikannya.

"Tidak. Baiklah, buktikan," lanjut Mandala sambil berusaha meredakan pikiran kotornya tentang Tia. Mereka pun mulai saling sharing, tak lama Tante Rahma menyusul. Beliau selalu ingin mendengarkan Tia. Dia selalu ingin tahu sejauh mana perkembangan Tia.

"Tia?! Kamu kok cuma pake tanktop aja? Ganti baju!" Teriak Rahma begitu melihat anak perempuan semata wayangnya itu hanya memakai tangtop di hadapan laki-laki. Bukannya tidak percaya pada Mandala, tapi Mandala itu laki-laki normal, segala bisa terjadi. Apalagi Rahma telah tahu bahwa Mandala ingin menjadikan Tia sebagai istrinya, sesuai yang dikatakan ibunya Mandala padanya.

"Panas Bun," Jawab Tia sekenanya.

"Gak sopan tau! Ganti cepetan!" Ucap Bunda Rahma sedikit meninggikan suaranya. Tia pun melengos pergi ke lemari, mengambil bajunya, lalu ke kamar mandi.

"Maaf ya, Nak," ucap Rahma kepada Mandala yang terlihat gugup.

"Iya, nggak apa-apa, Tante."

"Mandala," Panggil Rahma setelah terdiam cukup lama menunggu Tia.

"Kamu mengerti kan Tia masih SMA?" Suara lanjutan dari Tante Rahma itu bagai kilat yang menyambar hatinya, seketika dia tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Tolong kamu mengerti, kalau memang menginginkan Tia menjadi istrimu, tunggulah sampai dia siap."

Kalimat yang diucapkan Tante Rahma membuat Mandala semakin kaget, seperti dugaannya, kesinilah arah pembicaraan mereka. Apakah hal itu artinya Tante Rahma tidak menyukai kedekatannya dengan Tia? Perasaannya sekarang ini seperti kucing yang ketahuan menangkap ikan, malu, tapi dia membutuhkan ikan itu untuk kelangsungan hidupnya. Mandala pun menyahuti, "Baik Tante, saya mengerti."

Entah kenapa, Tante Rahma yang dikenalnya sekarag rasanya berubah menjadi Vampire yang siap menerkamnya hidup-hidup jika sekali lagi dia berani mendekati Tia. Lalu, apakah itu artinya dia menyerah? Apakah semudah itu? Walaupun hatinya sedikit tersinggung karena pertanyaan Tante Rahma tapi Mandala bertekad tidak akan mudah menyerah untuk menakhlukkan hati Tia. Tapi bagaimana bisa? Yang benar saja. Biasanya selera anaknya itu klop dengan selera ibunya. Hal itu sudah menjadi faktor psikologi pembentuk sikap seseorang, dimana lingkungan mendapat peran yang sangat penting dalam membentuk karakter seseorang. Tapi sebagai seorang psikolog dan ahli kejiwaan yang mencintai seorang gadis, dia tidak akan menyerah walaupun ibunya tidak suka.

Tia pun muncul dari kamar mandi setelah pembicaraan itu usai dengan saling diam dan tidak ramah. Tia dan Mandala pun segera melakukan pengobatan konselingnya. Sementara Tante Rahma hanya mendengarkan mereka bercakap, melakukan pengobatan.

=============================

Yang mau ngobatin hatinya Mandala, angkat tangan!

Maaf ya, baru update. Jangan lupa vote dan comment-nya. Dukung Tia Mandala atau Tia Naufal nih? atau Naufal dan Mandala sama kalian aja trus Tia sama cowok lain yang lebih keceh badai daripada mereka?

The Doctor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang