Untuk Tia

8K 352 12
                                    

Hai Tia, selamat ya, udah sukses ngerjain UN. Semoga lulus! :)

Tia, ketika kau membaca tulisan ini dariku, kuharap kau tidak langsung membuangnya ke tong sampah. Haha. Aku yakin kau tidak seperi itu. Tia, ketika kau sudah membaca tulisan jelekku ini, itu artinya aku sudah pergi ke Jerman. Tia, maafkan aku karena belum pamit pada Bundamu dan dirimu tentang kepergianku ini. Bila kau sedang bertanya disana tentang diriku, atau bertanya untuk apa aku pamit, padahal tidak ada gunanya juga. Maafkan aku. Aku ingin kau mengetahui sesuatu. Hanya 'tahu', tidak lebih. Aku sudah cukup mengharap lebih.

Kuyakin kau lebih mencintai Naufal ketimbang aku. Yakan? Bundamu pun setuju kau bersama Naufal ketimbang dengan aku. Tapi apa kau tahu? Apa kau pernah tahu atau merasa perasaanku?

Tapi berjanjilah untuk yakin akan hal ini Tia. Jangan pernah meragukan perasaanku ini. Perasaan cintaku padamu. Apa pernah merasakannya? Merasakan aku mencintaimu? Ah, ya! Aku bodoh! Tentu saja kau tidak tahu. Aku tidak pernah mengatakannya padamu kan? Baiklah, kutakan sekarang ya!

ICH LIEBE DICH! I LOVE YOU!

Ya, hanya sekedar agar kau tahu. Aku tak yakin kau merasakan aku mencintaimu karena yang kutahu, kau tidak pernah melirik laki-laki kan? Kecuali Naufal Handoko, tentu saja. Dokter itu, apa kau tau dia dulunya playboy? Ibuku yang bercerita. Ah, tapi lupakan, sepertinya dia insyaf karena dirimu.

Tia, maafkan aku, karena keinginan kuatku mencintaimu, kau sampai terluka. Jangan meminta maaf karena menolakku, justru tindakanku yang bodoh. Dulu aku ingin melamarmu, ingin menjadikanmu milikku, dengan sedikit paksaan yang malah membuatmu sakit. Kau mengingat kejadian itu? Haha! Jangan takut lagi Tia, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Jangan takut juga pada 'laki-laki'. Tia, sungguh itu hanya oknum saja. Tidak semua laki-laki seperti itu. Teruslah berpikiran positif. Okay?

Seharusnya aku tahu, bahwa cinta tidak ada kata memaksa. Dan seharusnya aku tahu cinta berjalan mengalir begitu saja, seiring berjalannya waktu.

Maafkan aku, sungguh aku tidak paham sama sekali bagaimana cara memperlakukan wanita dan membuat wanita percaya bahwa ia sedang menyukainya. Aku tak tahu bagaimana cara membuat wanita jatuh cinta. Maaf Tia, aku awam dengan hal-hal yang seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana romantis atau cara mencintai orang lain. Dan seperti yang kau tahu, aku fokus pada study-ku dan hanya menyimpan satu nama di hatiku selama ini yaitu, Sintia Larasati Harjuna. Walaupun kau lebih menyukai laki-laki lain, walaupun Bunda lebih menyukai laki-laki lain, aku memutuskan untuk tetap berjuang, dan sampai pada titik ini, aku tidak melihat secuilpun harapan pun pada kisah cinta pertamaku ini. Dan aku meminta maaf, aku menyerah.

Mungkin memang benar bahwa kau bukanlah jodohku, aku tak bisa memaksakannya. Tapi aku detik ini masih mencintaimu.

Semoga kau bahagia disana, dan aku pun ikut menyusulmu bahagia.

Salam sayang dari psikolog dan sahabatmu
MANDALA

Tia menatap nanar surat yang kini ada di genggamannya itu. Tepat sehari setelah UN sepucuk surat datang dengan cap pos Jerman. Dibacanya besar-besar nama yang tertera pada pengirim amplop itu, MANDALA. Laki-laki itu adalah laki-laki yang biasa menjadi tempat curhatnya, tempat dimana Tia selalu jujur. Laki-laki yang selalu saja terasa menjadi kakak bagi Tia. Laki-laki yang entah sebulan terakhir menghilang entah kemana. Nomernya tidak aktif sama sekali, padahal Tia sangat butuh nasehat dari psikolog sekaligus sahabatnya itu.

Setelah Tia membaca surat Mandala, semuanya jadi sedikit rumit. Tia tidak pernah tahu kalau Mandala menyukainya. Yah, walaupun dia sempat merasa bahwa Mandala menyukainya. Ya, Mandala juga sempat memaksa melamarnya. Tapi setelah itu dia lupa dengan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri.

Tia menundukkan kepala. Ah, seandainya dia tahu Mandala menyukainya, dia tidak harus mengatakan bahwa ia menyukai Naufal. Walaupun Tia sedikit tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Bunda pada Mandala, tapi ia yakin, hal itu pasti sesuatu yang buruk. Terlepas dari semua itu, sungguh Tia merasakan kehilangan. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Dan rasanya sakit. Sangat sakit.

Tia menangis lalu menutup surat Mandala. Tia tiba-tiba ingat semua ekspresi-ekspresi Mandala. Saat mereka ada di bubur ayam dan serius melirik Naufal, pertemuan pertama mereka saat Mandala masih kelewat unyu, kemudian sekarang menjadi begitu tampan. Ah, ya! Tia juga tidak akan lupa wajah pusingnya setelah naik rooler coaster. Sikap Mandala yang lembut juga terlintas. Mandala ternyata menyukainya. Dan karena dirinyalah Mandala pergi kesana. Pasti setelah malam itu, malam dimana Tia mengatakan menyukai Naufal, pasti karena itu!

Mandala, dia juga tampan. Ya! Sangat tampan sekali. Jika dibanding Naufal yang lebih udzur, jelas sekali Mandala terlihat W.O.W. Dia psikolog muda, lebih muda daripada Naufal. Lalu sebenarnya apa yang menghalangi Tia berpikir untuk tidak menyukainya.

Ssstaaaah! Seandainya Tia tahu semua ini! Hatinya tidak akan merasa kehilangan. Kehilangan Mandala, yang terasa sekarang menggantikan posisi Naufal yang sekarang juga ikut menghilang tanpa sebab. Walaupun kadang-kadang masih meng-SMS Tia, tapi Tia merasa ada yang berbeda dengan Naufal yang sekarang, entah mengapa. Mungkinkah Naufal akan kembali menjadi Naufal yang dulu? Naufal yang tidak segan-segan mendorongnya dan menjatuhkannya?

Disela-sela tangisnya yang pecah sejak menyentuh surat Mandala, hati Tia mulai berbalik ke arah Mandala, terasa sekali Naufal sudah tak bisa diharapkan lagi. Tia kesal dengan Naufal. Tia menyesal karena tidak menyadari hati Mandala, atau bahkan hatinya sendiri?

****

Maap lama ngapdet. :) #banyak alasan nih thor-nya. Wkwkwk

Selamat menunaikan ibadah puasa ya reader tercintrong... :*
Mohon maaf lahir batin... Semoga kita menggapai kemenangan yang Fitri...

The Doctor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang