Pangeran Monyet

16K 731 1
                                    

Naufal

Aku menginjakkan kakiku, maksudku mobilku, di sekolah Tia. Setelah meminta ijin pada Bunda Tia untuk menjemput Tia. Kebetulan sekali Mama mengajak Tante Rahma ke salon dan aku juga sedang tidak ada jadwal praktek. Jadinya aku bisa berduaan sama Tia.

Hm, apa rencana hari ini bersama Tia? Pergi jalan-jalan? Tapi kemana? Ayo pikir. Ke taman bermain? Tapi dimana ada taman bermain disekitar sini? Hm, kamana ya? Pikir dong! Pikir!

Tok Tok~

Ada seseorang mengetuk kaca mobilku. Aku langsung menoleh. Kalo dilihat dari body orang yang mengetuk, sepertinya wanita. Memakai kaos putih agak ketat. Aku tidak benar-benar suka seperti ini. Aku tidak suka wanita yang murah. Dengan mudah memperlihatkan lekuk tubuhnya. Atau jangan-jangan, dia banci kaleng lagi ngamen? Eh, tapi ini kan di sekolah. Nggak mungkin banget deh.

Aku kemudian membuka kaca mobilku, mobil BMW M6 keluaran tahun 2012. Wanita itu sedikit berjongkok agar bisa melihatku. Aku kaget sekali ternyata perempuan itu Rea. Kenapa harus Rea?!

"Pak Dokter, ketemu lagi disini sama saya. Kita jodoh ya pak?" Katanya sok imut.

Nggak!

Aku hanya tersenyum saja menanggapinya. Kemudian dia bertanya lagi, apa aku sudah makan, kenapa aku disini, jemput siapa, dia siapaku. Hah, rasanya kayak di introgasi. Please! Cepetan bel pulang. Aku udah gak sanggup lagi jawab pertanyaannya yang bejibun.

"Pak, jawab dong, Tia itu siapa?" Ulangnya beberapa kali. Aku sudah muak. Malas menjawabnya. Lagian aku juga tidak keluar mobil. Biarinlah nggak sopan, yang penting gak berduaan sama dia.

Kring...

Akhirnya suara bel pulang terdengar. Aku kemudian melihatnya ngibrit ke salah satu mobil mewah milik anak SMA ini. Sambil berpamitan padaku agar aku tidak cemburu. Cih! Emang siapa juga yang mau cemburu sama nenek lampir pemeras harta. Aku melihatnya masuk kemobil itu bersama anak ingusan memakai seragam putih abu-abu. Tampangnya cool, dari dandanannya, dia seperti anak orang kaya. Pantes aja Rea nempel. Eh, tapi aku menangkap sedikit wajah risihnya. Mungkin sudah tahu sifat dasar Rea. Terlihat bercakap-cakap sinis dan berusaha sedikit mengusir Rea, dari kedengarannya.

Dari kejauhan aku mulai menangkap sosok Tia. Berjalan perlahan sambil terus memutar bola mata. Sepertinya, mencari jemputannya. Aku segera keluar mobil. Mata Tia langsung terbelalak menatapku kaget. Dia berusaha berputar arah dan kembali masuk ke kelasnya. Aku langsung mengejarnya, dan menarik tangannya.

Ketika matanya menatap mataku, seperti dia berbicara 'jangan sentuh aku'. Tapi aku tetap menariknya ke mobil tempatku parkir. Saat melewati Rea dan lelaki itu, lelaki itu memanggil Tia.

"Tia! Hei, putri es, apakah kau mau pulang dengan pangeran yang satu ini?" Hah?! Berani juga tuh orang. Udah tahu nih cewek aku yang gandeng.

Tia langsung menghentikan langkahnya. Aku juga akhirnya ikut berhenti. Kemudian berbalik arah, kearah teman laki-lakinya itu. Aku merasa hatiku panas. Aku memelototi laki-laki yang menyebut dirinya pangeran dengan mataku.

"Tia sudah pulang bersama pangerannya, yaitu aku." Kataku padanya dengan sedikit berteriak. Enak aja tuh burung bul-bul ngomong. Membuat Tia langsung menoleh padaku dengan wajah setengah mati kesalnya. Biarin deh.

"Kapan-kapan saja ya, Dio. Aku harus menyelesaikan urusanku dengan pangeran monyet, jelek, gila, yang berusaha menculikku ini," kata Tia sambil tersenyum. Wow, manisnya gadisku ini.

Oh, jadi namanya Dio. Tunggu dulu, Tia menolak ajakan Dio dan menerima ajakkanku. Pertanda baik. Tapi, apa katanya tadi? Pangeran monyet?! Manis banget. Gemesss deeh. Andai Tia ini Tia-ku. Hmm...

The Doctor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang