Semalam aku merenung di kesepian malam
Usai hiruk pikuk jam sembilan
Jalanan sunyi, saat matahari tenggelam
Aku berselimut rembulan.
Pikiran carut-marut
Ponsel membuatku sulit mengintip dunia
Internet mati bikin sakit perut
Sehingga aku tak bisa buka Opinia
Gerimis juga lebat
Dibilang hujan juga tidak ramai
Kebosanan pun melanda tiada obat
Oh, tidak! Aku ketiduran dalam damai
Padahal biasanya insomnia berjabat
Merusak waktu sehingga daksaku remai
Tak ada internet membuatku terlelap
Terlelap sesaat dari kebisingan dunia yang melelahkan
Tertidur pulas, sehingga subuh kukira masih gelap
Untung saja adik membangunkanku dari ketiduran
Ya, ya ... semalam aku cepat terlelap.
Setelah fajar menyingsing, kutengok ponsel yang semalaman senyap
Notifikasi dari Opinia hampir saja kelelap
Ternyata semuanya masih terlelap
Sedang tidur, mengisi energi, menimbun semangat dan semua harap
Agar pagi ini dan ke depannya bisa jadi lebih sedap.
Gtlo, 09 Agustus 2022
#NurwahidahBi
Puisi ini dibuat di Opinia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua untuk Satu (Kumpulan Puisi)
PoesíaKusuguhkan, seuntai kalimat yang terangkai menjadi kata yang lebat. Bermakna ringan, seumpama kita telah tercipta dalam kekata yang tepat. Semua untuk satu, termuat tinta penuh aksara. Bermakna satu, kisah dan cerita dalam puisi dan syair yang tak s...