Aroma pagi ini
Begitu menggelikan, Kawan
Sulit dijelaskan dengan berani
Pagi ini langit pun penuh awan
Sembunyinya mentari terasa ironi
Cahayanya terjebak dalam pilar-pilar cawan
Sehingga bentala terasa sulit untuk dihuni
Pagi ini dingin, Kawan
Embun dan setetes rindu merebas masuk ke dalam nurani
Memaksa merapikan gelisah yang tumbuh berkawan
Kemudian menjarah setiap detil dalam ingatan yang penuh harmoni
Embun dan setetes rindu lantas menjelma jadi lawan
Bagi gelisah yang merengek minta diampuni
Selamat pagi, Kawan
Mungkin gelisahmu sedang merongrong
Meletup-letup seperti gorengan bakwan
Maka, biarkan saja embun menuju sanubari dan nongkrong
Menemani setetes embun dalam jiwa yang sempat sepi tak berkawan
Selamat pagi...
Untukmu yang sedang berjuang
Sedang menanti hati yang pergi
Demi sesuap nasi dan segepok uang
Suatu saat nanti dalam hawa tanpa elegi
Resahmu akan berpulang
Gelisahmu akan sembuh dan pergi
Ketika embun dan setetes rindu telah memiliki ruang
Saat itu terjadi lagi
Kau akan sadari
Bahwa harus tetap berjuang dari pagi
Untuk bisa bertahan dalam sehari
Tidak masalah, sesekali menanti selimut pagi
Tubuh harus tetap dihangatkan dari kebekuan tanpa sinar pagi
Selamat pagi!
Dari jiwa yang pernah terbagi.
Gtlo, 02 September 2022
#NurwahidahBi
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua untuk Satu (Kumpulan Puisi)
PoesíaKusuguhkan, seuntai kalimat yang terangkai menjadi kata yang lebat. Bermakna ringan, seumpama kita telah tercipta dalam kekata yang tepat. Semua untuk satu, termuat tinta penuh aksara. Bermakna satu, kisah dan cerita dalam puisi dan syair yang tak s...