16. CINTA PERTAMA SANG DOKTER

419 54 14
                                    

Setelah pertemuannya dengan Regi tadi, Fadli tidak langsung pergi dari tempat dia memparkirkan motornya, tak jauh dari pintu gerbang kediaman Regi dan Tazkia.

Lelaki itu cukup lama termenung di sana.

Duduk di sisi trotoar.

Sampai akhirnya, sebuah suara decitan pintu gerbang yang dibuka tertangkap indra pendengarannya.

Dilihatnya sebuah mobil pribadi hitam keluar dari arah rumah mewah itu.

Lalu tak lama setelahnya, Fadli melihat Tazkia keluar berjalan kaki dari pintu gerbang dengan kepala tertunduk dan matanya yang agak sembab.

Bahkan wajah wanita itu terlihat sedikit pucat.

Tazkia berdiri di sisi trotoar bersebelahan dengan trotoar di mana Fadli berada, hanya saja jarak mereka memang cukup jauh.

Wanita berhijab itu tampak mengutak-atik ponselnya dan berdiri di tepi jalan sepi itu cukup lama.

Fadli masih terus memperhatikan gerak gerik Tazkia hingga dia menangkap saat-saat di mana Tazkia yang sesekali menyeka sudut mata dan pipinya berkali-kali.

Sampai akhirnya, sebuah mobil mendekat dan berhenti di hadapan Tazkia.

Seorang lelaki berseragam supir tampak keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Tazkia.

Hingga mobil itu pun melaju dan menjauh.

Anehnya, entah hal apa yang terjadi pada Fadli ketika dirinya kini justru malah menyalakan mesin motor dan mengikuti kemana mobil yang membawa Tazkia itu pergi.

Ternyata, mobil itu menuju ke rumah sakit di mana sebelumnya Fadli mangkal tadi.

Fadli sudah memasuki area rumah sakit dan memarkirkan motornya di parkiran khusus motor. Lelaki itu berjalan tergesa menuju lobi rumah sakit di mana dia melihat Tazkia baru saja keluar dari mobil yang ditumpanginya tadi.

Kini, Tazkia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi karena memang hari sudah sangat larut. Sementara Fadli masih terus mengikuti langkah Tazkia di belakang.

Saat tiba-tiba Tazkia berhenti melangkah, menoleh ke belakang seakan tahu bahwa dirinya diikuti, untungnya Fadli lekas menemukan tempat untuk bersembunyi.

Perlahan tapi pasti, Fadli mengintip kembali setelah merasa situasi sudah aman.

Dan lelaki itu tertegun saat dilihatnya kini Tazkia terduduk di salah satu kursi tunggu di ujung lorong, dengan posisi tubuh yang membungkuk. Menumpukkan wajahnya di atas kedua lengan yang dia tekuk di atas lutut.

Perlahan tapi pasti, Fadli berjalan mendekat dan lebih dekat hingga akhirnya dia tahu bahwa saat itu, Tazkia sedang menangis.

Menatap penuh arti sosok Tazkia, Fadli bergumam dalam hati.

Tazkia yang kukenal dulu sangat ceria dan periang...

Berbeda dengan Tazkia yang saat ini ada di hadapanku...

Sehebat itukah suamimu hingga mampu membuatmu berubah seperti ini?

Mungkin, jika kamu hidup bersamaku, kamu tidak akan bersedih lagi...

*****

"Waduh, dapet orderan ke mana nih jam segini baru pulang?" Cetus Arini sambil menoleh ke arah jam dinding di ruang tamu. Mengucek matanya, sesekali menguap.

"Kamu nggak liat di luar hujan, ya Mas neduhlah!" Jawab Fadli beralasan. Lelaki itu membuka jaketnya yang setengah basah dan menggantungnya di dapur.

Arini mengekor langkah kakak lelakinya itu ke dapur dan berhenti di ambang pintu dapur.

BAGAIMANA RASANYA TIDUR DENGAN SUAMIKU? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang