Tiga - Bercak merah

2K 177 12
                                    

Happy Reading

Suara riuh di jalanan menuju kantin terdengar karena katanya ada ular yang bersilahturahmi. Pastilah para cewek-cewek langsung teriak histeris ketakutan sekaligus jijik. Tapi tenang, ular itu udah di amanin sama petugas yang langsung sigap.

Jihan udah nangis karena penampakan ular yang terus menghantuinya. Karena dia sempat melihatnya, beda sama teman-teman yang lainnya di kelas. Mereka sama sekali ga tau kalo di luar ada ular. Mereka tau dari Jihan yang tiba-tiba nangis memasuki kelas.

Niat Jihan itu mau manggil guru kelas karena ga datang-datang. Akhirnya dia maksa buat jemput itu guru, pastilah anak cowok pada ngambek. Kalian pernah ga sih punya teman yang suka jemput guru?

Ngeselin, apa biasa aja?

"Lebay amat sih, pake nangis segala," ucap Bams yang melihat cewek itu lagi nangis di mejanya di temani oleh Chaca sambil ngusap-ngusap punggung Jihan menenangkan.

"Ngomong sekali lagi, gue jait mulut lo!" Sungut Lisa sambil nunjuk Bams dengan tatapan tajam.

"Gue ga ngomong sama lo!"

"Ya tetep aja, suara lo kedengeran sama gue,"

"Gue 'kan ngomong fakta," Bams mengangkat dagunya tinggi.

"Fakta apaan? Omongan lo ga berbobot bikin emosi!" Sahut Lisa.

"Lo nya aja yang emosian, darah tinggi? Mana masih muda lagi." Cibir Bams membuat Lisa tambah emosi.

"LO BILANG APA?! BERANI LO SAMA GUE?" Teriak Lisa bangkit dari duduknya membuat seisi kelas takut akan kedua manusia ini malah adu jotos.

"Mantap, ayo ribut! Gue suka keributan." Kompor Jeka.

"Bego, lu!" Sikut Mahen.

"Makanya kata gue juga, ga usah pake acara jemput-jemput guru, gini 'kan jadinya," Kali ini Mahen yang bicara.

"Mungkin ular itu bakalan terus ngerayap dan ke kelas ini, kalau Jihan ga keluar buat jemput guru," Rosie yang duduk di belakang turut menyahuti.

"Nah bener tuh!" Tunjuk cowok yang namanya Yoga.

"Kali aja ada murid lain yang ngelihat sebelum Jihan," ucap salah seorang siswa.

"Tapi ga berani buat lapor?" tanya Chaca.

"Iya,"

"Jeff, ngomong kek!" Seru Bams.

Tidak semudah itu buat suruh Jeffrey bicara. Cowok itu terlalu malas dengan topik yang dibahas. Apalagi masalahnya sudah selesai. Jadi, dia hanya menyimak saja.

"Ya udah, ularnya udah aman 'kan? so, ga usah berisik dan ribut." Edgar yang dari tadi memperhatikan akhirnya angkat suara.

"Dari tadi juga, memang udah diem. Tapi makhluk itu nyerocos mulu, ga ngeselin gimana?-"

"Sstttt diem ayang Lisa, ga usah pake urat gitu ngomongnya, takut copot nanti gue sedih-"

"Yang kaki nya di tumpangin ke meja, ga usah ngomong!" Lisa menunjuk Jeka dengan jari telunjuknya. Menatap horor cowok itu.

Huhhh, bulu kuduk Jekaa langsung berdiri di tatap ayang

Jeka langsung mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Lo sih, Bams ... Udah tau Lisa orangnya kalo marah kayak gimana, malah diladenin," bisik Mahen.

Bams melirik Jihan sekilas yang memunggungi anak-anak cowok. Sepertinya nangisnya udah reda.

"Gue 'kan ngomong sama Jihan, kenapa mak-dia yang nyahut, dugaan gue benar 'kan kalo ..." Bams menggantung ucapannya.

"Heh, dugaan apa? lo punya fitnah apa sama gue?" tanya Lisa sambil berkacak pinggang. Persis, seperti ibu-ibu yang marahin anaknya. Tapi ini versi ibu tiri.

RAWR ! [97line✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang