15: Monoma Neito x OC

76 8 0
                                    

Secret Admirer yang Buruk

Karakter: Monoma Neito

Anime: My Hero Academia

From: gentranagusti

"Mencintai seseorang itu seperti luka, jadi bencilah aku sebagaimana diriku sangat mencintaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencintai seseorang itu seperti luka, jadi bencilah aku sebagaimana diriku sangat mencintaimu."

•••

Sunyi membasuh luka di hati menjadi sekumpulan angan dalam pikiran yang tak berguna. Udara lembab pun kian menyesakkan paru-paru dalam panasnya kerumunan pikiran di kepala.

_"Tolong jauhi aku." Suara yang biasa terdengar menyebalkan dari pemuda itu kini menjadi kaku kala hati membeku akan ketidakpantasan. Pandangannya menunduk menatap kekosongan di atas aspal basah yang akan menjadi ingatan muram di lain hari. Rambut pirang itu pun tampak basah terguyur hujan, dan netra biru kusamnya yang sendu tak terlihat karena terpejam._

_Segurat tipis kurva manis dari bibir seorang gadis bersurai hitam di hadapan terangkat, lantas tangannya yang biasa itu bergerak 'tuk mengeringkan rambut sang pemuda yang beberapa sentimeter lebih tinggi darinya dengan sebuah sapu tangan polos yang tak begitu berarti._

_"Maaf jika aku egois karena tidak bisa melakukannya," tutur lembut dari gadis berpupil gelap malam tersebut. "Aku tidak keberatan jika kaulah yang menjauh dariku. Namun ketahuilah satu kenyataan; kembali atau tidak kembalinya dirimu suatu saat nanti, tetap takkan mengubah niatku untuk terus mendukungmu walau hanya dalam diam. Aku takkan menjauh ataupun pergi. Aku hanya akan diam tak pergi kemana-mana jika kau telah menentukan pilihan. Hati memang dapat berubah, akan tetapi perubahan tersebut bukanlah ditentukan oleh orang lain, melainkan diri sendiri."_

Sekilas ingatan itulah yang membebani pikiran sang pemuda bermarga Monoma yang tengah terebah sendiri di kamarnya. Sejak hari di mana teman gadis sekelas yang gemar ia hina tiba-tiba menyatakan perasaan tanpa syarat itu, pikiran Monoma selalu menjadi resah kala mengingat waktu ketika Ia menyuruh sang gadis untuk menjauhinya.

Itu adalah jawaban naif yang tak terduga bagi Monoma. Manusia tidak seperti itu, tidak ada yang seperti itu ... namun mengapa gadis itu begitu? Apakah sang gadis bukanlah bagian dari umat manusia?

Pikirannya berkecamuk tentang hal-hal yang berkaitan dengan si gadis, hingga tak ia sadari bahwa dirinya ternyata sedang meluangkan waktu untuk memikirkan gadis yang bahkan hampir setiap hari diganggu oleh dirinya sendiri.

Terlepas dari itu, waktu kini telah menunjukkan pukul 6 pagi. Monoma menghela napasnya kasar setelah menyadari betapa cepatnya detik jam berlalu tanpa memberi aba-aba. Menunggu beberapa saat, akhirnya ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menjalankan kewajibannya dalam bersekolah.

Buku || Nefelibata FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang