12. Gojo Satoru x Reader

99 13 1
                                    

Kepada Langit Senja dan Pohon Momiji

Karakter: Gojo Satoru

Anime: Jujutsu Kaisen

From: _kiiananachin-15

"Kepada semesta yang telah lama menyaksikan berbagai kisahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kepada semesta yang telah lama menyaksikan berbagai kisahku. Kau harus tahu, bahwa pertemuanku dengan gadis itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku."

***

Kepada langit yang telah lama mengenalmu. Juga yang telah menyaksikan kisah hidupmu dalam dekapan naungannya.

Satu minggu belakangan, aku kerap menjumpai seorang gadis yang terduduk manis di pohon momiji* yang memerah. Puluhan tanda tanya bercokol di otakku. Tidakkah ia takut jatuh? Apa yang ia lihat dari ketinggian di atas sana? Namun aku tak mengutarakannya.

Senja-senja berlalu, aku selalu berdiri memperhatikannya dari balik pepohonan yang terus berguguran. Tanpa suara, hanya menatap sorot matanya yang menatap kosong hamparan langit yang ikut merona-rona. Jika angin kencang berlalu dan membawa helaian rambutnya terbang mengepak udara, ia tetap berdiam di sana. Tak bergeming seolah badai angin apapun tak akan dapat menggoyahkannya. Hanya ketika rembulan hendak hadirlah ia mulai bergerak, mencengkram dahan momiji dengan erat seolah hendak kehilangannya.

Maka ketika tiupan para malaikat menggeser sang surya ke ufuk barat dengan sempurna, barulah ia turun dengan hati-hati. Segera aku berjalan menjauh. Tak ingin mengusiknya yang begitu asik berkencan dengan para penghias langit di kala malam.

Senja berikutnya, aku kembali datang. Ia belum menaiki pohon momiji yang seluruh dedaunannya nyaris gugur itu. Alih-alih memanjat, ia justru memilih menikmati semilir angin yang menerbangkan para daun yang gugur dengan mata tertutup. Barangkali, ia tengah menyiapkan apa-apa yang perlu disiapkan.

Aku duduk-duduk di bangku taman—yang, entah sejak kapan, telah menjadi rutinitasku di kala senja. Letaknya beberapa meter dari pohon momiji yang selalu diduduki gadis itu—di mana ia tersembunyi di balik pepohonan. Kupikir akan menyenangkan jika bisa menyapanya dengan hangat dan memulai percakapan akrab. Namun aku belum siap, bahkan untuk sekadar mengatakan basa-basi saja.

Satu jam berlalu. Gerombolan burung-burung yang terbang selama perjalanannya baru saja kembali ke sarang mereka. Matahari juga telah berpamitan pada para penghuni bumi lewat cahaya jingga yang membias di bumantara. Yang mana ronanya telah menyebar dan membuat para awan dikecup bias yang tak kalah merona. Menciptakan swastamitha yang hadirkan keindahan tiada tara. Maka tampaklah para serdadu langit yang mulai menyebarkan kegelapan di cakrawala. Namun semua itu tak jadi pertanda bahwa gadis dengan paras ayu itu bergerak dari tempatnya.

Ia masih terdiam di sana. Dirayu angin yang mulai menyapa kulit dan didekap kelamnya sang malam.

Apakah mungkin ia sudah bosan memanjat?

Buku || Nefelibata FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang