9. Demam

11.6K 539 5
                                    

Pagi harinya Shena terbangun terlebih dahulu dari Arga. Posisinya mereka masih saling berpelukan. Shena melihat suaminya yang masih tertidur dengan pulas itu.

"Lo demam ga" Ucap Shena mengecek suhu di dahi Arga dengan telapak tangannya.

"Gue beli obat dulu ya" Ijin Shena meskipun tidak mendapatkan respon dari Arga.

Shena bangkit dari duduknya, dia mengambil sebuah Cardigan dan bergegas ingin pergi. Setelah keluar dari kontrakan gadis itu kebetulan berpapasan dengan Debra yang sepertinya ingin berangkat kampus.

"Debra?" Panggil Shena tiba-tiba.

"Iya kenapa she?"

"Lo mau ke kampus ya?"

"Iya She"

"Lo tau apotek dimana?" Tanya Shena tiba-tiba.

Debra mengernyit. "Jauh She"

"Iya dimana, gue mau beli obat nih"

"Lo masih sakit?" Tanya Debra.

Shena menggeleng. "Bukan gue, tapi Arga. Dia demam gara-gara hujan-hujanan semalam"

"Yaudah gue anterin ke apotek" Ujar Debra sangat baik.

"Jalan kaki?" Tanya Shena.

"Naik pesawat"

"Gue serius Debra" Kesal Shena.

"Pake motor gue, yakali jalan kaki. Jauh"

Shena meneliti sekitarnya tidak ada motor milik Debra.

"Motor gue diparkiran warung. Ini jalan gak muat untuk dimasukin motor"

Shena hanya mungut-mungut. "Terus kuliah lo?"

"Nanti jam sepuluh"

"Yaudah ayo"

Sekitar lima belas menit lamanya, akhirnya mereka berdua sampai di apotek. Debra menemani Shena yang berbicara kepada seorang apoteker.

"Obat penurun demam sama flu ya mba" Ucap Shena.

"Untuk dewasa atau anak-anak" Tanya apoteker tersebut.

"Dewasa mba"

"Oke, ditunggu sebentar"

Shena mengangguk, dia dan Debra terdiam melirik kesana-kemari obat-obatan disana.

"Mba, obat tidur sama SSRI ya, kaya biasa"

Debra seketika menoleh kearah seorang perempuan bertopi dan berjaket itu yang baru saja memesan obat kepada apoteker.

"Baik, ditunggu ya"

Debra memalingkan wajahnya saat perempuan itu menoleh kearahnya.

"Obat demam dan flu nya" Ucap apoteker itu kepada Shena.

"Ah iya berapa mba?"

"Lima puluh ribu"

Shena memberikan uang yang pas kepada apoteker itu. "Terimakasih mba"

Setelah selesai, Shena dan Debra bergegas pergi keluar dari apotek menuju parkiran.

"Lo tau obat SSRI?" Tanya Debra tiba-tiba.

Shena mengerutkan dahinya. "Apaa?"

"Obat Depresi" Singkat Debra langsung melangkahkan kakinya diatas motor seraya memberikan helmnya kepada Shena.

"Cewek yang tadi ada disamping gue beli obat itu." Ucap Debra lagi membuat Shena melirik kearah pintu apotek tadi.

"Ternyata orang depresi masih mau hidup" Imbuh Debra.

99% TOXIC ARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang