Bab 23. Jodoh

12 0 0
                                    

Dengan tangan kanannya, Tiara membuka handle pintu ruangan HRD.

Di depan pintu, berdiri seorang lelaki berkacamata. Tidak terlalu tinggi, mungkin selisih lima sentimeter dengan Tiara. Mungkin tinggi lelaki itu sekitar seratus enam puluh sentimeter.

Lelaki itu menggenakan jaket hitam. Di dalamnya, dia memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda. Dengan celana biru tua.

"Selamat sore. Saya mencari Om saya. Om Pandji," kata lelaki itu tersenyum ramah.

"Damaaar! Sini sini, masuk," ajak Pandji, sambil berdiri, tapi masih di dekat kursinya, tidak mendekat ke arah Damar.

Tiara tersenyum pada Damar. Dan, dia kembali ke mejanya.

Damar mendekati meja Pandji.

"Tiara. Sini!" panggil Pandji pada Tiara.

"Kenalkan. Ini Damar keponakan Bapak," kata Pandji memperkenalkan Damar.

Tiara menghampiri meja Pandji. Tiara dan Damar pun saling mengulurkan tangannya dan berkenalan.

Setelahnya, Tiara hendak melangkah kembali ke mejanya.

"Tiaraaaa, sini dulu. Bapak belum selesai," kata Pandji meminta Tiara untuk tetap berdiri di dekat meja Pandji.

Tiara tetap berdiri di depan meja Tiara. Dia memegang mejanya dengan tangan kanannya. Dan, dia memandang Pandji dan Damar yang ada di dekat meja Pandji.

"Sini, sini, kalian duduk di depan Bapak," pinta Pandji pada Damar dan Tiara.

Di depan Pandji, ada dua kursi tamu. Damar menarik salah satu kursi, dan duduk di depan meja Pandji.

Dengan langkah enggan, Tiara menarik kursi dan duduk di dekat Damar. Wajah Tiara menunjukkan sikap tidak bersahabat pada Damar.

"Tiara, Damar ini keponakan Bapak," kata Pandji.

"Iya, Pak. Bapak sudah beberapa kali mengatakannya pada saya," kata Tiara ketus.

"Dengarkan dulu. Damar ini salah satu dosen Informatika di ITS. Dia ini baru saja lulus S3 dari Australia," terang Pandji.

Tanpa sadar, Tiara mendengus di depan Pandji. Tiara tidak peduli tentang siapa Damar dan apa pekerjaan Damar, termasuk tentang latar belakang pendidikan Damar. Tiara tidak peduli apakah Damar seorang S3 ataupun baru lulus SMA. Tiara tidak peduli.

"Damar ini masih single. Benar begitu kan Damar?" tanya Pandji pada Damar.

"Benar, Om," kata Damar santun.

Tiara berpikir, apa lagi yang akan dibahas oleh Pandji. Apa urusannya Damar masih single ataupun sudah menikah. Itu juga tidak penting bagi Tiara.

"Bapak ingin, kalian saling mengenal lebih jauh. Siapa tahu kalian berjodoh," kata Pandji.

Dengan pasti, Tiara berdiri dari kursi di depan Pandji. Dia kembali ke mejanya, mengambil tasnya.

"Terima kasih Pak, sudah memperkenalkan saya dengan keponakan, Bapak. Semua pekerjaan saya hari ini sudah selesai. Saya permisi pulang dulu. Selamat sore," pamit Tiara.

Dengan langkah cepat. Tiara menuju pintu, dan keluar dari ruangan HRD.

Tiara masih sempat mendengar Pandji berkata pada Damar.

"Maaaf. Maafkan, Tiara. Dia masih sakit hati dengan mantannya," kata Pandji.

***

Tiara turun dari motornya dengan kesal. Dia membuka pintu rumah, lalu bergegas menuju kamarnya.

Lunch TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang