Bab 6. Lemon

30 0 0
                                    


"Cuci tangan, Tia. Bantu Bunda keluarkan yang ada di dalam oven," pinta bunda dengan lembut, sambil menatap putri tunggalnya.

Dengan mulut masih cemberut. Tiara mencuci tangannya. Setelah itu mengeringkan tangannya dengan lap bersih.

Lalu, mengambil sarung tangan dapur, dan memakainya. Tiara membuka pintu oven.

"Harumnyaaaa," Tiara memejamkan mata, menikmati aroma harum yang keluar dari dalam oven, dan menyebar memenuhi ruangan dapur.

Dengan hati-hati, Tiara mengeluarkan loyang dari dalam oven. Aroma kue semakin terasa.

"Lemon yogurt cake!" pekik Tiara, mengenali aroma lemon dan yogurt yang keluar dari cake. "Ada yang memesannya, Bun?" tanya Tiara penasaran. Wajahnya yang semula cemberut, berubah seratus delapan puluh derajat. Wajahnya ceria melihat cake kesukaannya.

"Hmmm, harumnyaaaa. Aroma lemonnya kerasa banget," Tiara masih terus menghirup aroma wangi lemon yang disebarkan oleh lemon yogurt cake. Lalu, dia meletakkan cake pada cooling rack.

"Spesial Bunda buatkan untukmu. Lemon yogurt cake kesukaanmu," kata bunda tersenyum.

"Bundaaa. Makasiiiiih," Tiara tidak bisa menahan perasaannya. Untuk pertama kalinya sejak Sakha meninggalkannya. Tiara bisa tersenyum dengan tulus, sekaligus menangis pada saat bersamaan. Tiara terharu.

Bunda Tiara sangat paham, putri tunggalnya itu sangat suka dengan lemon yogurt cake.

Tiara memeluk bundanya dengan sangat erat.

"Terakhir Bunda bikin lemon yogurt cake saat Tiara masih kuliah. Makasih, Bundaaaa," kata Tiara langsung memeluk bundanya. "Maaf jika tiga hari ini...," kalimat Tiara tidak bisa dia selesaikan.

Bunda menyela, "kita tidak perlu bahas itu lagi. Sekarang kita tunggu cakenya agak dingin, lalu kita makan bareng," kata bunda sambil menepuk perlahan punggung Tiara.

"Bunda pasti capek bikin empat tumpeng hanya berdua dengan Mbak Tini. Eh, masih sempat juga bikinin Tiara lemon yogurt cake. Makasih, bunda," kata Tiara menatap wajah bundanya. Keduanya masih berdekatan. Tangan Tiara masih memegang pinggang bundanya, setelah keduanya berpelukan.

"Bunda tahu, hari ini sangat berat bagimu. Hampir seharian di kantor, pasti capek. Apalagi ayahmu tidak bisa menjemput, karena harus mengirim empat tumpeng. Bunda minta maaf ya," pinta bunda.

"Nggak pa pa, Bun," kata Tiara tersenyum.

Tiara kembali mendekati lemon yogurt cake yang ada di atas cooling rack.

Dia akan mengeluarkan cake dari loyang.

"Itu cake masih panas. Baru keluar dari oven. Tunggu sebentar. Biar agak dingin," cegah bunda.

"Pingin gigiiiit. Kangen banget sama rasanya, Bun," kata Tiara sambil mengeluarkan cake dari loyang. Tiara mengambil pisau, memotong cake yang masih sangat panas itu. Tiara begitu antusias. Matanya terus saja berbinar cerah. Beberapa kali Tiara menelan air liurnya. Dia begitu ingin memakan lemon yogurt cake

"Tiaaaaa. Jangaaaan. Nanti potongannya nggak rapi, masih mudah hancur. Sabar, Tia. Tunggu dingin dulu," cegah ibu.

"Menggoda banget ini, Bun. Gemes pingin gigit. Aku nggak tahan. Nggak perlu cantik. Yang penting rasanya sangat enak," kata Tiara tetap memotong cake.

"Ya tapi kan masih sangat panas, Tia. Nggak akan nikmat juga kalau kamu memaksakan diri untuk memakannya. Yang ada malah lidahmu terbakar," nasehat ibu.

"Tenang. Aku akan memakannya sedikit demi sedikit," Tiara bersikeras.

"Auuuw. Panas!" pekik Tiara, sambil mengibaskan telapak tangan kanannya.

Lunch TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang